07

414 71 5
                                    

Jam sudah menunjukan tengah malam dan Yuki terbangun dari pingsannya. ia segera mendudukan diri dengan paksa meskipun kepalanya masih terasa pusing. 
ia mengernyit ketika mendapati kompresan yang jatuh dari dahinya. lalu tatapannya terkunci pada seseorang yang sedang tertidur dengan kepalanya yang berada diatas kasur.

Yuki tersenyum melihat remaja yang sedang tertidur itu dan tanpa sadar tangannya ikut terulur untuk mengusap rambut kelabunya.
"Sepertinya aku berhutang budi padamu..." ucapnya disela sela usapan itu.

"Ya. kau berhutang budi padaku"

Yuki tersentak mendengar suara serak yang menjawab ucapannya. tangan yang tadi terulur untuk mengusap rambut kelabu itu sudah terhenti karena sebuah tangan yang secara tiba tiba menggenggam nya.

Osamu sudah bangun? tidak, bahkan matanya saja masih terpejam. lalu, kenapa dia masih bisa menjawab ucapannya dan menggenggam tangannya? ah entahlah, Yuki sendiri juga pusing.

"O-Osamu?"

"Hm?"

Ah dia menjawab. itu artinya dia belum tidur dia hanya memejamkan mata.

"Terima kasih"

Osamu membuka matanya, kembali pada posisi tegap lalu menatap Yuki dengan tangan mereka yang masih bertautan.

"Tidak masalah" ucapnya dengan senyum diakhir kalimat.

Melihat Osamu tersenyum tulus begitu membuat Yuki salah tingkah dan berakhir dengan rona merah pada wajahnya. Osamu tertawa meledek menyadari itu.

"Hei, Hei, apa itu? kenapa wajahmu merah Yuki?"

"B-Berisik!"

Tapi justru ia malah semakin tertawa keras. membuat Yuki sebal dan enggan menatapnya.

"Baiklah baiklah, maaf. jangan marah begitu"

"Tidak, aku tak akan memaafkan mu lihat saja!"

"Hei apa apaan itu! konyol sekali"

"Masa bodo. wlee!" jawabnya sambil menjulurkan lidah meledek.

"Padahal masih sakit tapi tetap saja menyebalkan" gumam Osamu yang tanpa sadar terdengar oleh Yuki.

"Hah?! apa katamu?!"

Osamu terkesiap mendengar respon Yuki. apa jangan jangan dia mendengarku tadi? uh, mampus.

"Siapa yang memancingku duluan? huh!"

"Jadi maksudmu ini salahku begitu?"

"Ya."

"Itu juga salahmu yang langsung terpancing"

"Hei! aku ini perempuan—"

"Itu tidak ada hubungannya bodoh!"

"Ada!"

"Tidak!"

"Ada. jika kubilang ada ya ada Osamu!"

"Tidak. jika kubilang tidak ya tidak Yuki!"

Adu mulut itu berakhir dengan keduanya yang saling menatap kesal membuat gejolak api membara diantara mereka.

"AP–"

"BERISIK!!"

"DASAR PASANGAN GILA!"

"..."

Mereka berdua saling terdiam setelah mendengar teriakan dari kamar atas.
tak sadar jika perdebatan mereka mengganggu tidur nyenyak si rambut kuning.

"Bodoh! ini gara gara kamu- hahah" bisik Yuki diselingi tawa.

"Lihat! saudara kembarmu itu sampai marah marah begitu, kasihan sekali- hahah"

"Itu gara gara kita juga bodoh!, tidak sadar diri ya?- hahah"

"Lagipula abaikan saja si rambut kuning itu"

Mereka semakin tertawa keras setelah mendengar Osamu yang menyebut Atsumu dengan sebutan 'si rambut kuning'.

"Apa apaan itu oi- hahah"

"Itu—"

"OSAMU! YUKI!"

"..."

{❄❄❄}

Atsumu, Yuki sedang mengobrol dimeja makan sementara Osamu sedang menyiapkan makanan.

"Keadaanmu bagaimana?" tanya Atsumu.

"Aku sudah baik baik saja ko, terima kasih ya sudah mengizinkan ku menginap disini"

"Ah, tidak masalah. lagipula Osamu yang menjagamu seharian kemarin"

"S-Seharian?"

"Ya. dia bahkan sampai bolak balik ke dapur untuk mengambil kompresan baru untukmu"

"Dia juga sempat ketiduran sampai lupa makan. aku belum pernah melihatnya sampai seperti itu"

"Dan kurasa...dia benar benar khawatir padamu Yuki"

Yuki menatap tak percaya dengan ucapan Atsumu. Osamu rela sampai seperti itu hanya demi dirinya? meskipun ia senang mendengarnya tapi tetap saja itu berlebihan, bagaimana jika nanti Osamu juga ikutan sakit karena perilaku berlebihannya itu?.

Yuki baru saja ingin mengatakan sesuatu tapi ia urungkan kembali niatnya saat melihat Osamu yang datang dengan beberapa piring makanan. mereka bertiga pun makan bersama layaknya keluarga.

"Masakanmu enak sekali"

"B-Benarkah?!"

"Ya"

Osamu langsung berbinar binar mendengar pujian Yuki. "K-Kalau begitu aku akan masak makanan yang banyak untukmu Yuki"

"E-Eh?! tidak usah! nanti kalau tidak habis bagaimana?"

"Tenang saja. ada Tsumu yang akan menghabiskan nya"

Atsumu menganga ingin protes ketika namanya tiba tiba diseret oleh Osamu.
"Apa apaan itu oi!" sautnya.

"Diam kau berisik!"

"Cih, dasar tidak jelas!"

Yuki lagi lagi terkekeh melihat perdebatan kedua anak kembar ini. mereka ini memang selalu berdebat setiap saat, apapun pasti mereka perdebatkan, Yuki sampai bingung apakah mereka ini pernah akur?.

"Ah, Yuki" Atsumu membuka pembicaraan.

"Hm?"

"Aku tak percaya kau bisa sabar menghadapi manusia gila sepertinya"

Yuki terkekeh mendengar ucapan Atsumu. sementara Osamu yang mendengar langsung menatap tak terima.

"Sadar diri dong! kau bahkan lebih gila dariku"

"Hei tuduhan macam apa itu!"

"Itu memang fakta."

"Tidak. enak saja!"

"Oi! kalian ini apa apaan deh? ribut mulu"

"Dia yang memulai Yuki" saut Osamu membela diri.

"Hah?! apa katamu!"

"Memang kau kan Tsumu!"

"Osamu. Atsumu. sudah cukup dan cepatlah habiskan makanan kalian."

Mereka berdua langsung merinding mendengar suara datar dan tatapan penuh intimidasi dari gadis yang duduk ditengah tengah itu. melihat Yuki yang seperti sekarang membuat mereka teringat pada sang kapten.

Mereka pun bertekad untuk tidak membuat Yuki murka lagi.

#Poormiyatwins.

╥﹏╥

to be continue...

WINTER || miya osamu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang