Chapter 10

117 8 0
                                    

Alki hendak berjalan menuju lantai dua kelas tata rias berada. Namun langkahnya tertahan begitu ia melihat Mella dan Dimas turun dari tangga sambil bersenda gurau. Tampak gadis yang sangat ia sukai itu tertawa lepas begitu mendengar candaan dari Dimas.

Alki hendak berbalik namun ia urungkan. Ia berjalan maju mendekati dua orang itu.

"Selamat pagi, Mella!" sapa Alki sambil tersenyum selebar mungkin.

Langkah Mella dan Dimas terhenti begitu mendengar sapaan dari Alki.

"Kantin yuk! Gue traktir." ajak Alki.

Mella mendengus pelan. "Gue udah janjian sama Dimas, mau ngerjain tugas matematika di taman," jawab Mella.

Alki hanya diam, ia menundukkan wajahnya lesu.

"Kapan-kapan deh," ucap Mella.

Alki mengangguk sambil tersenyum kecil. Lalu Dimas yang sedari tadi diam kembali melangkah menuju taman belakang sekolah bersama Mella.

Alki mengepalkan kedua tangan nya menatap nyalang ke arah punggung Dimas. Anak itu merusak segalanya yang telah ia rencanakan. Ia harus memberi pelajaran kepada si Marimas jeruk peras itu!

✒✒✒✒✒

Gudang samping gubuk tua itu terlihat sepi. Alki berjalan masuk ke dalam gudang itu, atau biasa anak-anak Basupati sebut markas mereka.

Di dalam nya sudah ada Azriel yang duduk sambil memainkan ponselnya sendiri.

"Yang lain pada kemana?" tanya Alki duduk di sofa bekas.

Azriel mengecilkan bahunya acuh. Ini nih yang membuat nya malas berbicara pada Azriel. Anak ini terlalu cuek dan dingin. Berbeda dengan Wildan yang masih hangat pada teman-temannya.

Tak berapa lama anak-anak Basupati lainnya satu persatu datang memasuki gudang.

"Lo kesini sama siapa, Ki?" tanya Bagas.

"Sendiri."

"Tumben lo berani ke sini sendiri," kekeh Bagas membuat yang lainnya juga ikut terkekeh mengejek.

Alki mendengus kasar.

"Oh iya, gimana? Lo jadi mau nembak si Mella?" tanya Rizieq.

Alki diam sesaat lalu ia mengangguk cepat.

Rizieq mangut-mangut. "Soalnya kami udah punya rencananya," ucap Rizieq lagi.

"Beneran?" mata Alki berbinar. Dan pria itu mengangguk sambil tersenyum.

"Tapi lo harus nyiapin dana nya," ucap Rizieq.

"Butuh dana banyak gak?" ucap Alki yang kini risau.

"Lumayan," jawab anak itu.

"Yaudah kita patungan aja gimana?" saran Faris.

Mereka semua saling lirik lalu mengangguk. Setidaknya Alki dapat bernafas lega.

Azriel mengeluarkan dompet nya dan memberikan uang berwarna biru dua lembar. Wildan dan Aldo pun melakukan hal yang sama. Bagas, dan Rizieq hanya memberi empat puluh ribu. Dan Gibran lima puluh ribu.

"Eh, elu mau kemana?" tanya Alki ketika melihat Gara diam-diam mau keluar dari gudang. Anak itu menyeringai sambil menggaruk kepalanya.

"Ra, gue gak maksa loh!" ucap Alki.

✒✒✒✒✒

Pria yang masih menggunakan seragam sekolah namun tertutupi oleh hoodie hitam itu tengah berjalan di antara rak-rak supermarket.

Belum sampai rumah ia mendapat telepon dari sang ibu untuk membeli beberapa keperluan rumah.

"Kenapa gak si Andi aja yang disuruh. Gue yakin tuh anak pasti lagi selonjoran di atas kasur," gerutu Alki menatap layar ponselnya, guna melihat daftar belanjaan yang ibunya kirim lewat salah satu aplikasi chatting.

Selesai membeli semua barang-barang yang ia masukkan ke dalam troli ia bawa menuju kasir. Tetapi langkahnya tertahan begitu melihat Mella dan seorang pria berada di rak snak.

"Eh? Mel!" panggil Alki yang suaranya naik dua oktaf.

Gadis yang tengah membeli sesuatu bersama seorang pria itu langsung menoleh ke arah Alki. Matanya melotot sempurna. Dengan cepat Mella menarik lengan pria tadi dan membawanya pergi, sebelum manusia jelek seperti Alki mengganggunya.

Alki hanya diam di tempat, matanya menyipit menatap siluet tubuh pria yang di gandeng Mella. Tinggi, putih, kekar. Itu seperti ....

"Marimas!" ucap Alki setelah tau siapa pria itu. "Wah bener-bener pengacau! Sumpah demi dia nyungsep ke got bakal gue remas-remas dia! Biar bener-bener jadi marimas jeruk peras!" gerutu Alki mengepalkan kedua tangannya.

Alki mendorong trolinya cepat. "Mel!" Alki kembali memanggil. Tampak gadis itu berhenti dan berbalik menatap Alki dengan wajah super kesal dan judesnya.

"Apa?!" ketus Mella.

"Lo mau kemana? Sama gue aja yuk!" ajak Alki. Matanya melirik Raja ke arah Dimas. Sedangkan Dimas hanya menatap Alki datar dengan senyum miring yang menghiasi wajahnya.

"Gak!" ketus Mella.

"Ayo dong, gue traktir makan batagor di tempat biasa deh. Boleh nambah kok!" rayu Alki lagi sambil tersenyum lebar.

Mella memutar bola mata nya malas. "Dibilangin juga. Gue lagi sibuk," tolak Mella dengan nada malas.

"Ayo lah!" ajak Alki lagi.

Dimas maju lalu menepuk bahu Alki pelan. "Dia gak mau, bro. Dia ada janji sama gue. Jadi jangan di paksa," ucap Dimas meremas bahu Alki.

Alki sedikit meringis, ia hanya diam menatap tajam ke arah Dimas.

Dimas mundur ke belakang dengan senyum kemenangan. Lalu kedua orang itu berbalik dan kembali jalan. Meninggalkan Alki yang masih terdiam.

✒✒✒✒✒

Alki masuk ke dalam kamarnya yang berantakan. Tanpa mengganti seragam ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur kecilnya.

Bola mata berwarna hitam pekat itu menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. Wajah Dimas ketika tersenyum penuh kemenangan terus aja terlintas di pikirannya. Membuat hati Alki sedikit risau.

Besok adalah hari ulang tahun Mella. Dan besok juga ia akan menyatakan perasaannya pada gadis itu. Dalam hati ia bertekad akan menggeser posisi Dimas di hati Mella. Mungkin.

Awalnya ia ragu, namun mengingat perjuangannya selama ini dan mengingat pengorbanan para sahabatnya yang ikut menyumbang dana untuk membeli buket bunga dan lainnya membuat ia kembali percaya diri. Ditambah dukungan dari anak-anak Basupati dan Bowo membuat Alki kembali semangat.

Alki tersenyum kecil. Lalu memejamkan matanya dan mulai mengkhayal jika besok semua nya akan indah dan berjalan mulus sesuai rencana. Semoga saja.

✒✒✒✒✒

Selamat malam minggu buat para jomblo seperti Alki, hehehe ... Peace!

ALKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang