Chapter 1

24 1 0
                                    

"Tik tik tik" suara hujan di genteng rumah Rino
"Hujan selalu membawa pesan, tapi untuk yang ini pesan apa yang dibawa?",gumam Rino dalam hati. Fikirannya lagi dibubuhi dengan wajah kekasihnya yang baru saja tertidur kaku 1 bulan yang lalu karena hobinya sendiri yaitu bertarung di ring MMA.

Pukulan wanita berdarah Jepang itu tepat mengenai ulu hati Putri sehingga dia harus cedera dan dilarikan dirumah sakit. Rino yang menonton diluar ring panik dengan segala rasa panik dan fikiran jelek yang mencambuk otaknya. Tapi hanya bertahan dua jam di Rumah Sakit, Putri pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan tangan kanannya yang digenggam erat oleh Rino. Sejak saat itulah Rino tidak pernah lagi mau berkenalan dengan yang baru dan lebih mengintrovertkan dirinya.


"Ahh apaansih, lo harus move on Rino, dia udah tenang disana. Lo mending fokus karir lo udah itu aja", katanya depan cermin
"Udah jam 8 aja nih cepet banget" Rencananya malam itu Rino akan mengunjungi salah satu café terbesar di kotanya, untuk rapat yang membahas event organisasinya.
"Halo semuanya, sorry gw telat... berapa menit yo?", tanya Rino
"10 menit", jawab Aryo dengan nada datar
"10 menit doang, enggak lamalah yah, okeh sekarang semua sudah lengkap?"
"Lengkap", jawab Keysha sekertaris event.
"Sekarang kita bahas konsep yah" Rino mulai membuka laptopnya dan menjelaskan konsep setengah jadi buatannya kemarin malam.


2 jam mereka habiskan di café itu, semua minuman pun telah tandas, laptop sudah masuk ke tas masing-masing.
"Jadi besok kita mulai kerja yah, Sabrina" Rino mengingatkan Sabrina
"Ahh eh iya iya", lamunannya buyar
"Oh iya, nomor Whatsapp lo bagi gw aja, supaya kalo nanti gw ada ide bisa langsung di discus aja" kata Rino sambil memberikan smartphonenya.
"Nih udah", kurang dari 10 detik Sabrina mengetik nomornya
"Oke kalau gitu rapat gw tutup makasih semuanya udah mau datang, wassalamualaikum", kata Rino sambil berdiri.

Dia pun bergegas ke pintu samping yang langsung berada diparkiran mobil, sementara yang lain keluar di pintu depan karena parkiran motor ada di depan café. Sekitar 5 menit Rino memutar stir ke kiri dan kanan untuk mengeluarkan Xpander putih kesayangannya. Sampailah dia di depan café melihat Sabrina yang nampaknya lagi mengusap layar smartphonenya untuk memesan ojek online.

"Lo pulang sama siapa?", tanya Rino dibalik jendela mobil
"Lagi mesen ojek online nih". Jawabnya yang masih fokus ke smartphonenya
"Udah ga usah naik ojek online, bareng aja yuk" ajak Rino
"Ga...gausah sih, makasih" jawabnya dengan terbata-bata
"Udah jam 10 loh, jarang ada driver kalau udah jam segini, lagian gue gak bakal nyulik lo kali" bujuk Rino
"Yaudah deh, makasih", jawabnya mendadak ceria sambil berlari menuju pintu mobil, namun karena terlalu senang sampai tidak memperhatikan motor sport yang melaju dengan kecepatan tinggi disamping mobil Rino, akhirnya Sabrina diserempet dan terjatuh, tanganya sobek dan mengeluarkan darah yang sangat banyak.
Sontak Rino keluar dari mobil, dan menolong Sabrina yang memegangi tangannya dan meringis kesakitan.
"Aaaah sakit banget, berdarah lagi", keluh Sabrina dengan setengah menangis, ada beberapa butiran air mata yang terjatuh ke aspal
"Udah tenang dulu", kata Rino sambil melepas kemeja kotak birunya dan dipakai sebagai penahan darah agar tidak banyak yang keluar.
"Udah lo gak usah nangis, sekarang gw bawa lo ke rumah sakitdeh" kata Rino sambil menghapus beberapa butir air mata di pipi Sabrina yang chubby
"Bisa jalan kan?" tanya Rino yang membantu Sabrina untuk berdiri
"Bisa kok, makasih", kata Sabrina yang berusaha berdiri

Sebenarnya Andi Sabrina Salsabilah adalah gadis dua puluh tahun yang sangat petakilan dan susah untuk tenang, tapi karena tadi adalah pertama kalinya bertemu dengan Rino yang terkenal tegas, dingin, danjarang senyum, dirinya mendadak menjadi tenang dan memilih banyak diam, tapi kakinya dibawah meja sering kali berayun.
Sampailah mereka di Rumah Sakit tempat dulu Putri menghembuskan nafas terakhirnya. Pelayanan di rumah sakit itu membuat Rino menjadikannya rumah sakit favoritnya. Setelah semua selesai di obati, tangan Sabrina dijahit dengan tujuh kali jahitan, tidak terlalu parah, tapi Sabrina adalah cewek yang manja dan petakilan, cewek itu menangis saat obat biusnya habis, dia harus merasakan rasa sakit akibat jahitan itu selama beberapa jam lamanya.

"udah lo ga usah nangis, bentar lagi kok ini sembuh" Rino berusaha membuat cewek itu tenang, dia tidak terlalu bisa menenangkan cewek yang menangis, karena Putri dulu adalah cewek yang mandiri dan jarang menangis di depannya.
"Ini sakit banget", keluh Sabrina"Ini belok mana?" tanya Rino yang merendahkan kecepatannya saat sampai di pertigaan jalan menuju rumah Sabrina
"Kiri"
"Udah ga usah nangis ntar gw lagi yang disalahin sama bokap lo, pasti dikiranya gw yang apa-apain", bujuk Rino agar gadis itu berhenti menangis.

Sampailah mereka di rumah berwarna abu-abu, dengan pagar geser berwarna oranye yang dilapisi plastik penutup berwarna hitam. Rumah itu nampak cukup besar dengan tiga lantai.
"Makasih yah" ucap Sabrina sambil tersenyum ceria
"Jangan nangis lagi tapi"
"Kita kerja kalau tangan lo udah agak mendingan aja" tambahnya
"Sekarang juga bisa kok kalo lo mau",jawab Sabrina sembari melepas sit beltnya
"Cool" udah turun gih nanti ada yang liat dikiranya ngapain lagi"
"Tos dulu" Sabrina membuka lebar telapak tangannya
"Plak" pertemuan mereka diakhirnya dengan tos.

Rain SaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang