[Ra, kenapa teleponnya gak di angkat? ]Saat membuka ponsel ada sebuah pesan dari Mas Wisnu. Entahlah sejak kejadian malam itu, aku sedikit menjaga jarak dengannya.
Aku tidak menjawab panggilan telepon darinya, aku juga tidak membalas pesan-pesan yang dikirimkan nya.
Rasa bersalah di hati ini kepada suamiku semakin menyeruak. Perlahan tapi pasti, aku harus mulai mencoba melupakan Mas Wisnu. Semoga saja aku bisa.
Aku mencoba untuk menghubungi Mas Raka suamiku, sudah beberapa hari aku tidak dapat kabar darinya.
Panggilan pertama, tersambung tapi tidak diangkat. Aku mencoba panggilan yang kedua, dan akhirnya berhasil.
"Halo! " Ucap suamiku di seberang sana. Berhari-hari aku tidak mendengar suaranya. Ada rasa rindu yang membuncah di hati ini, benarkah debaran itu masih ada untuknya?
Aku yakin perasaanku pada Mas Wisnu hanya sesaat, dan hanya sebuah rasa nyaman. Ya semoga saja seperti itu!
"Halo Mas, sudah Makan siang? "
Saat ini sudah memasuki jam istirahat, aku sengaja menelepon nya."Sudah. " Jawabnya singkat seperti biasa.
"Aku belum Mas. " Pancingku dengan sengaja agar dia memberi perhatian.
"Oh, Cici mana? "
Cuma Oh, aku menghela nafas kasar. Memangnya aku mengharapkan dia bilang seperti ini.
'Lho, kenapa belum makan? Makan dong sayang nanti kamu sakit. Kalau kamu sakit kasihan nanti Cici gak ada yang jagain. '
Jangan berharap deh, dalam mimpi pun rasanya tidak mungkin."Ada di rumah ibu Mas. " Jawabku dengan nada yang lirih. Semoga saja dia lebih peka kalau aku sedang tidak baik-baik saja.
"Ya sudah, nanti saya tele- "
"Mas tunggu! Jangan ditutup dulu teleponnya. "
Aku sengaja memotong pembicaraannya yang belum selesai. Aku tau pada akhirnya dia akan memutuskan panggilan begitu saja. Padahal dengan susah payah aku berusaha menghubunginya beberapa hari ini."Mas, kenapa beberapa hari ini gak bisa dihubungi? "
"Saya sibuk Ra. "
"Selalu saja dengan alasan sibuk Mas, tidak adakah waktumu lima detik saja sehari untuk mengirimkan pesan dan memberiku kabar. Oke, kamu gak usah nanyain aku. Kamu bisa nanyain keadaan Cici kabar anak kamu sendiri. "
Cercaku padanya sambil terisak. Rasanya sudah tidak kuat, ingin mengeluarkan semua unek-unek yang menjadi beban pikiranku selama ini.
"Jangan egois Aira, saya benar-benar sibuk bekerja disini. Jangan berfikir aku tidak peduli sama kamu dan juga Cici. " Sentaknya dengan nada yang mulai meninggi.
"Kamu yang Egois Mas, kamu memang tidak pernah peduli padaku. "
Panggilan terputus begitu saja, aku semakin tergugu tangisku semakin menjadi. Terkadang aku merasa lelah menghadapi drama pernikahan ini.
Berhari-hari kami tidak saling menghubungi, sudah biasakan dia seperti itu. Apalagi sekarang mode marahnya sedang On.
Saat itu aku sedang bermain bersama Cici di ruang tamu, tiba-tiba ada Tari datang. Tumben, biasanya kan aku yang kerumahnya.
"Hai ponakan Aunty yang cantiknya mirip kaya Aunty Tari, makin hari makin gemesin banget sih. "
Ucapnya sambil nyelonong masuk, aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. Harap maklum sama kelakuan absurdnya. Kini Cici sudah beralih ke pangkuannya.
"Hai juga Aunty, aku cantiknya kaya Mama bukan kaya Aunty. "
Jawabku menirukan suara Cici. Kulihat dia hanya terbahak, dasar."Bang Wisnu uring-uringan tuh, kalian lagi bertengkar ya? Katanya beberapa hari ini kamu gak bisa di hubungi? "
Aku menghela napas, sudah kuduga kedatangannya mempunyai maksud tersembunyi.
"Enggak kok, beberapa waktu yang lalu aku malahan bertengkar sama Mas Raka? "
"Hah..kok bisa? Ada masalah apa?"
Aku menceritakan semuanya sama Tari, tentang hubungan komunikasi antara aku sama Mas Raka yang kurang baik.
Juga tentang aku yang sudah mengelurakan semua unek-unek, yang selama ini aku pendam sama dia.
"Ra.. Kamu pernah gak sih curiga sama suami kamu? "
"Sebenarnya pas waktu dia pulang kemarin ada yang ngirim pesan sama dia, menanyakan apa dia sudah sampai apa belum. "
"Terus! "
"Ya pas aku lihat foto profilnya cuma gambar bunga, aku juga lihatnya hanya sekilas. Ponsel Mas Raka di kunci pakai kata sandi, dan aku gak tau kodenya berapa. "
"Wah, masa kamu gak tau sih kata sandi HP suami sendiri? "
"Itu karena dia gak pernah ngasih tau aku Tari. "
"Pasti ada yang dia sembunyikan tuh kalau gitu. Terus kamu tanyain gak sama suami kamu siapa yang mengirimkan pesan? "
"Udah, katanya Arya rekan kerjanya. Tapi masa sih kalau Arya kayanya gak mungkin deh. Fotonya terlalu feminim kalau buat cowok. "
"Aku sih kalau jadi kamu juga bakalan mikirnya kaya gitu. "
"Apa aku tanyain aja kali ya Tar sama suami kamu Mas Deri, mereka kan satu kantor. "
"Iya sih satu kantor. Tapikan kamu tau sendiri suami kamu orangnya kaya gimana. Dia tertutup dan jarang bergaul sama karyawan yang lain. Apalagi sama suami aku kurang akrab, gak bakalan tau dia. "
"Aku harus gimana dong Tar? "
"Bagaimana kalau kamu susul saja dia ke Bandung? Tapi jangan sampai dia tau kalau kamu kesana. "
Apa iya aku harus menuruti ide Tari, menyusul Mas Raka ke Bandung?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Berselingkuh dengan Teman Suami (21+)
General FictionAira mempunyai suami Raka dan juga cuek, selain itu juga kurang perhatian. Hadirlah Wisnu yang memberikan cerita baru untuk Aira, memberikan perhatian yang tidak pernah Aira dapatkan dari Raka. Wisnu sendiri merupakan sahabat sekaligus teman Raka. A...