Wanita lain Raka

8.4K 194 28
                                    


POV Raka

Dua hari aku berada di Jakarta, kini aku harus kembali lagi ke Bandung. Sebenarnya aku masih kangen sama Anak dan juga Istriku. Tapi apa boleh buat, hampir setiap waktu Bella menerorku mengirimkan pesan. Dia memintaku untuk segera kembali ke Bandung.

Padahal aku sudah mengabulkan permintaan dia, aku sudah bicara pada Aira. Mulai sekarang aku akan pulang ke Jakarta sebulan atau dua bulan sekali. Seharusnya dia memberi aku waktu untuk lebih lama di sana.

Bella memang wanita yang egois, dia sudah banyak berubah. Bukan lagi Bella yang dulu. Tapi aku juga tak bisa melepaskannya begitu saja.

'Argh sial'
Keadaan ini benar-benar membuatku tambah frustasi saja.

"Mas.. Ko lama disana? Aku kan sudah mengirimkan pesan agar cepat pulang. " Ucapnya malam itu, begitu aku baru saja sampai dan menginjakan kaki di apartemen.

"Cuma dua hari Bella gak lama. " Jawabku sambil duduk diatas ranjang. Mengendarai mobil sendiri Jakarta-Bandung, lumayan membuat kedua tanganku terasa pegal.

"Ck, bilang aja kamu habis kangen-kangenan kan sama Aira. " Kulihat di berdecak malas sambil merebahkan dirinya diatas ranjang.

"Aira juga istriku Bell, mengertilah! "

"Ya aku tau dia istri sah mu Mas, tapi aku tidak akan pernah lupa kalau dia yang udah rebut kamu dari aku. Dia yang udah menghancurkan semua mimpi kita. Sekarang aku harus menerima nasib aku, yang hanya menjadi istri simpananmu Mas. "
Sentaknya tak terima, bahkan kini kedua netranya sudah berakaca-kaca. Kalau sudah seperti ini yang bisa kulakukan hanyalah mendekap erat tubuhnya, membawanya dalam pelukan.

"Sudah, yang penting kan aku nyatanya lebih banyak menghabiskan waktuku disini bersama kamu. Aku juga jarang menghubunginya kalau sudah disini. Aku juga sudah bicara pada Aira kalau aku mungkin sekarang akan disini lebih lama. " Ucapku menenangkannya.

"Benarkah? " Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Mas, tadi ibu telepon katanya dia butuh uang untuk biaya rumah sakit. "
Aku menghela napas, setelah aku menikahi Bella aku mengurangi jatah bulananku pada Aira.

Beruntung Aira tidak pernah protes, dia istri yang baik. Padahal sekarang kebutuhannya semakin banyak setelah ada Cici. Tapi dia begitu pandai mengatur keuangan.

Dia juga tidak pernah menanyakan berapa gajihku yang sebenarnya. Berbeda dengan Bella, dia hampir setiap waktu memintaku uang.

Aku memberinya jatah sama dengan Aira setiap bulan. Tapi dia selalu meminta tambahan dengan berbagai alasan. Contohnya sekarang ini, untuk biaya rumah sakit bapak nya.

Memang yang aku dengar bapaknya sudah sakit-sakitan. Tapi setiap kali aku ingin mengunjunginya, dia selalu menolak dengan berbagai alasan.

"Baiklah, besok Mas transfer ke rekening mu. " Finalku pada akhirnya. Aku sedang tak ingin berdebat dengannya saat ini.

"Mas, kamu pas disana gak nidurin Aira kan. " Ucapnya dengan manja. Bahkan kini tangannya sudah memainkan kancing kemejaku, dan melepasnya satu persatu.

Sontak tubuhku menegang, aku begitu merindukan Aira. Gak mungkin kan pas tiba disana aku nganggurin dia begitu saja.

"Apa hal seperti itu perlu kamu tanyakan juga Bell? " Aku menahan tangannya yang hendak melepaskan sabuk di pingganku.

"Kamu kan udah janji Mas sama aku, kalau kamu gak bakalan nidurin Aira? " Sentaknya tak Terima.

"Aira bisa curiga Bell, kamu harusnya mengerti. "

"Alah, bilang aja kamunya yang nafsuan. Apalagi ada cewek cantik kaya Aira tidur si samping kamu. Gak percaya kalau kamu biarin dia begitu aja. "

Aku menghela napas lelah, pertengkaran seperti ini sudah biasa terjadi setiap aku baru balik dari Jakarta.

"Aku sedang tidak ingin berdebat sama kamu, aku cape. "

Aku memutuskan untuk berbalik membelakanginya, tak ku pedulikan dia yang terus mengomel sambil misuh-misuh sendiri.

Saat sedang seperti ini, entah kenapa aku tiba-tiba merindukan Aira. Dia gadis yang penurut dan juga sabar, aku begitu berdosa telah menyakiti perasaannya dengan begitu kejam.

Kalau Mama sama Papa tau masalah ini, entah apa yang akan terjadi padaku. Mereka begitu menyayangi Aira dan juga putriku. Dari awal aku mengenalkan Bella kepada mereka, mereka tidak pernah merestui hubungan kami.

Entah itu karena memang aku sudah dijodohkan atau karena alasan lain, aku tidak tau.

Untuk sementara ini aku biarkan saja semuanya seperti air yang mengalir. Meskipun ada banyak wanita yang akan tersakiti. Aira, ibu, Bella dan juga putri kecilku Cici.

Saat dia dewasa nanti aku belum siap kalau dia menghakimi ku, karena aku telah menduakan ibunya. Maafkan Papamu ini nak!
Jangan pernah membenci Papa!

Saat sedang istirahat jam makan siang di kantor aku menerima panggilan dari ibu. Tumben, semoga saja tidak ada hal yang buruk.

"Halo Bu, Assalamualaikum! "
Ucapku begitu mengangkat panggilannya.

"Wa'alikumsalam, kamu apa kabar Raka? "
Terdengar jawaban dari wanita yang aku cintai di seberang sana.

"Alhamdulillah kabar aku baik Bu? Ibu sendiri sama bapak apa kabarnya disana? "

"Harusnya kamu lihat sendiri keadaan orangtuamu disini, katanya kemarin pulang ke Jakarta. "

"Maaf Bu! aku gak lama disana cuma dia hari, jadi gak sempat ke rumah Ibu. "

"Nah ini nih masalahnya, kenapa cuma dua hari disini? Memangnya kamu gak kangen apa sama istri dan anakmu. Dia lagi aktif-aktifnya lho Ka, kemarin ibu habis dari sana. "

Ibu benar, sekarang Cici sedang lucu-lucunya dia sedang dalam masa pertumbuhan. Seharusnya aku ikut menemani nya selama masa perkembangannya.

"Aku disini banyak kerjaan bu, jadi gak bisa kalau lama-lama disana. " Bohongku pada ibu, jangan sampai ibu tau kalau Bella lah alsan yang sebenarnya.

"Nah makanya kamu ajaklah istri dan anakmu kesana Ka, biar kami juga disana ada yang ngurusin. Apalagi ibu dengar katanya mulai sekarang kamu bakalan lama pulangnya. "

Aku menghela napas, seandainya tidak ada Bella mungkin aku akan membawa serta mereka kesini. Tapi keadaanlah yang memaksaku untuk jauh dari mereka.

"Itu gak mungkin Bu, lebih baik Aira sama Cici disana aja. Biar pasa ibu mau nengokin gak jauh, lagipula kan ibunya Aira kasihan disana sendiri. "

"Jaman sekarang kan udah canggih Ka, ada HP kalau ibu atau ibunya Aira kangen ya tinggal Video call aja kan gampang. "

"Nanti akan aku pertimbangkan Bu. "

"Iya, gak baik lho pisah jauh lama-lama dari istri. Kalau di pepet sama laki-laki lain gimana to Ka? Aira kan cantik walaupun sudah punya anak juga dia kelihatan masih ABG. "

"Nanti akan aku pertimbangkan bu. "

"Ya sudah kalau begitu, kamu jangan lupa jaga kesehatan dan jangan telat makan ya! Ibu pamit dulu Ka, Assalamu'alaikum! "

"Iya Bu terimakasih, wa'alikumsalam! "

Aku mendesah panjang, semua yang dikatakan ibu memang benar. Aira masih muda dan juga cantik, tidak mustahil kalau diluar sana banyak lelaki yang ingin mendekatinya.

Tiba-tiba aku jadi ingat perkataan Wisnu waktu itu. Semoga saja dia hanya menggertak ku, jangan sampai Aira tau kalau Wisnu menyukainya.

Awas saja si Wisnu, gak peduli dia sahabat juga teman aku. Kalau dia berani-berani deketin Aira, aku tidak akan tinggal diam.

Baru saja aku memikirkannya, tiba-tiba dia menelpon. Tumben ada apa? Semoga saja tidak ada hubungannya dengan Aira.

***

Ditunggu Votenya ya 😍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berselingkuh dengan Teman Suami (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang