[7] Merasa Kehilangan

22 3 0
                                    

Senyumanmu berlebihan. Itu mengusik keterdiamanku. - Alterra

***

Arka's POV

Hari ini gue akan menjemput sahabat gue yang baru aja balik dari luar negeri. Udah kangen banget gue sama kejudesannya itu. ditambah gue juga heran, kenapa Meera mau aja balik ke Indo yang panas dan meninggalkan London yang kece badai itu, yak?

Baru saja Reya mengabari jika gue tinggal menunggu karena ia sudah menuju kemari. Mama dan Papa belum pulang dari Jogjakarta, sehingga malam nanti gue bisa tidur bersama bidadari-bidadari gue.

Gue sudah mengabari Bimo kalo gue akan libur hari ini. karena menghabiskan waktu bersama sahabat gue ini gak akan selesai dalam waktu sebentar. Sementara menunggu mereka, gue beranjak ke garasi.

Sebenarnya, orangtua gue masih menyimpan benda yang sangat gue takuti jika gue menaikinya dalam keadaan sendirian. Mobil yang dulu gue pake masih ada disana tertutup dengan kain penutup mobil. Sudah lama, Papa gak memaksa gue untuk mengendarainya. Mungkin beliau udah capek maksa gue yang lumayan ngeyel ini.

Suara klakson mobil yang berulang-ulang itu menyadarkan gue dari lamunan. Udah bisa gue tebak siapa pelakunya. Kalo bukan Celine. Siapa lagi coba?

"Bentar. Gue kunci pintu rumah dulu!" teriak gue sembari berlari masuk rumah dan mengunci pintu penghubung ke garasi.

Gue masuk mobil dan mengambil tempat duduk di sebelah si kunyuk, Celine. Setelah menoyor kepalanya karena gemas akibat ulah randomnya membunyikan klakson tadi, pandanganku beralih kearah Candy yang memberitahu jika pesawat Meera akan segera sampai sehingga kami harus ngebut untuk sampai di bandara sebelum pesawat landing.

Beruntung kami sampai hanya beberapa menit sebelum pesawat landing. Gue dan yang lainnya memilih duduk tidak jauh dari pintu keluar agar Meera langsung dapat mengetahui keberadaan kami.

Tepat ketika Reya baru saja ingin menanyakan kenapa Meera masih sangat lama di dalam pesawat, sebuah sosok langsung membuat kami bangkit berdiri. Perempuan itu masih sama seperti terakhir kali kami bertemu. Hanya saja ia semakin kurus dari sebelumnya. Segera kami menghambur kearahnya dan memeluknya Meera sebagai simbolik ucapan selamat datang.

"Lu makin kurus aja Meer." Ungkap gue sembari meneliti penampilan Meera yang berubah semenjak berada di London.

"Iya, asli. Tadi gue sampe gak tanda sama lu." Timpal Celine yang langsung mendapat toyoran dari Meera. Emang kadang gak disaring dulu mulut nih manusia satu.

"By the way, gue udah ada janji sama orang marketing apartment siang ini. Kalian anterin gue, ya."

Ini manusia kalo gak teratur sekali aja keknya gak bisa dah.

"Kok anterin, sih. Kita baru ketemu, Meer." Si kunyuk Celine mulai terlihat sedikit kesal.

"Lah, terus maksud lu ?" Reya yang lemot mulai nanya.

"Iya... kan, rumah nyokap gue masih disewakan sama orang. Dan gue harus letak ni tiga koper kemana ?"

"Ckckck...udah mendingan kita anterin Meera. Sekalian tungguin dia dapat kunci apartementnya yang baru. Habis itu kita buat party." usul gue biar cepet cabut dari sini.

"Eh, jangan...Meera gak boleh capek."

Ucapan Reya lantas memancing atensi gue dan yang lainnya. gue bisa menangkap ekspresi pasrah dari wajah Meera dan panic dari wajah Reya. What's goin on here?

"Kenapa Rey ? Biasa juga kita loncat sana-loncat sini kalau ketemu." Ucapan Celine ada benarnya juga. Ada hal yang aneh yang disembunyikan oleh Meera dan Reya.

Arka's ValentineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang