Alki duduk di atas kursi taman belakang sekolah. Ia membuka buku yang sempat ia beli kemarin. Ia membaca dengan cukup serius. Sampai-sampai ia tak sadar bahwa ada orang lain yang baru saja datang.
"Tumben baca buku disini? Gak modus kan?" selidik gadis itu dengan nada sinis.
Alki yang mengenal suara itu langsung menoleh ke kiri. Saat itu juga Alki tersenyum lebar sambil menunjukkan sederet gigi putih namun agak berantakan.
Ia menaruh buku tadi di sisi kanannya.
"Selamat pagi, Mella!" sapa Alki seperti biasanya. Memang setiap ia bertemu dengan gadis manis di depannya ini, maka ia akan selalu menyapanya terlebih dahulu.
Mella hanya diam sambil memutar bola matanya malas. Lalu ia membuka novel dan mulai membacanya.
Alki pun memilih diam menatap Mella. Ia tersenyum kecut kala sapaannya yang penuh ceria setiap harinya tak pernah direspon ataupun dibalas oleh gadis yang sangat ia suka ini.
Ia menghembuskan nafasnya kasar. Lalu ia mendongak menatap langit yang mendung semendung hatinya.
Dua hari lagi adalah ulang tahun Mella. Dan ia ingin di hari ulang tahun gadis itu, ia akan menyatakan perasaan nya.
Akan tetapi nyalinya mendadak menciut bahkan sudah tak menggebu seperti dulu. Ia seperti itu karena ia merasa Mella biasa-biasa saja dengan nya. Bahkan menganggap dia ada saja sepertinya ogah-ogahan.
Selalu berkata ketus, sinis, tak pernah tersenyum kepada nya. Galak, suka memaki-maki nya hingga hatinya cenat-cinut. Dan satu lagi, seperti nya gadis itu lebih tertarik pada Marimas si anak perwira itu. Selain wajahnya tampan Marimas juga kaya.
"Hilih, kaya karena uang emak bapak aja bangga," gumam Alki yang dapat didengar oleh Mella.
"Lo nyindir gue?" ketus Mella.
Alki hanya diam sambil cengengesan serta menggeleng kecil.
Mella mendengus kesal. Lalu kembali menatap novel di hadapannya.
Badan Alki sedikit membungkuk, keduanya lengan nya berpangku pada pahanya. Ia mengusap kedua tangannya.
"Mel, hari kamis lo sekolah gak?" tanya Alki menoleh ke arah Mella.
Mella hanya diam menatap enggan ke arah Alki.
Alki menghembuskan nafasnya pelan. Pandangannya kembali ke depan menatap lurus ke arah gubuk tua di ujung sana. Tampak pintu gubuk itu terbuka dan tertutup. Seketika Alki merinding, namun ia berusaha biasa saja. Ia harus menjaga image nya di depan calon pacarnya.
Namun detik berikutnya mata Alki menyipit begitu melihat seorang pria berseragam sama sepertinya berjalan pelan menuju gudang itu. Lalu pria itu masuk ke dalam gudang itu dan menutupnya.
Alki terdiam seolah mengingat-ingat sesuatu. Setelahnya ia tersentak. "Itu Aldo!" batin Alki.
Alki berdiri membuat Mella langsung menatap heran ke arah Alki.
"Gue susul apa enggak ya?" gumam Alki bingung. Ia ingin menyusul sahabatnya itu. Namun ia takut. Dengan tekad yang bulat Alki memilih menyusul sahabatnya.
Tidak lucu jika Aldo tewas di dalam sana karena di wik-wik sama mbak Juminten.
Alki berbalik dan berlari. Ia tidak bisa langsung lurus begitu saja. Sebab di depan nya ada pagar kayu ditumbuhi tanaman rambat. Alhasil ia harus melewati kantin atau istilahnya ia harus berputar.
Mella melongok menatap Alki yang berlari sangat kencang. Lalu ia mengedikan bahunya dan kembali membaca novelnya.
Namun lima detik kemudian Alki datang kembali dengan tergopoh-gopoh. Ia mengambil buku yang tertinggal. Lalu kembali berlari. Membuat Mella kembali terheran-heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKI
Teen FictionJika kalian ingin mencari kisah tentang cogan korea atau cogan bule maka bukan disini tempat nya. Alki Danendra, pria asli keturunan indonesia yang hidup tanpa pacar karena wajah pas-pasan ditambah dompet tipis. Memiliki tingkah absurd dan ke alayan...