7. Meeting

251 15 0
                                        

.
.
~•~
.
.

Lia melirik ke dalam ruangan bos nya, ketika merasa kondisi aman ia mengambil ponsel dan mengirim chat ke Dita,

[Dit, aku di pindahkan. sekarang aku nggak di bagian marketing lagi, tapi di lantai 8 menjadi sekretaris bos baru.]

Chat terkirim, tak lama kemudian Dita langsung membalasnya.

[Wah, enak banget kamu jadi sekretaris bos, ganteng nggak? masih muda? beruntung banget kamu ya. hihi.]

Lia mengernyitkan dahinya dan menggeleng ketika membaca balasan chat dari Dita.

[Dit, ini nggak seperti yang kamu bayangkan. baru hari pertama, batinku sudah tersiksa.]

Karena keasyikan berbalas chat dengan Dita dan menunduk ke bawah, Lia tidak menyadari sedari tadi Esson sudah berada di depannya.

Tuk tuk tuk

Esson mengetuk meja Lia dengan telunjuknya "Ehem,"

Lia menoleh dan panik bukan main,

"Maaf Pak, saya_"

"Ayo, ini tablet kamu pegang." memberikan sebuah tablet kepada Lia.

"Ayo kemana Pak? ini untuk apa?" tanya Lia dengan wajah polos.

Esson memegang keningnya, geram dengan tingkah Inayah "berapa usiamu?" tanya Esson.

"Saya dua puluh satu tahun, Pak." Jawabnya.

Ibra mengambil ponselnya dari saku celana, melakukan panggilan kepada kepala HRD. saat panggilan tersambung,

"Apakah tidak ada orang lain yang bisa menjadi sekretaris saya? saya butuh orang yang cepat tanggap!" ucapnya dengan ketus dan terlihat angkuh.

"Maaf Pak, apakah Lia membuat kesalahan? kalau Bapak bersabar, besok kita akan merekrut sekretaris baru Pak untuk menggantikannya."

Sayup terdengar jawaban dari kepala HRD tersebut. Lia mendengarnya.

"Dia tidak membuat kesalahan apapun, hanya saja... sudahlah." Esson mengakhiri panggilannya.

Jika aku dipecat hari ini, berarti rejeki ku bekerja di perusahaan ini hanya dua hari saja. Saat itu rasanya Lia ingin sekali menangis, tapi ia tahan.

Ini kejam, lebih kejam dari pada dosen yang selalu menolak saat pengajuan judul skripsi, hatiku tak pernah sesakit ini.

Lia terdiam saat mendengar semua ucapan bosnya kepada kepala HRD. Dia sangat sedih.

"Hahaha, apakah ini kali pertama kamu bekerja?" Tanya nya lagi kemudian meraih tablet itu dari tangan Lia.

"l-iya, Pak," Lia gugup setengah mati.

"Ini, untuk mencatat semua hasil pembicaraan saat meeting. saya serahkan gadget ini ke kamu, supaya kamu mudah, untuk apa saya punya sekretaris kalau saya sendiri yang harus mencatatnya, paham?"Katanya sambil meraih tangan Lia dan menyelipkan kembali tablet itu ke tangannya.

Kesayangan PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang