10. Gosip

231 15 1
                                    

.
.
~•~
.
.

Liat tuh, karyawan baru dan bos baru." Ucap seorang wanita yang juga merupakan salah satu karyawan di perusahaan tersebut.

"Gila ya, baru dua hari kerja langsung di angkat jadi sekretaris CEO," sambung seseorang.

"Udah pasti bakalan terjadi sekretaris menggoda bos, kemudian mereka....,"

"Tapi tampang sekretaris itu kayaknya nggak mungkin deh soalnya wajahnya lugu polos dan gak ber-make up,"

"Jangan ketipu sama tampang, sekarang tuh yang lugu malah berbahaya," Mereka terus bergosip membicarakan hal hal buruk tentang Lia.

***

Sesampainya di lantai atas, Lia langsung duduk di kursinya,

aduh masih lapar. sambil memegang perutnya.

"Lia, poin-poin penting saat meeting tadi tolong kamu rangkum ya, setelah itu di print dan serahkan ke saya," Ucap Esson sambil berjalan masuk keruangannya.

"Baik Pak," Lia langsung mengerjakan apa yang diperintahkan Esson.

Sementara Esson merebahkan dirinya di sofa. Tak sampai satu jam Lia menyelesaikan pekerjaannya, kemudian dia bangun dari kursinya dan membawa dua lembar kertas hasil pekerjaannya. Namun saat ia melangkah masuk ke ruangan Esson, ia segera menghentikan langkahnya karena melihat Esson sedang tertidur, dan kembali ke kursinya.

Ah, kesempatan. pikirnya, kemudian Lia menadahkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya beralaskan kedua lengannya yang disilang.

Dua puluh menit kemudian, Rangga masuk keruangan mereka, melihat Lia sedang tertidur, ia tak perduli dan langsung mencari Esson.

Kenapa bos dan anak buah sama-sama tidur, apa mereka habis mabuk-mabukan

haha.

"Son, Esson..," Ucap Rangga menggoyangkan kaki Esson.

"Heem," Kemudian Esson segera bangun, membuka matanya.

"Eh elo, ada apa Rang?"

"Gue cuma mau masti'in, apa yang kita bicarakan saat meeting tadi segera kita laksanakan, untuk meningkatkan penjualan," Ucapnya.

"Iya, gue lagi nunggu Lia merangkum semua hasil meeting tadi," jawabnya.

"dan lo malah enak-enakan tidur?"

"Semenjak gue nyampe di Jakarta, gue nggak bisa tidur nyenyak, rumah itu terasa nggak nyaman sama sekali, gue benci pulang ke sini sebenarnya, sepertinya gue harus menyewa satu apartemen, nggak mungkin gue hidup satu atap sama wanita itu," Jelasnya panjang lebar, dan bangun dari sofa.

"Lo bisa pulang kerumah gue, Papi dan Mami pasti sangat senang kok, lagian masih ada beberapa kamar kosong," Jawab Rangga.

"Nggak mungkin Rang," Ucapnya.

Kemudian melangkah keluar ingin menemui Lia dan saat melihat Lia sedang tertidur,

Tok..tok...tok...

Esson mengetuk meja Lia dengan keras sehingga membuat Lia terkejut dan langsung membuka mata,

"Maaf Pak saya tertidur, sejak tadi saya sudah selesai tapi saat saya mau menyerahkan ke ruangan Bapak saya lihat Bapak sedang_" Kalimatnya terhenti.

"Cukup," Ucap Esson sambil merampas 2 lembar kertas yang sedang di pegang Lia.

"Lantas karena saya tidur, kamu juga ikut tertidur? benar-benar nggak tahu diri!" Ucapnya dengan nada membentak.

Karena mendengar suara Esson yang terlalu besar, Rangga keluar dan melihat apa yang sedang terjadi.

Tanpa terasa Lia meneteskan air matanya, dan tangisnya tak tertahan lagi, ia menutup wajahnya dan mulai menangis sejadi-jadinya. Lia tak pernah menyangka nasibnya akan seperti ini.

"Cengeng banget sih jadi orang,"

"Esson, udah cukup, lo keterlaluan," Sambil menarik Esson untuk masuk ke dalam ruangannya.

Salahku juga sih kenapa aku nggak langsung bangunkan Lia ya, saat aku tiba disini, andai tadi aku bangunkan pasti dia nggak bakal dimarahi Esson habis-habisan seperti ini.

Kemudian Esson masuk kembali keruangannya, duduk di kursinya.

"Tolong emosi lo itu di kendalikan sedikit, sekretaris lo itu seorang perempuan, bukan laki-laki. lo nggak bisa berkata kasar dan membentak seenaknya, walaupun lo bos besar disini, ternyata lo belum berubah ya," Ucap Rangga dengan nada ketus.

"Kenapa lo jadi marah ke gue? lo suka sama Lia?" Tiba-tiba Esson menanyakan hal yang konyol. Rangga hanya menggeleng, dan melangkah pergi meninggalkan nya.

Sementara Lia yang masih menangis, mencoba menghapus air matanya, dan mulai mengetik sesuatu di komputernya.

Aku udah nggak tahan lagi diginiin, dia bos yang semena-mena, nggak punya hati nurani dan perasaan.

***

Bersambung...

Kesayangan PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang