Ungkapan Perasaan

9.2K 112 0
                                    

Part 4

"Aira, ada sesuatu yang saya mau bicarakan sama kamu. " Ucapnya setelah sesi permainan kami berakhir.

"Apa itu Mas? " Ucapku sambil merapatkan selimut yang menutupi tubuhku.

"Mulai besok, mungkin saya tidak bisa pulang dua minggu sekali seperti biasanya. Mungkin bisa sebulan sekali atau dua bulan sekali. "

"Kenapa bisa seperti itu Mas? "

"Dalam beberapa minggu kedepan akan lebih banyak pekerjaan. "

"Bagaimana kalau Aku sama Cici ikut kesana Mas, biar ada yang ngurus kamu juga disana. "

"Tidak, kamu tetap disini. Kita masih saling bertukar kabar lewat ponsel. "

"Mas yakin? Bukannya kalau sudah disana Mas akan sangat sibuk. Bahkan tidak ada waktu meskipun hanya sekedar mengabari aku. "

"Akan saya usahakan. "

Setelah itu hanya ada keheningan diantara kami berdua.

Selama dua hari Mas Raka berada dirumah,  padahal sepertinya Cici masih kangen sama Papanya. Tapi Mas Raka ya Mas Raka, meskipun aku meminta untuk ikut kalau dia bilang tidak ya tidak.

"Jadi Raka sudah berangkat lagi? " Ucap Mas Wisnu. Kami sedang melakukan panggilan telepon saat ini, sementara Cici sedang dirumah ibu.

"Iya Mas, katanya sekarang bakalan lama disananya. "

"Ya sudah, mungkin memang dia sedang banyak pekerjaan. "

Semakin hari aku semakin terkagum sama kedewasaan nya, dia tak pernah sekalipun mempengaruhi ku untuk berfikiran buruk tentang Mas Raka. Setiap kata-katanya justru selalu membuatku lebih tenang.

"Aira... Ayo kita bertemu saat jam makan siang nanti! "

"Emm, gimana ya Mas aduh aku jadi bingung? Memangnya kita akan bertemu dimana? "

"Bagaimana kalau di tempat makan? nanti aku kirimin alamatnya. "

Batinku berteriak untuk menolak, tapi justru pikiran tak sejalan dan malah mengiyakan ajakannya.

Ada rasa bahagia tersendiri saat akan bertemu dengannya. Aku sekarang persis ABG yang sedang kasmaran. Deg-degan, gugup semua bercampur jadi satu.

Saat kerumah ibu ternyata Cici sedang tidur, aku memutuskan untuk tidak mengajaknya. Cici anaknya tidak rewel, dia tidak tergantung sama ASI. Kalau aku ada urusan atau berbelanja ke pasar, dia bisa minum susu formula.

Aku berpamitan pada ibu untuk berbelanja kebutuhan ke minimarket. Maafkan aku bu, aku mulai berbohong pada ibu.

Tibalah aku di sebuah alamat yang dikirimkan Mas Wisnu. Sebuah restoran yang cukup bagus. Entah kenapa dia mengajakku bertemu disini.

Rupanya dia sudah memesan sebuah private room. Mas Wisnu masuk terlebih dahulu, beberapa menit kemudian aku menyusulnya. Walau bagaimana pun juga kami takut, tidak sengaja bertemu dengan orang yang kita kenal.

"Kenapa ngajak ketemu disini Mas? " Tanyaku pada lelaki yang ada di hadapanku kini. Jujur saja dari tadi jantungku sebenarnya sudah berdebar tidak karuan.

Kulihat dia hanya tersenyum tipis, kami saat ini sedang menyantap beberapa hidangan yang sudah di pesan.

Ternyata kami mempunyai kesamaan, lebih suka makan tradisional daripada makanan luar.

"Biar bisa lebih leluasa aja ngobrolnya. "

Aku mengangguk paham.

"Kenapa Cici tidak di ajak? "

"Tadi pas mau berangkat ternyata lagi bobo, mau di bangunin kasihan. Tadi dia lagi main di rumah ibu. "

"Oh, tapi nanti pas kebangun dia gak akan nangis kan? "

"Biasanya sih dia kalau sama ibu suka anteng, meskipun aku tinggal. "

"Aira... Aku minta maaf untuk kejadian terkahir pas lagi di rumah Tari. Aku tidak bermaksud untuk berbuat kurang ajar sama kamu. Aku tau batasan di antara kita Aira, meskipun terkadang aku ingin menembus semua batasan itu. Aku.... Ingin sekali saja egois, untuk berharap sama kamu. "

Kejadian itu lagi, tiba-tiba saja pipiku serasa panas saat mengingat nya. Apalagi saat itu kepergok langsung sama Tiara adiknya Tari. Malu lah pasti.

"Iya Mas, gak papa. Aku juga tau batasan diantara kita Mas, tapi aku juga tidak bisa membohongi diri aku. Kalau aku, sudah terlanjur nyaman sama kamu. "

Untuk sesaat aku berharap waktu untuk berhenti walaupun hanya sebentar saja. Aku terus ingin ada di dekatnya seperti ini. Sejenak Aku ingin menutup mata dari dunia yang akan menghujatku.

***

Berselingkuh dengan Teman Suami (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang