18. Khawatir?

695 81 17
                                    

Semalam terang-terangan menolak, hari ini, Morgan bahkan menjemput Hayi dengan mobil. Hayi meliriknya yang menyetir di samping, cowok itu tak bicara banyak tapi Hayi tahu pasti dalam hatinya masih belum ikhlas.

Sampai di sekolah, Morgan membukakan pintu untuk Hayi kemudian mengambilkan tas ransel Hayi yang diletakkan di jok belakang. Hayi sampai tak tahu bagaimana harus bersikap di hadapan Morgan, cowok itu terlalu mendalami peran, Hayi sampai merasa kalau Morgan benar-benar overprotektif terhadapanya.

Hayi menerima tas ranselnya kemudian menatap Morgan takut-takut. Cowok itu tampak membuka tasnya sendiri kemudian mengeluarkan sebuah kantung plastik. "Cemilan buat lo selama di sana," ujarnya menyodorkan kantung plastik berlogo salah satu super market.

Hayi mengambil kantung plastik tersebut. "Padahal Kakak gak perlu repot-repot loh." Hayi memasukkan kangung plastik itu ke dalam ranselnya.

"Tempat perkemahan biasanya jauh dari kota, dan di sana nanti makannya terjadwal, siapa tahu lo laper," jelas Morgan.

Hayi mengangguk, ada untungnya juga jadi pacar pura-pura Morgan. Tapi kenapa Morgan sepeduli ini dengannya?

"Kakak gak ke lapangan?" tanya Hayi, ini adalah hari sabtu, seluruh murid tetap hadir hari ini karena harus ekskul.

"Gue nunggu lo berangkat," ujar Morgan, sungguh Hayi benar-benar tak mengerti, kenapa hanya untuk berpura-pura Morgan bisa sampai seperti ini.

Hayi mengangguk kemudian berjalan untuk duduk di sebuah bangku, Morgan mengikutinya duduk.

"Inget pesen gue jangan deket-deket sama Kenzie," ingatkan Morgan.

"Dia sahabat gue, masa gak boleh deket-deket, aneh deh!" Dan Hayi tidak akan terima itu.

"Oke, terserah kamu aja! Tapi tolong jangan sampe ada yang curiga." Di akhir kalimat Morgan mendekatkan bibirnya ke telinga Hayi.

Hayi mengangguk. "Iya Kakak tenang aja." Jadi sapaan mereka memang berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi.

Hayi bangkit dari posisi duduknya saat melihat Qasi dan Salwa baru saja datang.

"Ternyata lo udah sampe, padahal tadi kita berdua ke rumah lo nyusulin lo karena tahu pasti Kenzie gak bawa mobil," terang Salwa begitu sampai di dekat Hayi.

"Gue dijemput sama kak Morgan," beritahu Hayi.

"Ish kesel banget gue dengernya!" Qasi tampak menghentakkan kakinya.

"Dibawain cemilan juga." Hayi nyengir membuat Qasi semakin manyun.

Dan Qasi langsung kembali tersenyum sumringah saat Morgan berjalan mendekat ke arah mereka bertiga. "Nganterin Hayi ya Kak?" tanya Qasi basa-basi, Hayi sampai geleng-geleng kepala mendengarnya, sangat basi!

"Iya, gue juga mau minta tolong sama kalian berdua buat jagain Hayi dan mastiin dia gak deket-deket sama cowok. Apalagi kenzie." Morgan tersenyum merangkul Hayi.

"Oke, Kakak tenang aja," kata Salwa, geli juga melihat interaksi Hayi dan Morgan ketika sudah tahu kalau keduanya hanya pura-pura.

"Siaap Kak, apa sih yang gak buat Kak Morgan," kata Qasi.

Morgan mengangguk. "Bagus kalau gitu."

Morgan menghadap Hayi kemudian memegang puncak kepala gadis itu. "Jaga diri baik-baik, di sana gak ada gue," pesan Morgan.

Hayi mengangguk malas.

"Gue mau latihan dulu, nanti kalau udah nyampe kabari," lanjutnya.

Lagi-lagi Hayi mengangguk.

Kapten MorganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang