Selamat, kamu membuatku luluh dan bahagia setelah melihat senyumanmu. - Alterra
Alterra POV
Aku terkejut. Arka masuk ke dalam ruang siaran, kembali dengan wajah jahilnya yang khas. Matanya berkilat canda kearahku namun sedemikian rupa aku menutupi rasa senangku.
Tunggu?
Apa?!
Gak. Itu tadi bohong. Aku gak senang sama sekali.
Meskipun tertutup skrip, mataku tetap mengarah pada Arka yang juga ikut membaca skrip. Hari ini kami akan membacakan cerita tentang sebuah pasangan yang menyembunyikan perasaannya.What the hell?!
Siapa yang milihin ni cerita, sih?
Mataku tetap menelusuri kata demi kata hingga Bram masuk ke dalam ruang siaran.
"Untung lo masuk tepat waktu. Gua mau nentuin musik pengiring." ucap Bram tapi terarah ke Arka."Menurut gua, kayanya lebih bagus kalo pake instrumen aja Bram." sahut Arka. Matanya masih menelusuri bait demi bait di kertas skrip.
"Oke, instrumen apa?" mata Bram menatap kami berdua. Aku menurunkan kertas skrip lalu balas menatap Bram.
"Gitar."
"Saksofon."
Arka mendahuluiku menjawab. Refleks aku menoleh kearahnya yang mengalihkan pandangannya kearah lain.
Oh my god, ini aku yang salah liat atau Arka memang tersipu. Aku yang sudah tidak bisa menahan. Akhirmya tersenyum sambil menahan tawa.
Melihatku yang sedang berusaha menyembunyikan tawa, Arka menoleh dan menatapku dengan tatapan bersalah.
"Maaf ya." lirihnya.
Aku paham. Mungkin saja Arka punya masalah yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Baik teman-temannya maupun aku. Dan sebenernya, rasa penasaranku tadi siang membuat egoku jatuh sejatuhnya.
Arka mampu mengalihkan semua fokusku hanya karna ada perubahan di sikapnya. Dan menurutku itu adalah hal yang asing.
Aku hanya menggangguk menjawab permintaan maafnya. Dan hal itu berpengaruh pada mood nya yang langsung ceria atau menurutku heboh.
Arka langsung merapat kearahku dan membagi bagian cerita yang harus kami baca.
Sebenernya, aku tak terlalu fokus dengan cerita yang akan kami baca. Fokusku sekarang adalah suara guMaman pelan dari Arka yang masih menghafal bagiannya yang sebenarnya menurutku gak perlu.
Kami berada dibalik layar. Dan tidak akan ada yang tau jika kami sebenarnya membaca skrip.Tanganku naik keatas skrip, mencegah Arka menghafal terlalu jauh. Mata Arka menatap kearahku seakan bertanya. Aku menghela nafas lalu menoleh kearah Bram.
"Kapan mau mulai? Ini udah lewat 15 menit." ucapku akhirnya.
Bram nyengir lalu memberi tanda oke. Ruang siaran berubah tanda menjadi ON. Dan itu saatnya kami memulai membaca skrip.
"Selamat malam penikmat suara Arka. Hehehe. Jangan gundah, jangan risau. Malam minggu para Jomblowers di luar sana bakalan lebih indah karena di sebelah Arka ada seorang cewek yang wuuuhhh badai.. Hehehe kalian gak bakal tau namanya, karna gue gak mau ngasih tau namanya."
Suara renyah Arka membuat sudut bibirku sedikit tersungging. Arka memang terbukti mampu membangkitkan suasana.
"....oke, oke. Di sebelah gue ada Rara. Partner gue di acara baru, yaitu Story of Us. Dan kami bakalan membawakan sebuah cerita tentang pasangan yang saling menyembunyikan perasaan mereka. Duh.. Kok ribet amat ya?
Pokoknya Stay tune yaa.." sapa Arka.Arka berdeham dan menunggu instrumen saksofon selesai di part awal.
Malam yang berhujan ini membuatku teringat padamu.
Aku tau, rasa ini salah.
Rasaku ini tak kan merubah semuanya.
Dengan hanya berniat memilikimu bukan berarti aku dapat memenangkan hatimu.
Karena pada dasarnya kamu tidak pernah melihatku.
Melihat aku yang akan dan slalu melihatmu.Arka berhenti di bagiannya lalu menoleh kearahku. Aku menarik nafas sejenak, mulai fokus pada bagian cerita yang akan aku bacakan.
Mata teduh itu.
Senyuman itu.
Aroma itu.
Membuatku merindukanmu.
Tapi, dapatkah itu terjadi? Rasa itu terasa salah untukku.
Kamu yang masih sahabat baikku, membuatku mengurungkan niat untuk memilikimu.
Sakit.
Tapi tak apa.
Itu resikoku.
Resiko terbesar dalam mencintaimu.🍃
Aku keluar dari ruang siaran, setelah Arka sudah lebih lama keluar dari sana. Kami selesai siaran jam 9 malam. Dan seperti dugaanku, lampu lobby sudah mati di beberapa titik.
Aku menuruni tangga bersama Bram yang kebetulan terakhir keluar. Langkah kami bertemu dengan Ruang Hijau, Band Indie yang slalu mengisi acara begadang dari jam 9 hingga jam 12 malam.
Kebanyakan dari mereka yang kulihat sempat tersenyum penuh arti, yang membuatku penasaran. Hingga di ujung tangga, Bram menepuk pundakku lalu menunjuk keluar.
Dan disana kulihat, Arka berdiri seakan dia sedang – nnggg – menungguku.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Arka's Valentine
Novela JuvenilArkana Meivio adalah lelaki yang menghabiskan masa mudanya bersahabat dengan 4 perempuan. Ia sudah terbiasa menghadapi mereka karena kebersamaan mereka sejak kelas 10 SMA. Namun , siapa sangka jika Arka harus bertemu perempuan yang jutek melebihi s...