19. Luka Bersama Kesalahan

668 81 15
                                    

Kenzie membantu Hayi mencuci kakinya yang dipenuhi lumpur di danau yang berada dekat dengan lokasi berkemahan. Setelah celana jeans Hayi digulung, kemudian kaus kaki dan sepatunya di buka, terpampanglah pegelangan kaki Hayi yang membiru. Kenzie meringis melihat itu, pasti rasanya sakit sekali.

"Birem banget Yi," ujar Kenzie.

Hayi mengangguk. "Pantes sakit banget," kata Hayi.

"Lo yakin bisa lanjut di sini? Gak pulang aja?" tanya Kenzie, sakit Hayi adalah sakitnya juga, Kenzie paling tak bisa melihat Hayi kesakitan.

"Mudah-mudahan," ujar Hayi.

"Ya udah kita ke tenda, lo perlu diobati." Hayi mengangguk, Kenzie kembali mengangkat tubuh sahabatnya itu.

Beberapa orang menyambut mereka saat melihat ada yang salah dengan kaki Hayi.

"Ya ampun ini kenapa?" tanya bu Asmi--guru biologi--yang hari ini bertugas mengawasi mereka.

"Jatuh Bu," jawab Kenzie.

"Sini-sini, bawa ke sini." Bu Asmi mengarahkan untuk duduk di atas matras, tenda belum selesai sepenuhnya.

"Kok bisa sih?" tanya bu Asmi khawatir. "Sakit banget?" tanyanya, tampak jelas ekspresi khawatir dari wajahnya.

Hayi hanya bisa menggeleng, nyeri di kakinya membuatnya tak bisa berpikir jernih. Hayi sulit menjawab apa pun yang ditanyakan. Anak-anak dari ekskul PMR datang untuk mengobati kaki Hayi.

Mereka membalur pergelangan kaki Hayi dengan minyak urut kemudian membalutnya dengan perban. Tindakan yang dilakukan adalah tindakan sederhana mengingat mereka juga tak bisa berbuat banyak. Hayi sedikit meringis saat mencoba untuk berdiri.

"Sudah kamu duduk saja di sini, jangan lagi ikut kegiatan. Saya bebaskan kamu dari segala tugas," ujar bu Asma. Alhasil Hayi hanya mengangguk, dia memang tidak bisa apa-apa sekarang, kalau dipaksakan nanti orang lain akan kerepotan karenanya apalagi Kenzie.

"Lo yakin masih tetap mau di sini?" tanya Kenzie sekali lagi, dia harus kembali ke tugasnya yang belum selesai.

Hayi mengangguk. "Gue yakin, ya udah lo sana aja susul temen-temen yang lain," suruh Hayi.

"Oke, nanti kalau ada apa-apa panggil aja gue. Gue ke sana dulu ya," pamit Kenzie yang diangguki oleh Hayi. Kini Hayi hanya bisa menatap anak-anak lain yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Dia tak menyangka kalau akan seperti ini, Hayi kira dia akan menikmati perkemahan dengan suka cita. Apalagi kegiatan ini hanya diadakan setahun sekali, Hayi merasa kesal, namun juga tak bisa berbuat apa-apa.

"Kok bisa sih?" tanya Salwa mencuri waktu untuk mendekati Hayi. Gadis itu bertugas memasang tenda hingga dia bisa melihat saat tadi Hayi diobati.

"Musibah Sal," kata Hayi tersenyum pada sahabatnya itu.

"Sakit banget?" tanya Salwa, sakit di tempat dan keadaan seperti ini pasti sangat tidak nyaman.

"Lumayan, tapi udah agak mendingan kok, kayaknya minyaknya manjur." Hayi berusaha untuk terlihat baik-baik saja, Hayi paling anti membuat orang lain khawatir.

"Kalau mau apa-apa, panggil gue aja. Gue ngerjain tenda, jadi gue bakal di sekitar sini aja," jelas Salwa.

Hayi mengangguk. "Udah lo lanjut aja, sebelum di lihat pak Jamal loh," kata Hayi.

Salwa bengkit dari duduknya. "Jangan banyak gerak dulu, pokoknya panggil gue aja kalau mau apa-apa!" ingatkan Salwa sekali lagi.

Hayi terkekeh dan mengangguk lagi, dia menatap punggung Salwa yang kian menjauh, Hayi sangat bersyukur memiliki sahabat yang menyayanginya tulus, mereka semua tak hanya mau berbagi kebahagiaan, tapi berbagi luka juga. Untuk yang satu ini, Hayi sangat berterima kasih pada takdir karena telah mempertemukannya dengan sahabat-sahabat yang luar biasa.

Kapten MorganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang