10. Menunggu

754 79 6
                                    

Hayi berusaha menyamai langkah Morgan, tentu saja kakinya yang pendek itu sangat sulit mensejajari Morgan yang memiliki langkah lebar-lebar.

"Pelan-pelan dong!" protes Hayi, satu kesimpulan Hayi terhadap Morgan, bahwa cowok itu sangat pemaksa.

Morgan tak menggubris, namun tak sepenuhnya mengabaikan. Kini dia memelankan jalannya namun tak melonggarkan cengkraman tangannya pada pergelangan tangan Hayi. Hayi menatap punggung Morgan yang berjalan sedikit lebih di depannya. Ganteng, bahkan dari belakang pun seseorang bisa menebak kalau Morgan tampan, namun cowok itu terlalu sesuka hati bertingkah laku, yang terpenting adalah ahlak, Morgan memang tampan tapi kalau untuk kepribadian seseorang harus berpikir lagi untuk menyukainya.

Morgan membawa Hayi ke atas atap, Hayi memejamkan matanya untuk menghindari silau sinar matahari. "Panas tahu! Mau ngapain sih?" tanya Hayi tak terima, kulitnya memang akan tetap putih meski terkena sinar matahari, tapi Morgan harus tahu kalau sengatan sinar matahari sangat dihindari oleh para gadis.

"Siapa cowok tadi?" tanya Morgan, Morgan terlalu to the point, apa tak bisa dia sedikit saja mendengarkan Hayi kemudian berpindah tempat?

"Sahabat gue, dia segalanya buat gue dan dengan kurang ajarnya lo masuk di antara kami kemudian menghancurkan semuanya."

"Tapi lo bilang dia cuma temen, salah lo lah kenapa gak bilang kalau dia itu spesial."

Oke, Morgan tidak pernah salah!

Hayi memutar bola matanya malas, berapa lama lagi dia harus berhadapan dengan manusia otoriter di depannya ini?

"Gue udah terjebak dalam permainan yang lo buat, emang gue masih punya kesempatan milih Kenzie? Kenzie itu orang baik, marahnya dia gak akan bikin gue ribet, nanti gue akan minta maaf." Hayi membuang pandang ke sembarang arah.

Dari tempatnya berdiri Morgan bisa melihat rambut Hayi yang berkibar di bawa angin, cewek itu tampak semakin bersinar di bawah pantulan matahari seperti ini. Morgan sedikit mengakui kalau Hayi cantik, tapi tetap saja lebih cantik Jasmine. Tak tahu kapan tepatnya, namun sampai saat ini Jasmine adalah yang terbaik, Jasmine adalah segalanya. Entahlah Morgan akan jatuh cinta pada cewek lain selain Jasmine atau tidak. Dia hanya tidak tahu bahwa permainan yang diciptakannya akan membuatnya terjebak.

"Bagus kalau gitu, lagian kenapa harus punya sahabat? Hidup ini lebih baik dijalani sendirian." Mendengar itu Hayi menoleh menatap Morgan.

"Jangan samakan kehidupan semua orang sama hidup lo yang datar itu." Kalau cewek-cewek yang menyukai Morgan tahu bahwa tak ada yang bisa dibanggakan dari Morgan kecuali ketampanan, mungkin mereka akan menyesal, kecuali kalau mereka bodoh.

Morgan hanya menatap Hayi. Kemudian berjalan menuju cewek itu dan lagi-lagi dengan seenaknya mengambil tangan Hayi untuk digandeng. Susah ditebak, banyak hal-hal spontan yang Morgan lakukan yang sama sekali tak Hayi prediksi.

"Lebih baik kita kembali ke kelas." Morgan memelankan langkahnya, dia berusaha untuk terlihat seolah-olah sedang berjalan bersama dengan Hayi, seolah-olah sedang menikmati perjalanan mereka. Lagi-lagi Hayi harus merasa tidak nyaman sebab pandangan orang-orang, dia melirik Morgan yang tampak memasang tampang datar.

"Lo sadar gak sih kalau kita dilihatin?" tanya Hayi dengan nada berbisik, masalahnya adalah mereka masih baru pacaran, kenapa sudah selebay ini? Ini cukup memalukan untuk Hayi yang belum pernah pacaran.

Kapten MorganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang