33. Wawancara Pacar Sendiri

1K 94 42
                                    

Hayi baru saja selesai make up, gadis itu tampak lebih segar daripada sebelumnya. Maklum saja menunggu Morgan yang sibuk dimintai foto sana-sini ternyata cukup membuatnya berkeringat. Mereka bahkan harus menyingkir ke sebuah kafe yang tak jauh dari GOR. Demi kenyamanan dan keamanan pengunjung lain mereka bahkan harus memilih bangku yang paling jauh di pojok.

"Oke, kita mulai nih?" tanya Endru yang sudah stay di belakanh kamera.

Morgan mengangkat tangannya untuk merapikan poni Hayi yang menurutnya sedikit berantakan. "Udah," ujarnya.

Endru mengangguk kemudian dalam hitungan ketiga Hayi melakukan pembukaan. "Hallo guys, kembali bersama gue Handayani Inggit Rahardja di channel SMA Pengubah Bangsa, nah kali ini gue bakal ngobrol-ngobrol santai sama seorang kapten tim basket SMA Pengubah Bangsa, dia adalah Morgan Brawijaya!" Hayi menunjukkan keberadaan Morgan dengan hebohnya.

"Hai..." sapa Morgan ke kamera.

"Nah kak Morgan ini masih pake baju basket lengkap ya, karena emang baru selesai tanding dan sekolah kita menang, waduh selamat ya Kak." Hayi mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Makasih juga udah datang." Morgan mengedipkan sebelah matanya untuk Hayi.

Hayi berusaha profesional dengan mengabaikan itu, mereka sudah brifing tadi dan saat take harusnya hasilnya maksimal.

"Gimena perasaannya Kak memenangkan pertandingan ini?" tanya Hayi dengan sangat profesional.

"Yang pasti senenglah, gak sia-sia latihan kurang lebih dua bulan ini. Sebenarnya setiap jadwal latihan, kita latihan, cuma baru dua bulan yang serius banget yang untuk mempersiapkan pertandingan ini," jelas Morgan.

Hayi memgangguk. "Ada kendalanya gak selama latihan? Atau selama menjelang pertandingan hari ini?" Hayi berusaha menyusun kalimatnya sesantai mungkin agar tak terlihat seperti wawancara melainkan seperti mengobrol biasa.

"Pasti, bahkan salah satu anggota tim ada yang jatuh dari motor kemarin sore, pergelangan tangannya terkilir, jadi gak bisa ikut main. Kita pake junior yang menurut kita udah lumayan bagus sebagai cadangan, yang cadangan ikut main juga jadinya," terang Morgan. Hayi mengangguk-angguk paham.

"Selama dua bulan itu juga banyak yang gak serius, namanya juga menyatukan otak manusia yang banyak dalam satu tim pasti ada aja perdebatan dan kendalanya, tapi hari ini udah selesai dan gue bangga karena tim gue memberikan yang terbaik," lanjut Morgan. Hayi bertepuk tangan sekilas.

"Kita juga bangga kok, punya kalian," ujar Hayi semangat.

"Iya gue juga," kata Morgan sembari tertawa.

"Maksudnya?" tanya Hayi tak mengerti.

"Bangga punya kamu," tambah Morgan.

Hayi memukul dadak cowok itu. "Serius Kak! Kalau kepala sekolah nonton gimana?"

"Gak apa-apa lah, bapak kepala sekolah juga masih muda, paham pasti."

"Oke lanjut," ucap Hayi setelah mendengar deheman dari Endru.

"Btw guys, ini pacar gue, udah gue cuma mau bilang itu aja."

Hayi menyikut perut Morgan. "Apaan sih lo! Alay!"

"Lanjut, katanya ini jadi pertandingan terakhir Kakak kan sebagai kapten tim basket? Nah apa alasan ini jadi pertandingan terakhir Kakak bawa nama sekolah?"

"Gue kan udah tue, mau ngeledek gue kan lo sebenernya?"

"Serius Kak!"

"Oke! Jadi gue kan udah tua, gue udah kelas dua belas. Sebentar lagi kelas dua belas akan melaksanakan berbagai ujian, jadi kapten tim basket akan dipilih dari kelas sebelas. Kenapa ini pertandingan terakhir gue membawa nama sekolah? Karena gue udah gak bisa fokus latihan, gue harus mempersiapkan berbagai hal untuk menghadapi ujian nasional dan semcamnya. Jadi itu alasannya."

Kapten MorganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang