Chapter 8

2 0 0
                                    

Mobil mewah itu terparkir di jalanan sepi, di bawah derasnya hujan malam itu, menyeruakkan wangi khasnya dan merasukkan hawa dinginnya. Air mata itu terus mengalir perlahan, mata sayup itu memandangi butiran air yang meluncur perlahan di kaca mobil, sambil bertopang dagu. Rino memutar posisi duduknya 90 derajat menghadap gadis itu, menyesap nafas panjang.

"I'am really really sorry, that was unexpected and I was just shocked" jelasnya

Gadis itu terdiam seolah tidak ada apa-apa, tapi pelupuk matanya masih digenangi air mata.

"Ya I know, aku salah... aku gak bakal ngulangin itu lagi.. aku bakal berubah.. sumpah"

Selama kurang lebih 5 menit suasana menjadi beku dan hening, Rino hanya tersandar menatap kosong Sabrina yang masih melihat keluar jendela mobilnya, hujan itu semakin lebat. 1001 umpatan dilayangkan pada dirinya "Goblok banget lo Rino"

Sabrina hanya perlu menyudahi air matanya dan berusaha memaafkan, perlahan dia berusaha berdamai dengan keadaan.

Tapi Rino sudah mulai muak dengan keadaan seperti ini, dia memilih untuk keluar dari mobil meninggalkan Sabrina dengan perasaannya yang baru saja membaik.

"Keknya kamu emang gak mau maafin, okee aku pergi aja" beberapa detik setelah kalimat itu terucap, suara keras dari pintu mobil yang dihempaskan mengejutkan Sabrina.

Terlihat Rino dari kaca mobil, berjalan perlahan menjauh menundukkan kepalanya. Tangis gadis itu kembali meledak. Rino meninggalkannya? Apakah Rino tidak memilki perasaan yang sama? Mungkinkah dia jatuh cinta sama Bella?. Berbagai pertanyaan itu memenuhi fikirannya, tanpa dia sangka Rino menggores lebih dalam luka yang sudah agak membaik, Sabrina hanya bisa menatap Rino pergi menjauh sembari berlinang air mata.

" Tersesap sebuah harapan

Terbias secercah perasaan

Di dalam sebuah dekapan

Terbisik 3 kata, bukan I love u

Tapi 'Don't leave me' "

Cowok itu berjalan menyusuri lebatnya hujan, 100 meter lagi ada belokan ke kanan dan perjalananya selesai. Badannya menggigil kedinginan, ditambah lagi perutnya yang kelaparan karena belum sempat makan malam, masih terbesit bayangan Sabrina, apa yang dia lakukan sekarang? Apakah dia masih menangis? Apakah dia senang aku pergi?. Dia terus bertanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba dia teringat Putri, sosok perkasa itu selalu menangis jika mengingat seseorang yang paling menggores hatinya. "Put... aku kangen kamu, maafin aku deket sama cewek lain" dia berbicara seolah-olah Putri mendengarkan suaranya diatas sana.

Wajah pucatnya mulai melihat pagar rumahnya yang terbuat dari kayu jati dengan frame besi. Jari keriput itu memencet bel rumah, tubuhnya menggigil hebat, sudah tidak terhitung berapa kali dia memanggil bundanya. Hingga pada kali kesepuluh, bunda Lisa keluar dengan menggunakan kimono tipisnya.

"Ya Tuhan astaga... kamu kenapa Rino" Lisa menarik masuk anaknya, menutup pagar dan membantu Rino berjalan masuk, kedua tangannya dilipat karena kedinginan, rambut hitamnya sudah acak-acakan.

Rino tidak mengeluarkan satu kata pun, pintu kamar itu perlahan tertutup. Setelah mengeringkan tubuhnya, selimut hitam membungkus hangat tubuh kekarnya. Terasa nyaman, HPnya diambil dari atas nakas, terlihat beberapa notifikasi dari game dan grup eventnya.

Grup Whatsap K9

Keysha : Uhhuy ada kali tuh plus plus

Dafa : Enak dong plus plus Key

Keysha ; Otak bokep lo salah mengartikan

Aryo : Ada gak tuh ya??

Keysha melihat siapa saja yang membaca percakapan itu, hanya Rino dan Sabrina yang tidak mengetik apapun dan hanya membaca. Benaknya pun merasa ada yang tidak beres.

Rain SaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang