"Gue barusan, ditolak?" ujarnya yang masih tidak percaya kejadian barusan.
Pftttt!
Nio menoleh ke belakang tubuhnya. Ternyata disana ada Ayu yang sedang menutup mulutnya dengan pipi yang mengembung menahan tawanya yang akan meledak. Nio menatap gadis itu dengan wajah yang datar.
"Ngapain lo disini?"
Ayu mengusap poninya pelan. "Gue cuman mau lewat. Eh, dapet syatu hal yang sangat menghibur. Pinter banget sih adek gue nolak lo,"
"Hemm, dia sukanya sama Adit. Padahal gue gak kalah ganteng sama pintarnya dari Adit. Menurut lo, kurangnya gue apa?" tanyanya dengan bahu yang melorot. Wajahnya terlihat lesu.
Ayu menepuk pundak cowok itu. "Loyo amat sih jadi cowok. Karena lo itu bukan Adit, mau lo mirip 99,9 persen sama Adit pun kalau lo bukan Adit, dia gak bakalan suka sama lo,"
Ayu menarik sudut bibirnya, membuat senyuman miring menghiasi wajah cantiknya. Wajahnya mendekat kearah telinga Nio. "Pacaran sama gue aja yok! Gue terima nih, semua kekurangan maupun kelebihan lo," bisiknya pelan.
Diam-diam Nio menarik sudut bibirnya juga dengan alis yang bertaut tajam. "Kalau gitu, ayo pacaran!" serunya lembut ditelinga Ayu.
Mata Ayu membola, beneran dia diterima Nio. Rasanya ia tidak percaya, kedua pipinya ia tepuk dengan keras.
"Eh, gue kira gue mimpi. Ternyata ini nyata!" seru Ayu dengan wajahnya yang sangat kaget.
Nio terkekeh. Lengannya tanpa permisi merangkul pundak Ayu. "Ayo kita pacaran, belajar saling mengenal lagi. Gue capek jadi jomblo," ujarnya santay.
"Gue juga capek ngejar lo." jujur saat Ayu dulu putus dengan Nio, ia merasa ada yang hilang. Nio satu-satunya cowom yang berhasil masuk ke dalam hatinya yang terdalam.
Senyuman manis di wajah Ayu mengembang sehangat mentari. Rasanya saat melihat mereka berdua berjalan saling bergandengan tangan sangat silau. Jiwa para siswi yang jomblo menggebu-gebu. Rasa ingin punya pacar semakin meningkat!!!
•••
Deruman motor berhenti di depan warung nasi goreng yang menurut anak tongkrongan terenak di Indonesia.
Warung Pak Nagih! Nasi gorengnya memang bikin ketagihan. Rasa ciri khasnya memang tidak bisa dilupakan. Kayak move on dari mantan aja.
Adit melepaskan helmnya, lalu melangkah masuk ke dalam warung. Duduk di sudut ruangan dimana terdapat kolam di sebelahnya.
"Pak nasi gorengnya satu, sama es teh satu!" serunya memberitahu Pak Nagih yang berada di dapur. Warung ini memang hanya di kelola oleh sedikit orang. Cara memesannya pun harus berteriak terlebih dahulu.
"Oke, 15 menit lagi!" sahut Pak Nagih dari bilik dapurnya.
Adit menghela napasnya, kepalanya terasa pusing. Pulang ke rumah melihat rumah yang berantakan, lalu mamanya yang menangis. Masalah orang tuanya memang suka membuat ia malas untuk berada di rumah.
"Eh, Kak Adit!" seru Sera sambil menarik kedua sudut bibirnya. Tangannya melambai cowok itu yang menolehnya.
"Kak Adit kemana aja? Kok selama ini alpa. Memangnya Kak Adit punya masalah yah?" tanya Sera kecepatan bertanya diatas rata-rata.
Adut menatapnya datar. "Ngapain lo disini?!" dari raut wajahnya menampilkan rasa tidak sukanya yang mendalam.
Ekspresi wajah Sera mengerut. Ini Kak Adit bercanda yah? "Yah, aku mau makan," sahut Sera sambil terkekeh berusaha menghilangkan rasa takutnya.
Adit beranjak menuju bilik dapur, meninggalkan Sera dengan pikirannya yang merajalela. Pandangan matanya mengamati punggung yang dilapis jaket kulit hitam itu. Ditangan cowok itu terdapat sebuah plastik putih yang Sera yakini adalah nasi goreng.
"Kak Adit!" Sera menghalang jalan Adit. Cowok itu mendengus.
"Minggir, gue mau lewat!"
Sera menggelengkan kepalanya. Walaupun ia tahu, mereka sudah menjadi pusat perhatian ia tetap tidak peduli.
"Kak Adit perlu jelas-"
"Gue gak perlu jelasin apapun. Lo harusnya sadar, lo sendiri itu siapanya gue? Apa gue harus lapor apapun yang gue lakuin?" Adit melewati Sera yang mematung. Namun ia kembali berjalan ke depan tubuh Sera. "Lo harusnya ngaca. Lo itu menjijikkan!" lanjutnya dengab senyuman sinis.
Sera terdiam. Bibirnya kelu, ia tidak bisa berkata apapun. Rasanya, Kak Adit enggak begini. Mengapa ia berubah? Ini semuanya pasti hanya bayangan buruknya saja.
Sera mengambil tasnya dan berlari terburu-buru mengejar Adit. Untungnya cowok ini tengah memasang helm fullfacenya.
"Kak Adit!" serunya berdiri di depan motor Adit. Adit memasang wajah yang siap akan meledak akibat emosi. Namun, deringan ponsel Sera menghentikan reaksi amarahnya.
Sera mengangkat telpon yang berasal dari nomor tidak ia kenal.
"Halo, ini dengan siapa yah?" tanyanya dengan kening berkerut. Sengaja ia loudspeaker agar Adir bisa mendengarnya, jika saja orang yang menelponnya ini macam-macam.
"Halo," suara lembut ini. Sera salah dengar, kan?
"Sera, sayang. Ini Mama. Mama udah transfer untuk kamu bulan ini. Boleh Mama bertemu dengan kamu, minggu ini?"
Sera termenung. Matanya terasa panas, ia sangat merindukan sosok wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini. Terakhir kali ia melihat dan mendengar suara wanita ini yaitu saat pemakaman Kakaknya, Sara.
Di lain sisi, Adit mendengus. Dengan cepat ia menyalakan motor gedenya dan melaju meninggalkan Sera seorang diri di parkiran.
Sera menatap motor hitam itu yang telah manjauh dengan kecepatan tinggi. "Kak Adit," gumamnya.
"Sera, sayang! Kamu masih denger Mama kan?"
Sera tersadar dari bengongnya. Ia kembali fokus pada suara orang yang sedang bertelfonan dengannya.
"Maaf, apa? Tadi enggak kedengaran,"
"Mama mau ketemuan sama kamu minggu depan. Di cafe Rosaria Indah aja yah?"
"Oke." dengan cepat Sera memutuskan telfon dari Mamanya. Rasanya ini sangat sulit ia percaya, akhirnya ia akan bertemu kembali dengan wanita yang melahirkannya.
Saat ia dan Sara masih berumur dua tahun, mereka sudah ditinggal pergi oleh sosok Mamanya. Lalu, wanita itu muncul kembali saat pemakaman Sara. Saat itulah Sera bisa mengenang kembali gambaran wajah wanita yang melahirkannya ke dunia ini.
Setelah itu, ia kembali menghilang bak ditelan Bumi. Dan sekarang, ia menelfon karena memberitahu akan menemuinya minggu delan.
Reaksi seperti apa yang harus Sera tunjukkan?
Rasa senang dengan kerinduan yang amat mendalam, atau rasa benci yang sangat mendarah daging?
"Kak Sara, Mama mau ketemu sama Sera minggu depan," ujarnya dengan setetes air mata yang membasahi pipinya.
•••
Kamis, 25 Februari 2021
NekoPtr24
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE BOY? [TAMAT]
Roman pour Adolescents"Percuma otak gue pinter dalam matematika, kalau gue gak bisa pinter ngejaga hati orang yang gue suka." Awal pertemuan Sera dan Adit tidak ada bagusnya. Semuanya berantakan, saat mereka bertabrakan di koridor. Sejak saat itulah Sera membenarkan seti...