Koridor kelas X IPA 3 diramaikan oleh bisik-bisik para siswi yang melihat Adit berjalan akan melalui koridor kelas mereka. Penampilan idola mereka terlihat sangat berantakan. Dengan wajah tampannya yang penuh lebam, serta pakaian yang tidak rapi. Berbeda dari seorang Adit biasanya, yang selalu rapi dimanapun.
"Gilaaa! Kak Adit kalau penampilannya kayak gini, kesannya badboy cuy!" seru seorang siswi yang berseru histeris berbisik pada sahabatnya.
Adit hanya berlalu, tidak peduli apa yang mereka ucapkan. Mata Adit menatap ruang kelas X IPA 3. Disana, Sera sedang tertawa bahagia bersama temannya.
Apa yang bisa Adit lakukan? Sera bahagia dengan cara seperti ini. Ia pun sudah menyerahkan dirinya pada Banu, kemarin. Dengan syarat tidak akan menganggu orang yang penting baginya.
Adit menghela napasnya, ia hendak pergi. Namun hatinya ragu. Suara teriakan dengan nama yang ia kenal mengalihkannya.
"BELLA!" seru beberapa siswi perempuan sambil mengepungi perempuan tersebut yang tengah tergeletak dilantai dengan wajah yang pucat.
"Bel!" suara Sera menarik perhatian Adit, cowok ini menolehkan kepalanya menatap Bella.
Seberapa bencinya ia pada gadis ini, ia tetap harus peduli kepadanya.
"Bel!" Adit berseru sambil menepuk kedua pipi gadis ini lembut.
Sera menepis tangan Adit dengan wajah yang mengerutnya, mungkin ia bingung. Kenapa Adit harus peduli?
"Bukan urusan lo!" Adit dengan cepat menggendong tubuh gadis ini dan membawanya UKS terlebih dahulu.
Sera memandangi punggung Adit yang semakin jauh dari pandangan matanya. Jena melihat temannya itu termenung, ia hanya bisa menepuk pundak gadis itu.
"Sera, mungkin Adit lagi kerasukan setan baik. Makanya mau nolong orang." ujarnya berusaha menenangkan sahabatnya itu.
Tapi Sera menggelengkan kepalanya. "Bukan itu yang gue permasalahin. Tapi, wajah Kak Adit."
Dino menarik kedua tangan sahabatnya itu. "Mending kita susul. Lo tanyain semua yang lo mau tau. Biar semua jelas, jangan hanya menduga."
Jena menganggukkan kepalanya, sambil tertawa tidak percaya. "Tumben otak lo berguna."
Dino tidak memperdulikan ucapan Jena. Ia langsung menarik kedua tangan gadis itu.
"Mending pergi sekarang!"
Sera termenung, namun tetap mengikuti Dino dalam diam.
~~~•••~~~
Sera menatap temannya itu tengah berbaring dengan mata yang terpejam rapat, serta wajah yang pucat. Jena mengoleskan minyak kayu putih ditangan Bella yang terasa dingin. Sedangkan Dino, cowok ini hanya duduk di ranjang yang bersebelahan dengan ranjang Bella.
"Lo penasaran dimana Kak Adit?" tanya Dino dengan wajahnya yang terlihat menggoda Sera.
Sera menatap kesal Dino. "Apaansih!" elaknya dengan memalingkan wajahnya.
Dino hanya tertawa. Kenapa temannya ini harus malu coba? Sesama sahabat mah santai aja.
"Cari aja dia diruang guru, atau ruang TU. Mungkin dia ngehubungin ortunya Bella."
Sera menolehkan kepalanya sambil bertepuk tangan kagum. "Pinter lo No!" pujinya sambil menunjukkan kedua jempolnya pada Dino. Sera menatap Jena dan Dino bergiliran. Lalu menampilkan sederet gigi putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE BOY? [TAMAT]
Ficção Adolescente"Percuma otak gue pinter dalam matematika, kalau gue gak bisa pinter ngejaga hati orang yang gue suka." Awal pertemuan Sera dan Adit tidak ada bagusnya. Semuanya berantakan, saat mereka bertabrakan di koridor. Sejak saat itulah Sera membenarkan seti...