Kupikir dengan diam semuanya akan baik-baik saja. Sampai akhirnya aku bertemu denganmu. - Alterra
*
Alterra gundah. Ia tiba-tiba merasa kehilangan dan ingin melihat wajah Arka walau hanya sebentar. Namun, sedetik kemudian keinginan itu musnah karena terhalau gengsi.
Ia enggan untuk menghubungi lebih dahulu meskipun ia memang memiliki nomor Arka. Terlebih ketika ia mengetahui jika lelaki itu menyukainya.
Perasaan tidak ingin terbeban akan rasa suka yang dimiliki Arka membuatnya memberi dinding tinggi untuk menjaraki dirinya dan Arka.
Namun sesekali ia tersenyum. Arka mudah membuat dirinya tersenyum tidak jelas. Bahkan seringkali hati Alterra menghangat karena kelakuan lelaki itu.
Baru sehari ia tidak bertemu dengan Arka, namun dirinya sudah kepalang rindu. Rindu? Apakah benar jika ia merindukan Arka? Bagaimana bisa? Bukankah Arka hanyalah pengganggu di hidup Alterra?
Alterra mendadak pusing. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan menatapi langit-langit kamarnya. Seolah ia dapat menembus plafon kamarnya dan langsung bertemu dengan langit malam yang mendung.
Perlahan, ia berbisik pada dinding-dinding kamarnya. Ia mencoba menyampaikan perasaannya yang membuat gundah sedari tadi siang. Ia mencoba mengentaskan rasa penasaran di dalam dirinya.
"Ar, entah kenapa, lu bikin gue pusing. Lu selalu aja buat gue salah tingkah dengan keberadaan lu. Ketika lu ada, gue jengah, Ar. Namun ketika lu gak ada, gue tiba-tiba kehilangan. Sebenernya, lu siapa sih? Kenapa lu bisa buat gue begini?" bisiknya pada udara dan dinding di kamarnya.
Alterra menggantikan posisinya menjadikan miring dan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Baru saja ia membuka lockscreen ponselnya, sebuah panggilan muncul di layar ponselnya.
Alterra membiarkannya selama beberapa detik sembari melihat keseriusan si penelepon. Nomor penelepon itu asing. Ia tidak mengetahui atau bahkan menghafalnya.
Ponselnya mati lalu hidup kembali begitu penelepon itu kembali menghubungi. Kali ini, ia mengangkatnya namun menunggu penelepon itu berbicara lebih dahulu.
"Halo?"
"Ini siapa?" tanya Alterra begitu suara si penelepon terdengar.
Tak lama suara kekehan yang sangat ia kenal terdengar. Alterra terdiam sesaat begitu si penelepon kembali berbicara.
"Ini gue, Arka."
*
Arka merebahkan tubuhnya di ranjang dan menatapi langit kamarnya yang di cat oleh Candy sedemikian rupa menjadi nuansa galaksi bimasakti.
Suara lembut Alterra membuatnya tenang. Ia merasa tiba-tiba gelisah ketika diantar pulang oleh Reya. Rasa mual yang terasa karena hanya berdua di dalam mobil, membuatnya diam tanpa bicara sepatah kata pun pada sahabatnya itu. Dan, seketika ia mengingat Alterra. Ia mengingat gadis bermata sendu nan dingin itu.
Ia merasa jika Alterra adalah penawar bagi lukanya. Maka dari itu ia menelepon gadis itu dan ia sangat bersyukur karena Alterra belum tertidur.
"Lagi apa, Ra? Kangen nih gue." canda Arka yang semakin membuat Alterra membisu.
Degupan jantungnya memburu dan kedua pipinya merona hangat. Alterra tidak dapat berkutik. Arka sudah mencuri perhatiannya sejak mereka bertemu untuk yang pertama kali.
"Gue lagi tiduran aja, Ar. Lu lagi apa dan ini nomor siapa?" jawab Alterra yang dibalas Arka dengan kekehan kembali.
"Gue juga lagi tiduran. Btw, ini nomor paket data gue. Nomor yang satunya lagi abis pulsa. Biasa, lagi kere. Udah makan kan, Ra? Kalo belum, makan dulu. Jangan diet-diet. Lu udah kurus gitu."
Alterra merasa lucu. Arka memiliki perhatian dengan caranya sendiri. Dan ia menyukai cara Arka dalam bersikap pada perempuan.
"Gue udah makan kok. Kenapa lu gak tidur? Bukannya besok lu ada siaran pagi?" ucap Alterra sembari memakai selimutnya dan membenahi posisi tidurnya.
"Lu juga besok ada siaran pagi. Kenapa belum tidur?" Arka berbalik bertanya.
Alterra tersenyum simpul. Ia berniat mengerjai Arka kali ini. Maka, dengan segenap rasa malu yang ia sembunyikan di balik selimut, Alterra mengucapkan kalimat yang membuat Arka membisu.
"Karena, gue kangen." ucap Alterra pelan.
Checkmate! Arka dibuat membisu oleh Alterra.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka's Valentine
Novela JuvenilArkana Meivio adalah lelaki yang menghabiskan masa mudanya bersahabat dengan 4 perempuan. Ia sudah terbiasa menghadapi mereka karena kebersamaan mereka sejak kelas 10 SMA. Namun , siapa sangka jika Arka harus bertemu perempuan yang jutek melebihi s...