Chapter 24

69 8 0
                                    

Alki meraih jaket jeans berwarna hijau lumut yang tergantung di belakang pintu. Ponselnya dari tadi terus saja berdering.

Ia meraih ponselnya, panggilan telepon dari para teman-temannya. Ia meremas ponsel itu. Lalu Ia mematikan ponsel itu dan menaruhnya kembali di atas meja belajarnya.

"Mau kemana?" tanya Andi dengan wajah bingung. Pria tampan itu sedikit mengendus tubuh Alki.

"Berapa botol makai parfume?" sindir Andi.

"Yaelah, bang! Cuma tiga kali semprot," balas Alki.

"Lagian siang-siang gini kamu mau kemana?" tanya Andi.

"Mau ke rumah mertua," jawab Alki dengan lempeng.

Andi memicingkan matanya. "Kapan kamu punya pacar?" tanya Andi.

Alki ikut memicingkan matanya seraya berkata, "kapan abang putus sama kak Lia?"

Plak

"Aduh, Bang!" ringis Alki ketika jidatnya di pukul oleh Andi.

"Gue udah putus!" geram Andi.

Alki menjatuhkan rahangnya lalu tertawa keras.

Wajah Andi berubah memerah dan kini terlihat pias.

"Alki!" bentak Andi. Pria itu menarik kerah Alki.

Sepertinya abangnya ini benar-benar marah. Alki menelan air liurnya susah payah.

"Becanda, Bang. Hehe," cicit Alki dengan wajah takutnya.

Berlahan cengkraman di kerahnya mulai mengendur. Alki mundur berapa langkah.

"Berarti Abang gagal tunangan, dong." Alki berusaha menyairkan suasana tapi sepertinya dia salah berkata. Terbukti wajah abangnya berubah mengeras.

Alki dengan cepat berbalik. Namun naas, Andi jauh lebih cepat darinya. Pria tampan itu kembali menarik kerah kaos Alki.

Alki yang pada saat itu akan berlari dan Andi yang terlebih dahulu memegang kerah kaosnya, alhasil suara 'krek' terdengar. Pertanda kaos milik Alki robek.

"Yah, Bang!" seru Alki.

Andi yang menyadarinya sontak melepas cengkramannya. Dan benar saja, kerah kaos Alki terlihat mengendur, menampakan dada kerempeng Alki.

"Aku udah siap jalan malah harus balik lagi buat ganti baju!" kesal Alki sambil melihat kaosnya.

Andi tertawa lalu mendorong tubuh Alki untuk kembali ke kamarnya.

"Maaf-maaf, dah buruan ganti sana!" ujar Andi.

Alki berjalan masuk ke dalam kamarnya sambil mendumel tak jelas.

✒✒✒✒✒

Mella manatap risau ke arah gerbang rumahnya. Jam sudah menunjukan pukul setengah empat. Namun Alki tak kunjung datang.

Jika saja Alki benar-benar tidak menepati janjinya untuk menghabiskan waktu hari ini bersamanya, ia akan merasa sangat kecewa.

Egois memang, ketika ia memaksa Alki untuk bersamanya. Padahal pria itu telah berjanji terlebih dahulu bersama teman-temannya.

Tapi, yang ia lakukan ini demi kebaikan Alki. Ia tak ingin Alki terluka atau mendapat masalah karena ikut-ikut tawuran yang tak jelas itu.

Sekali lagi, Mella melirik jam diruang tamunya. Jam sudah menunjukan empat sore. Dengan rasa kesal ia berjalan masuk ke dalam kamarnya dan mematikan ponselnya.

✒✒✒✒✒

"Jadi jalan, gak?"

Mella tersentak ketika mendengar suara Alki. Ia mengangkat wajahnya menatap keluar jendela.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang