[14] Manis

17 2 0
                                    

Selayaknya tanah yang merindukan hujan. Demikian aku yang selalu merindukan kamu lagi dan lagi. – Arka

*

Arka menoleh saat merasakan tepukan di bahunya. Matanya melihat Bram di sebelahnya yang tersenyum tipis.

"Nunggu Alterra?" tanya Bram pelan, Arka hanya nyengir lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gue langsung, ya," pamit Bram, naik keatas motornya lalu menghilang ke jalan tanpa sempat pakai helm.

Cuaca malam itu lumayan dingin. Berterima kasihlah pada hujan yang sempat turun beberapa jam yang lalu, hingga akhirnya Arka berdiri di depan pintu BlackShot dengan sebuah alasan.

"Belum pulang, Ar?" tanya Alterra yang sudah di sebelah Arka. Arka menoleh kearah gadis itu lalu tersenyum.

"Iya." mata Arka menatap kearah jaket Alterra yang belum sempat di kancing. Tangannya tergerak mendekat lalu menarik zipper jaket Alterra.

"Cuaca lagi dingin, Ra. Jangan ngebut dan jangan lupa kancing jaketnya lagi." ucap Arka pelan namun berefek besar pada Alterra.

Arka naik keatas motornya, hanya duduk. Tanpa berniat menghidupkan mesin motornya. Matanya terarah ke Alterra yang masih menatapnya bingung. Berdiri tanpa beranjak dari tempat sebelumnya.

Tanpa sadar, Alterra mematung diam dengan denyutan jantung yang berdetak lebih cepat. Bahkan matanya tetap menatap Arka seakan Arka adalah ilusi.

Seperti ada gaya tarik menarik yang tak kentara hingga membuat Alterra merasa nyaman dengan Arka. Meskipun Alterra sendiri tidak menyadarinya.

"Kenapa gak pulang, Ra?" tanya Arka yang membuat Alterra tersadar dari lamunannya.

"Lu kenapa belum pulang?"

"Gue nunggu lu pulang dulu. Gue mau mastiin lu bener-bener udah pulang dari sini." ujar Arka sambil membenarkan jaket birunya lalu memakai helm, "lagian juga, lu kan belum pernah pulang malem." lanjut Atta.

Alterra mendekat kearah motornya lalu memakai helm.

Ia tau Arka memperhatikan semua gerak geriknya, tapi ia mencoba untuk tidak fokus kearah sana.

Tepat disaat Alterra sudah menyalakan motornya, Arka keluar terlebih dahulu dari pelataran parkir.

"Makan dulu yuk, Ra." ajak Arka tanpa mendengar penolakan Alterra terlebih dahulu, atau sebenarnya Alterra tidak ingin menolak sama sekali.

*

Motor mereka berhenti tepat di depan pagar rumah Alterra. Alterra turun lalu membuka pintu. Namun alih-alih menaiki motornya, ia justru berhenti di depan motor Arka. Menatap laki-laki yang beberapa jam lalu membuatnya kehilangan akal hingga tersenyum sampai kedua pipinya sakit.

"Thanks for tonight. Minggu depan gue tunggu kejutan dari lo lagi." ucap Alterra tulus dengan bonus senyuman untuk Arka.

"Anytime. Btw, kita kan' gak harus nunggu sampe minggu depan baru ketemu. Besok juga bisa. Besok juga gue bisa kasih kejutan buat lu, kok." jawab Arka yang membuat Alterra tertawa pelan.

"Terserah lu deh. Gue ngalah aja."

"Nah, kalo emang terserah gue, sekarang lu masuk.
Sampe di dalem rumah, cuci muka trus cuci kaki trus ganti baju trus Line gue trus tidur. Oke?"

Kali ini Alterra tertawa lebih keras, "oke oke. Gue masuk. Lu hati-hati di jalan."

Alterra menaiki motornya lalu masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Alterra kembali tersenyum lebar saat ia berbalik dan masih melihat Arka disana, tersenyum kearahnya.

Arka's ValentineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang