[9] Cemburu?

22 4 0
                                    

Piculah amarahku semampumu, aku akan tetap diam jika itu kamu. - Arka

*

Alterra keluar kamar dengan keadaan mengantuk parah. Semalam ia tertidur jam 3 pagi karena masih mengobrol tentang berbagai macam hal dengan Arka.

Alterra melihat ibunya yang sibuk di dapur. Dengan tangan yang menggaruk asal rambutnya, Alterra menghampiri ibunya.

"Ngapain, bu?" tanyanya saat melihat ibunya semakin melongok ke bawah kompor.

"Kayanya gas abis deh, kak. Kamu bisa cari dulu gak?"

Alterra melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10.54 lalu mengangguk mengiyakan permintaan ibunya.

Alterra menenteng tabung gas kosong lalu menaruhnya di motor. Setelah memastikan motornya sudah hidup, Alterra menarik gas pelan.

Hampir 30 menit ia keliling mencari gas dari satu warung ke warung yang lain. Pada akhirnya ia berhenti di sebuah pohon palem lalu mengusap keringat yang mengalir di dahinya.

Hari ini tubuhnya belum sama sekali tersentuh air alias mandi. Ia hanya sempat cuci muka dan sikat gigi. Bahkan tubuhnya masih terbalut kaus oblong serta celana piyama biru laut.

Setelah dirasa cukup, ia kembali melajukan motornya hingga berhenti di sebuah warung.

"Bu, maaf, ada gas 3kg nya?" tanyanya tanpa beranjak dahulu dari dekat motor.

"Oohh, ada nduk. Mau nomor berapa?"
Alterra menggaruk kepalanya yang tidak gatal kebingungan.

"Terserah ibu aja."

"Yowis, sini tabung nya." ujar sang ibu. Alterra hanya menuruti lalu mengangsurkan uang 20 ribu sambil mengambil tabung baru.

"Makasih bu." ucapnya lalu melajukan motornya tanpa mendengar balasan dari sang ibu.

Sejujurnya Alterra sudah lapar. Karena ia harus cepat pergi ke stasiun radio, maka ia putuskan untuk makan di warteg di dekat rumahnya terlebih dahulu.

Alterra mematikan motornya setelah memastikan motornya terselip aman di antara pohon dan warung.

"Bu, nasi ayam geprek nya satu. Pake sayur tahu sama sambel level 5 ya." ujarnya santai pada bu Warni.

"Laaahhh.. Rara tumben pagi udah kesini?" tegur si ibu setelah sadar siapa yang menegurnya tadi.

"Abisnya laper. Alterra tunggu disana ya bu." ucap Alterra lagi sambil beranjak ke bangku panjang di pojokan.

Di sebelahnya ada seorang laki-laki yang makan dalam diam. Telinganya tersumpat earphone warna hitam yang tersambung pada handphone putih diatas meja.

Yang menjadi fokus Alterra adalah bukan karena sikap diam si laki-laki. Melainkan adalah lagu yang didengar si laki-laki dan reaksinya jauh berbeda. Bahkan terkesan tidak nyambung.

"Denger lagu Numb-nya Linkin Park kok sedih?" gumamnya. Sebenarnya ia tau, kalau si laki-laki itu gak bakal denger apapun yang ia bilang. Tapi reaksi yang ia dapat cukup membuatnya menoleh cepat.

Laki-laki itu menyahut bersamaan dengan bu Warni yang menaruh sepiring nasi di hadapannya.

"Lo gak tau apa-apa, dan gak bakal ngerti sekalipun gua jelasin."

Laki-laki itu sudah pergi dengan meninggalkan beberapa ribuan di bawah piring yang sudah kosong bersama seorang gadis yang masih termangu mendengar suara rendah namun berkharisma itu.

Alterra menoleh kearah pintu lalu menatap lama seakan laki-laki itu masih disana.

"Kenapa suara lo sama kaya dia?" gumamnya lirih.

*

Arka bertengger di motornya yang memarkir di depan gedung perusahaan Meera. Wanita satu itu sudah merencakan makan siang bersama Geng mereka. Tentu saja, Arka tidak menolak. Karena jika Meera yang mengajak, otomatis Meera yang membayar semua makanan mereka.

Meera memilih makan siang di restoran yang terletak di sebuah Mall yang tidak jauh dari kantornya. Jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk dirinya dan Arka sampai ke lokasi.

Mereka berdua sudah ditunggu ketiga temannya yang lain di dalam restoran. Arka langsung duduk di antara ketiganya sedangkan Meera mengambil tempat terdekat.

Mereka berlima sangat heboh membicarakan banyak hal sambal makan Bersama. Celine mengusulkan untuk membuat kemah Bersama saat akhir pekan dan mereka semua setuju akan hal itu.

Reya bertanya kepada Meera perihal konsultasi kandungan yang harus Meera lakukan setiap bulan dan Meera akan mengunjungi salah satu rumah sakit besok.

Selama obrolan berlangsung, Arka sudah menyadari jika Meera dalam keadaan waswas. Seolah ia sedang ketakutan atau semacamnya. Namum, ia tak mau ambil pusing. Meera bukanlah tipikal perempuan yang akan diam saja apabila memiliki masalah.

Cepat atau lambat, ia pasti akan menceritakan kelanjutan masalahnya pada teman-temannya. Jadi, Arka lebih memilih untuk diam.

"Gue duluan, ya. Re, nanti bayar pake kartu gue aja. Pinnya sama kaya dulu," kata Meera lalu langsung pergi sebelum mendengar jawaban dari teman-temannya.

"Mau kemana tuh bumil satu?" tanya Arka sembari mencomot steak di piring Celine. Celine yang fokus pada ponselnya justru hanya diam dan tak bergeming.

"Gak tau. Mungkin ada urusan." tebak Reya sembari menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkah absurd Arka.

Arka memberi kode pada yang lain agar tidak memberitahu Celine jika makanannya tengah ia habiskan. Reya dan Candy hanya diam dan tidak peduli.

"Ya udah, yuk. Jangan lama-lama. Kita balik ke rutinitas masing-masing. Gue juga mau ke Bakery lagi." ucap Reya sambil mengajak teman-temannya untuk meninggalkan restoran bersama.

"Eh, tunggu. Makanan gue belum hab-" Celine yang menemukan piringnya telah kosong lantas menoyor kepala Arka.

"BEGO! KENAPA MAKANAN GUE DIABISIN!?"

"Salah sendiri daritadi bengong. Kasian tu makanan dianggurin. Mending gue yang abisin."

Celine yang gemas lantas menjambak rambut Arka hingga lelaki itu mengaduh kesakitan.

*
Alterra baru saja sampai di kantor Blackshot dan matanya memerhatikan satu persatu motor yang ada di parkiran. Nyatanya, ia tidak menemukan motor yang ia cari.

Ia melangkah pelan dan mengambil tempat duduk di sisi bar. Setelah mengambil snack yang ada di keranjang makanan, Alterra duduk disana.

Matanya menatapi jam yang bergerak melambat sembari memasang telinganya dengan terang, barangkali ia dapat mengetahui jika Arka sudah datang.

Ia batal siaran pagi karena Bimo mematahkan meja siaran. Hal itu membutuhkan waktu lama untuk diperbaiki. Paling lambat, selama seharian ini, seluruh penyiar tidak melakukan siaran.

Itulah alasan ia menunggu Arka sekarang. Lelaki itu bernasib sama dengannya dan dia berharap dapat duduk bersama untuk sekedar mengobrol dan melepas rindu.

Akhirnya, seorang Alterra mengakui jika ia merindukan Arka.

Alterra menahan senyum saat suara tawa renyah milik Arka terdengar olehnya. Namun, baru saja ia ingin menghampiri Arka, ia melihat siluet seorang perempuan di boncengan motor lelaki itu.

Seorang perempuan yang terlihat akrab dan cuek pada Arka dan Arka pun menaruh perhatian padanya.

Alterra terdiam. Ia bimbang untuk mendekati. Maka ia putuskan untuk bersembunyi dibalik meja resepsionis sampai Arka menghilang dari pandangannya.

***

Arka's ValentineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang