Yang kulakukan sekarang hanyalah menarik perhatianmu. Hanya itu. - Arka
*
Arka mendengar semua itu. kala Alterra menggumam sembari menatap hidangan di hadapannya, Arka ada disana. ia berada tepat di belakang gadis itu. hanya saja gadis itu tidak mengetahuinya. Sebelum mendatangi Alterra, Arka sudah menyiapkan hatinya untuk apapun yang akan dikatakan oleh gadis itu.
Hanya saja, ia tidak tahu jika yang ingin Alterra bicarakan adalah lanturan perkataannya di rooftop. Arka menyayangkan ketidakwaspadaaannya. Ia tidak pernah menyangka jika lanturannya harus terdengar oleh sasarannya langsung.
Ini seperti menembak burung yang sudah melihat ke pemburu. Namun, Arka tidak ingin mengambil keputusan salah. Ia berdiam dulu sebentar di belakang Alterra sebelum akhirnya menepuk gadis itu. berusaha menciptakan keadaan dimana Arka baru saja datang.
"Maaf ya lama. Gue baru selesai siaran soalnya." Ucap Arka memberi alasan. Padahal bulir keringat dinginnya yang luruh menandakan jika ia sangat gugup berada di hadapan Alterra saat ini.
"Gue denger siaran lu kemarin. Dan, gue rasa gak seharusnya lu bertindak seperti itu. bagaimanapun, kita masih menjadi orang asing. Gue bahkan belum lama mengenal lu. Kita gak bisa menyimpulkan perasaan kita terhadap seseorang yang baru kita temui beberapa hari. Gue harap, lu berhenti bersikap seperti itu."
Arka tidak menyangka jika di hadapannya terlihat seperti Meera kedua. Gadis di hadapannya bicara tanpa tedeng aling-aling dan membuatnya justru tersenyum simpul. Alterra bahkan mengatakan semua itu dengan tenang seraya memakan makanannya tanpa terdiktrasi dengan kehadiran Arka di hadapannya.
"Oke...let me explain this. Gue melakukan itu semata sebagai ungkapan rasa suka ke elu. Memang bener jika kita belum mengenal terlalu lama. Maka dari itu, gue mau mengenal lu lebih dalam. Gue gak memaksa lu untuk menjawab pernyataan gue. Gue pun gak yakin seberapa lama perasaan ini ada di diri gue karena gue sendiri baru pertama kali ngerasain. Gue Cuma mau ngasih hadiah aja untuk elu. Dan melalui puisi kemarin, anggap aja itu sebagai bentuk apresiasi gue ke elu."
Penjelasan Arka membuat Alterra mengangkat pandangannya dan menatap Arka dalam. Ia tidak menyangka jika lelaki di hadapannya menanggapi ucapannya itu dengan santai. Seolah tidak tersinggung dengan apapun yang diucapkan oleh Alterra. padahal, Alterra tahu jika perkataannya bisa saja menyinggung lelaki di hadapannya.
"So, anggap aja ini sebagai awalan untuk memulai pertemanan kita. Gimana?" ajak Arka sembari mengulurkan tangan kearah Alterra. "Gue gak mengharap lu jawab perasaan gue sekarang. Gue Cuma mau temenan aja sama elu. Hanya itu." lanjutnya.
Alterra menatapi tangan Arka yang mengambang, memintanya untuk menyambut salaman lelaki itu. Alterra pun tidak bodoh. Pernyataan Arka murni memang ingin memintanya berteman. Namun, ia takut jika kembali gamang akan sikap lelaki di hadapannya.
Alterra membulatkan tekadnya. Ia akan mencoba berteman dengan Arka. Tak ada salahnya memulai hubungan pertemanan di lingkungan yang baru. Maka, ia sambut jabat tangan dari Arka yang dibalas dengan senyuman lebar dari Arka.
"Makasih, ya. Lu mau jadi temen gue."
Satu kata yang terlintas di otak Alterra ketika melihat Arka berkata seperti itu.
Manis.
***
Jam makan siang sudah berlalu 15 menit yang lalu. Tapi, Arka masih berada di lobby bersama seseorang. sebelumnya, ia baru saja sampai dari acara makan siang singkatnya bersama Alterra. lalu, matanya menangkap seorang cowok tengah berbincang dengan Pak Saf. Awalnya ia ingin mengabaikannya. Namun, ia sudah tertangkap pandangan Pak Saf sehingga tidak dapat melarikan diri.
"Eh, Arka. Kemari kamu." panggil Pak Safari yang dibalas dengan cengiran Arka.
"Ada apa, Pak?" tanyanya sambil duduk di sebelah Pak Saf.
"Dia namanya Wigo. Ia datang kesini menawarkan acara sastra bagi anak muda. Karena saya lihat potensi ini bisa kamu atau Alterra yang ambil, jadi saya serahkan padamu dulu untuk berbincang dengan Wigo. Nanti selanjutnya saya akan bilang pada Alterra. Oke." ucap Pak Safari, Arka mengangguk-angguk mengerti lalu tersenyum pada Pak Safari dan Wigo.
"Baiklah. Saya akan berbincang pada mas Arka dulu, Pak." Jawab Wigo yang disambut dengan senyuman dan anggukan oleh Safari.
"Baiklah, saya tinggal kalian berdua. Mari..." ucapnya lalu meninggalkan Arka dengan Wigo.
Arka menatap Wigo lalu menarik proposal yang ada dihadapan Wigo.
"Jadi, gimana mas? Acara apa yang anda tawarkan?" sahut Arka, Wigo beralih duduk santai di hadapan Arka.
"Jadi, begini mas Arka, saya menawarkan program karya sastra pada Pak Safari agar stasiun radio ini bisa mengembangkan potensi anak muda yang mempunyai hobi di karya sastra. Bukan itu saja, maksud saya juga adalah, program kita ini mencakup semua kebutuhan anak muda. Agar anak muda tidak bosan tentunya, kita selipkan pembacaan artikel–artikel yang menarik dan daftar kegiatan yang bisa kita survey di kalangan anak muda.
Di proposal ini, saya terangkan bahwa program kita ini dapat membangkitkan semangat anak muda untuk menyalurkan bakatnya agar terus berkarya. Dan kita juga dapat membuat pendengar kita lebih nyaman dan betah menikmati acara kita." jelas Wigo.
Arka mengangguk mengerti lalu membaca dan memahami isi proposal milik Wigo.
"Harusnya saya juga menjelaskan ini pada mbak Alterra juga, maka mungkin saya bisa–"
"Biar saya saja nanti yang bicara pada Alterra." potong Arka. Wigo tersenyum mengerti lalu mengeluarkan kartu namanya.
"Ini kartu nama saya. Anda bisa menghubungi saya untuk bertanya lebih lanjut, lebih baik lagi kalau Alterra bisa ikut juga." ucap Wigo yang ditanggapi diam oleh Arka.
"Baiklah, saya permisi dulu. Selamat siang," ucap Wigo lalu bersalaman dengan Arka.
Arka menatap punggung Wigo yang mulai menjauh keluar dari gedung lalu kemudian berbalik, tapi tepat disaat ia berbalik tubuhnya hampir bertabrakan dengan Alterra.
"ASDFGHKL!! Ya Tuhan! lu ngagetin gue." ucap Arka sambil mengelus dada.
Alterra yang melihat itu lantas menatapnya bingung.
"Itu apa?" tanya Alterra sambil menunjuk ke proposal yang ada ditangan Arka.
"Ooh, ini? Ra–ha–sia." goda Arka sambil menyembunyikan proposal ke balik punggungnya.
Alterra mendecak lalu berbalik menaiki tangga. Sesekali tangannya membenarkan rambutnya yang tertiup angin.
"Awas lu. Jatoh nanti!!" goda Arka dari lantai bawah. Alterra berbalik tepat ketika dia sudah sampai di anak tangga terakhir.
"Harusnya elu yang hati–hati. Nanti malah elu yang– "
Tepat disaat itu, Arka jatuh terpeleset di atas lantai yang basah. Arka mengaduh sambil memegang pantatnya lalu menatap malu kearah Alterra yang menatapnya sambil melongo.
"–jatoh." Lanjutnya. Arka mendecak lalu bergerak bangun namun kembali terjatuh.
"Hold down." ucap Alterra lalu kembali turun menghampiri Arka. Alterra mengulurkan tangannya membantu Arka yang disambut oleh laki-laki itu.
Arka memegang pantatnya di hadapan Alterra yang menahan tawa.
"Tawa aja lu. Sakit, nih." ringis Arka. Alterra justru makin tak sanggup menahan tertawa dan akhirnya tawa itu keluar.
"Habisnya... kan, gue udah bilang hati–hati. Soalnya, gue abis dari toilet dan kaki gue basah, makanya lantainya juga basah." ucap Alterra disela tawanya.
Arka diam melihat Alterra yang tertawa karenanya hingga tanpa sadar ia merapikan rambut panjang Alterra yang menutupi wajah akibat tertawa. Sesaat mereka berdua bertatapan. Alterra kembali terdiam lalu berdeham.
"Gue duluan." Ucap Alterra lalu naik kembali ke lantai dua sedangkan Arka berbalik melangkah kearah lobby.
"Sialan." Umpat Arka kesal.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka's Valentine
Ficção AdolescenteArkana Meivio adalah lelaki yang menghabiskan masa mudanya bersahabat dengan 4 perempuan. Ia sudah terbiasa menghadapi mereka karena kebersamaan mereka sejak kelas 10 SMA. Namun , siapa sangka jika Arka harus bertemu perempuan yang jutek melebihi s...