.
.
~•~
.
.Sore hari tiba, akhirnya mereka beranjak melangkahkan kaki keluar dari gedung itu.
"Kita langsung pulang atau mau kemana nih?" Tanya Jinny, mereka berempat berkumpul setelah jam pulang kantor.
"Aku mau ke toko baju langganan kita waktu kuliah dulu, aku mau beli beberapa potong kemeja dan celana panjang, soalnya bajuku udah banyak yang ketinggalan mode." Jawab Lia.
"Sama. Aku juga. Ayo kita kesana," sahut Hana.
Kemudian mereka berempat pergi ke toko baju langganan mereka, selain harganya murah, barang-barangnya juga bagus. Sesampainya disana Lia langsung memilih beberapa potong kemeja dengan warna-warna yang gelap. Merah maroon, hitam biru dongker dan cokelat, karena ia tidak percaya diri jika harus mengenakan pakaian berwarna terang.
"Aku udah nih, kalian gimana?" tanya Lia pada tiga sahabatnya yang masih memilih-milih.
"Bentar, ini cocok nggak buat aku?" Tanya Jinny.
"Cocok Jin, manis sekali kalau kamu pakai itu."
"Okelah ayo,"
Mereka membayar di kasir, saat giliran Inayah ia agak sedikit khawatir apakah uang yang ia bawa cukup untuk membayar baju baju yang telah ia pilih.
"Totalnya enam ratus lima puluh ribu rupiah Mbak," Ucap wanita penjaga kasir.
"Oh oke sebentar Mbak," Lia mengeluarkan sejumlah uang tersebut dari dalam tasnya.
Alhamdulillah cukup.
Mereka berempat pergi dari toko baju itu bersama-sama menggunakan mobil Dita. Kemudian karena rumah Hana dan Jinny tak searah dengan Dita. Mereka melanjutkan perjalanan pulang dengan menggunakan ojek online. Sementara Lia yang searah, tetap ikut bersama Dita.
***
Lia tiba dirumah dengan dua kantong paper bag hasil perburuannya tadi ditoko baju bersama teman-temannya.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam, kamu belanja baju ya?" Tanya Ibunya.
"Iya Bu, cuma beberapa potong kemeja dan celana panjang, soalnya baju Lia banyak yang udah ketinggalan modelnya. Jadi ini cukuplah buat ganti-ganti." Jawabnya sambil menuju ke dapur mencari minuman tenggorokannya kering.
Kemudian ia masuk ke kamarnya, mencoba beberapa pakaian tersebut ia tersenyum sendiri dihadapan cermin.
Ternyata aku nggak jelek kok. Tapi kenapa aku selalu disakiti? Tiba-tiba ia ingat akan seseorang yang dulu pernah ia cintai, dan kini telah meninggalkannya karena memilih wanita lain.
Lia, sekarang saatnya menatap masa depan. Jangan lihat masa lalu. Ingat tujuan kamu adalah menjadi sukses. Bahagiakan kedua orang tuamu. Lia terus bergumam dalam hatinya.
***
Keesokan harinya, Lia bangun sangat
awal, ia pergi menuju dapur untuk menyiapkan sarapan, untuk dirinya dan kedua orang tuanya. Lia merupakan seorang anak tunggal, ia hidup dengan orang tua yang sederhana, tidak kekurangan namun selalu mencukupi kebutuhannya.Ayahnya adalah seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil, sedangkan Ibunya merupakan seorang guru yang masih aktif bekerja, namun hanya beberapa tahun lagi kemudian pensiun.
"Ayah, Ibu ini sarapannya sudah siap," Katanya sambil menyajikan makanan di meja makan.
"Wah, tumben kamu rajin sekali. Ya udah Ibu yang bikin teh dan kopi untuk Ayah," Jawab Ibunya.
"Iya Bu, mulai hari ini Lia yang akan menyiapkan sarapan ya." Jawabnya dengan senyum sumringah.
Lia melirik ke arah jam dinding, masih pukul 06.30 pikirnya.
Masih sempat, sarapan dirumah aja deh.
Mereka duduk bertiga, Lia, Ibu dan Ayahnya, mereka menikmati masakan Inayah. Melihat Ayah dan Ibunya begitu menikmati makanan itu, Lia tersenyum kecil.
***
Sesampainya di Kantor, Lia melangkah maju menuju lift, gadis itu sedang asyik melihat ponselnya sambil berjalan pelan, tiba-tiba ia menabrak seseorang. Seorang pria bertubuh tinggi dan tegap mengenakan sweater rajut dan celana jeans biru, wajahnya cukup tampan.
Lia segera meminta maaf karena kesalahannya yang berjalan tidak melihat kedepan. "maaf Mas, saya nggak sengaja," ucapnya dengan hati-hati karena melihat ekspresi pria itu sangatlah tidak ramah.
"Makanya kalau lagi jalan lihat ke depan, bukan lihat ke hp." Ucapnya kemudian langsung berjalan menuju lift, begitu juga Inayah yang juga berjalan mengikutinya menuju lift.
Saat hendak masuk ke dalam lift, "kamu ngikutin saya?" Pria itu mengerutkan dahi.
"Nggak mas, maaf. Saya mau ke lantai 5." Ucapnya kemudian hendak memencet tombol angka 5 pada lift, dan bersamaan dengan pria itu kemudian jari mereka bersentuhan.
"Kamu sengaja?" ucapnya lagi. Masih pagi, kenapa udah ada kejadian seperti ini. Lia tidak menjawab pria itu, ia bengong mengapa pagi-pagi begini nasibnya seperti ini.
"Kenapa nggak jawab? emang sengaja kan supaya bisa menyentuh tangan saya?" Ucapnya lagi, membuat Lia gemetaran geram, menahan emosinya.
"Hei Mas. Kenapa Anda narsis sekali?
Untuk apa saya sengaja menyentuh Anda? Itu sama sekali tidak ada untungnya buat saya. paham?" Lia tak bisa lagi menahan emosinya karena pria itu terlalu narsis. Meski dengan lutut yang gemetaran akhirnya ia bisa menumpahkan emosinya.Pria itu hanya diam tak menanggapi apapun yang di katakan Lia barusan. Kemudian mereka tiba dilantai 5.
"Sana keluar, udah di lantai 5 nih!" ucap pria itu sambil membuat gerakan tangan mengusir Lia keluar dari lift dan bersandar dengan menyilangkan kaki. Lia melirik sedikit saat lelaki itu mulai memencet lagi tombol lift menuju lantai delapan. Artinya, ia akan ke lantai tertinggi di gedung ini.
Siapa dia? Kenapa berbuat seenaknya. Lalu ngapain juga dia menuju lantai paling atas? Ah bodo amat, emangnya aku perduli, toh nggak bakalan ketemu lagi sama dia.
Lia berjalan cepat menuju ruangannya. Sesampainya diruangan, belum sempat ia duduk di kursinya, "kamu di panggil Bu Raia kepala HRD, keruangan nya, sekarang nggak pake lama." Ucap Sasha.
"Iya Mbak," Lia menghela nafas panjang.
Apalagi ini, kesalahan apa yang sudah kuperbuat sampai di panggil sama kepala HRD.
Lia melangkah lagi keluar ruangan, menuju lift untuk Ke lantai dua dimana ruangan HRD itu berada.
Sesampainya disana, "Pagi Bu, Ibu memanggil saya?" Tanya Lia.
"Iya, Lia Dami? Benar itu nama lengkap kamu?" Tanya seorang wanita yang merupakan kepala HRD itu.
"Iya Bu benar," Jawabnya pelan.
"Silahkan duduk Lia," Lia pun duduk dihadapan Bu Raia dengan penuh tanda tanya.
"Kamu hari ini pindah tugas ya?" Ucapnya.
"Pindah? Kemana Bu?" ia mengerutkan dahinya
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/252180433-288-k933301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesayangan Presdir
RomanceLia Dami seorang gadis polos berusia 21 tahun, menjadi sekretaris dari seorang Pimpinan Perusahaan Property terbesar di kota Jakarta, bernama Esson Bramasta berusia 26 tahun. Karena keseringan bersama, lama kelamaan antara Bos dan Sekretaris itu sal...