2.

71 28 25
                                    

Aditya Julio Pratama, dia terlihat seperti cowok biasa lainnya. Dengan tinggi badan sekitar 180cm, rahang tegas, alis tebal yang tertata rapih dan hidung yang cukup mancung. Sayangnya, sifatnya terlalu jelek untuk wajahnya yang sempurna.

Gadis yang berdiri di hadapan rak buku nonfiksi ini masih sibuk dengan fikirannya.

Kenapa Kak Adit itu galak banget?
Sayang banget sama wajah tampannya, kalau judes kan mana ada cewek yang mau deket sama dia.

Tanpa ia sadari, keberadaan dirinya saat ini kembali terancam. Ternyata melamun itu salah, buktinya ia menganggu Adit yang kebetulan mencari buku di rak yang sama tempat Sera berdiri.

"Permisi!" ketusnya. Namun tidak mendapati gadis tersebut meresponnya.

Ia memperhatikan nametag yang melekat dipakaian gadis tersebut.

"Sera Anggraini, woy misi!" tegur Adit sedikit meninggikan nada suaranya.

Pandangan matanya beralih ke sekitarnya, beberapa orang menatapnya dengan ekspresi ketakutan. Ia tidak memperdulikannya.

"Lo tuli yah?!"

Karena masih tidak mendapati respon gadis di depannya ini, Adit menarik tangan Sera. Alhasil karena tubuh Sera yang tidak siap ia terjatuh, namun tangannya menarik tangan Adit yang menyebabkan Adit juga jatuh.

Yang jadi masalah sekarang, Adit jatuh diatas tubuh Sera. Dan tanpa sengaja mencium keningnya Sera. Mata Sera melotot, begitupun sebaliknya.

Adit segera berdiri, menghela napasnya ia menyodorkan tangannya dihadapan Sera.

"A-anu, untuk itu gue min-minta maaf Kak," ujar Sera terbata-bata. Ia segera berdiri tanpa menerima uluran tangan Adit. Ia tidaak tau jika sodoran tangan Adit itu hendak membantunya. Ia pikir Adit menunjuknya karena marah.

"Gue harus gimana nih?" gumamnya bertanya pada dirinya sendiri.

Adit segera menarik tangannya, lalu memasukkannya ke dalam saku celananya. Tanpa mau menatap Sera, ia segera memandang berbagai buku dihadapannya.

"Kalau tuli, gue saranin jangan ganggu kegiatan orang!"

"Tapi, gue enggak ganggu kegiatan Kak Adit. Tadi, kan Kak Adit yang narik tangan gue, makan-"

Mendapati tatapan yang tajam dari Adit, membuat ia merapatkan bibirnya. Tangannya bergerak menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Iya-iya gue yang salah. Sekali lagi, gue ucapin maaf yah Kak," ujarnya seraya menundukkan kepalanya.

Adit menatap Sera dengan datar. "Lo ingat gak sih?-"

"Enggak! Enggak ada yang mau gue inget tentang Kak Adit!" ceplosnya.

Tersadar ucapannya salah, Sera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Memejamkan matanya, ia meringis dalam hatinya.

Kalau gini, gue bisa mampus di telan Kak Adit.

"Anu-"

"Adit! Kalau ribut sama pacarnya jangan di perpustakaan! Kalian udah melanggar aturan di perpustakaan, sekarang ibu hukum kalian buat bersihin gudang ruang olahraga!" celetuk Bu Dina yang sedari tadi memperhatikan kedua insan ini beradu mulut.

Adit semakin menatap tajam Sera, membuat Sera bingung harus bagaimana.

"Itu Buk, aduhh... Yang pertama saya bukan pacar Kak Adit-"

"Pacar atau bukan, itu bukan urusan saya!" potong Bu Dina dengan cepat.

Sera meringis. Ia kembali menggaruk kepalanya. Tatapan matanya menyorot wajah Adit, ia hendak bertanya harus bagaimana. Tapi orang di depannya ia membuang muka.

SAVAGE BOY? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang