P. Nectar

43.5K 2.2K 197
                                    

Seorang pemuda lengkap dengan pakaian mahalnya tengah menari mengikuti alunan musik dengan segelas wine ditangannya. Disekitarnya ada beberapa orang yang memainkan alat musik, serta beberapa pelayan yang tampak berdiri memperhatikan tuannya sekaligus menyiapkan hidangan yang mungkin ingin dinikmati oleh si tuan. Pemuda yang sedang menari menikmati alunan musik itu menatap langit malam yang disinari oleh terangnya rembulan. 

Menari sendirian dibawah bulan purnama ditemani musik serta segelas wine terlihat sangat sempurna, tapi si pemuda itu merasa ada yang kurang.

“menari sendirian dibawah sinar rembulan, bukankah aku terlihat seperti seseorang yang kesepian?” tanya pemuda itu pada pelayan pribadinya.

“tidak Tuan, saya rasa itu adalah cara anda untuk melepas penat” ucapnya sembari sedikit menunduk tanda menghormatinya.

“apa menurutmu wine ini lezat?” tanyanya lagi

“tentu saja Tuan, wine itu adalah yang terbaik dibandingkan minuman lainnya” jawab si pelayan.

“Kau salah, ada minuman lain yang lebih lezat daripada ini. Mereka menyebutnya minuman para dewa” ucapnya seraya berjalan pada salah satu pelayannya dan memberikan gelas itu padanya.

“Aku rasa sudah cukup untuk malam ini” ucapnya sambil tersenyum pada para pelayannya.

“Terimakasih, kalian bisa beristirahat. Na Jaemin, ikut aku” ucap si Tuan Muda yang langaung disanggupi oleh pelayan pribadinya itu.

Huang Renjun, adalah Tuan yang selama 15 tahun ini Jaemin layani. Mereka bertemu sejak berumur 10 tahun dan saat itu pula Jaemin ditunjuk sebagai pelayan pribadinya, tentu saja Jaemin tidak menolak karena permintaan itu diminta langsung oleh Tuan Huang sendiri.

Jaemin berjalan dibelakang si muda Huang, bahu sempit itu terlihat rapuh namun ia tau bahwa bahu itu adalah bahu yang kokoh dan kuat. Bahkan Renjun sudah mengemban beban berat sejak ia lahir, dan Jaemin selalu ingin melindunginya karena sekuat apapun Renjun ia tetaplah manusia biasa.

Keduanya masuk kedalam kamar si Tuan, Renjun membuka jas yang ia pakai lalu ia lempar begitu saja. Ia berjalan menuju jendela kamarnya lalu membukanya sehingga angin malam terasa membelai wajah dan tubuhnya, dari atas sini ia bisa melihat para pelayannya yang sedang membereskan sisa pestanya tadi. Ah tidak bisa disebut pesta karena nyatanya hanya Renjun yang ada disana, tidak ada teman atau kerabat yang datang karena itu adalah pesta khusus untuk dirinya sendiri. Salah satu cara dirinya untuk melepas penat yang ia rasakan.

“Tuan Muda, anda bisa sakit”

Suara berat itu bisa Renjun dengar tepat ditelingnya, bahkan hembusan nafas itu bisa ia rasakan dengan jelas. Jaemin menutup jendela kamar Renjun dan membalikkan tubuh si Tuan Muda.

“sudah saatnya anda beristirahat” ucap Jaemin sambil menatap mata itu, bahkan ia berani menyentuh pipi merah muda itu. Jika saja ada orang yang melihat, mungkin saja Jaemin bisa dibunuh karena sudah berani menyentuh Tuan Muda mereka.

“aku membutuhkanmu” ujar Renjun dengan tatapan sayunya sambil memegang tangan Jaemin yang ada dipipinya.

“Anda yakin?”

Fuck, sudah ku bilang ratusan kali saat kita berdua kau tidak usah seformal itu Jaemin” ucap Renjun dengan wajah kesalnya.

Jaemin terkekeh pelan lalu mencuri satu ciuman dari pemuda manis didepannya.

“maafkan aku” ujar Jaemin

“kalau begitu, kau harus membayarnya Jaemin” ucap Renjun

“tentu saja, aku akan membayar sebanyak yang kau mau Tuan”

Freitag Nacht | Jaemren 🔞 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang