"Minggu depan gue mau nembak gebetan."
Seketika wajah cengo mereka keluar.
Namun tidak dengan Wildan dan Azriel. Dua pemuda tampan itu masih saja tampak anteng dengan minuman di hadapan mereka.
Aldo mengerjap. "Gebetan elu siapa? Sejak kapan elu punya gebetan?" tanya Aldo.
Alki mendengus kasar. "Lo mah gak up to date! Seluruh sekolah juga tau kalau gue lagi gebet si Mella," kesal anak itu.
"Mella?" gumam Gara dan Bagas hampir bersamaan.
Alki mengangguk mantap.
"Terus kita bantu apa?" tanya Gibran.
"Rencananya sih gue mau nembak dia dengan cara romantis. Elo pada ada saran gak?" tanya Alki.
"Lo punya otak kan? Mikir aja sendiri," ketus Azriel.
Alki mendelik kesal. "Mikir rumus matematika aja udah bikin puyeng. Gimana mau mikir cara ngebuat acara romantis. Bisa-bisa ke belah kaya semangka otak gue," kesal Alki.
"Saran gue nih. Sebelum elo nembak dia, lo nyanyi dulu lagu romantis buat dia. Nyanyinya sambil main gitar di depan kelas nya," ucap Bagas.
"Ntar gue dikira pengamen lagi," ucap Alki menolak saran Bagas.
"Lagian suara lo bagus juga," celetuk Aldo yang mendapat anggukan dari temen-temennya.
"Gak sekalian aja kalian nyuruh gue nyanyi di depan lampu merah?" Alki mendengus kasar.
"Lagian nih ya, selama ini gue selalu nyembuyiin bakat terpendam gue. Cuma ke elo-elo pada aja yang gue kasih lihat. Kalau yang lain pada tau bisa berabe," sambung Alki lagi.
"Berabe gimana?" tanya Rizieq.
"Nanti mereka semua bakal ngefans dan tergila-gila sama gue," ucap Alki lempeng. Tentunya langsung mendapat sorakan bernada jijik dari teman-temannya.
"Ya terus gimana?" celetuk Bowo.
"Nanti deh kami pikirin," ucap Wildan yang sedari tadi diam. "Tapi elu yakin mau nembak dia?" tanya Wildan menatap serius Alki.
Pemuda jelek itu mengangguk mantap.
✒✒✒✒✒
Motor Scoopy hitam itu melaju pelan di jalanan lenggang. Tak berapa lama motor itu berhenti dan memakirkannya tepat di depan sebuah toko buku.
Pria yang berambut hampir menutupi matanya itu memilih tak masuk ke dalam toko buku. Ia memilih duduk di atas motornya sambil sesekali melihat jam.
"Gila, lama-lama gue bisa jadi ikan asin," gerutu Alki mengibas-ngibaskan tangan nya. Cuaca siang itu cukup terik.
Tidak lama kemudian, di saat-saat nya Alki tengah gerah dan menahan kesal. Dari kejauhan muncul seorang pemuda yang mengendarai motor bebeknya dengan penampilan gagah. Pemuda itu menggunakan baju koko, peci, dan sarungnya. Persis seperti pak ustad yang hendak khotbah.
Pemuda itu adalah Waisul Karani atau Bowo, yang ketampanannya masih belum jadi.
Wajah pria berkulit hitam itu terlihat cengar-cengir kala turun dari motor bebeknya yang brobok itu. Saking broboknya suara knalpotnya sungguh berisik.
"Dari mana aja elu?" kesal Alki. Pria yang hanya menggunakan kaos hitam polos beserta jaket jeans kebesaran dan celana jeans yang sengaja ia potong pendek itu berdiri dan menghampiri Bowo.
"Biasa, gue umat muslim yang baik. Tadi gue abis solat Ashar dulu," cengir Bowo.
Alki hanya menatap malas ke arah Bowo. "Kalau berbuat kebaikan kaga usah diumbar-umar. Gak dapat berkahnya elu," ucap Alki.
Bowo hanya diam sambil cengar-cengir tak jelas.
"Lagian elo bukannya balik dulu, ganti baju. Malah pakai beginian. Ntar lo dikira pak ustad yang mau ngeruqyah orang lagi," ucap Alki.
"Lagian elu sih. Dari tadi miscall gue terus. Kaga ada pulsa sok-sokan lu," bela Bowo membuat Alki terdiam dan detik berikutnya Alki cengengesan sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Udah buruan kita masuk," ucap Bowo yang berjalan terlebih dahulu.
✒✒✒✒✒
Alki berjalan pelan menyusuri rak-rak yang setinggi empat meter itu. Tangannya menyentuh buku-buku sambil membaca judul di setiap bukunya.
"Ki!" panggil Bowo dari ujung rak. Alki menoleh lalu mengangkat dagunya seolah bertanya 'ada apa?'
Bowo menghampiri Alki sambil memegang sebuah buku yang lumayan tebal itu. Ketika sampai di hadapan Alki pria itu meraih tangan Alki dan menaruh buku yang ia pegang tadi ke atas tangan Alki.
"Dari pada elu puyeng cari cara jadi cowok gentle dan romantis mending baca buku ini deh."
Alki membolak-balikan buku yang bersampul hitam dan bergambar mata yang seolah-olah tengah menatapnya tajam serta di bawahnya ada gambar seorang wanita dan pria dari arah belakang.
"Ilmu hitam pemikat wanita," gumam Alki.
Beberapa saat ia terdiam lalu ia menatap tajam ke arah Bowo.
"Lo nyuruh gue ngelakuin dosa gitu?" ujar Alki sinis.
"Lah, dari pada elu susah-susah ye kan? Mending pakai jalan pintas aja. Gue jamin, Mella bakal langsung bertekuk lutut dihadapan lu," jawab Bowo.
Alki kembali terdiam, ia menerawang jauh. Mendadak ia terbujuk dengan rayuan sang dukun yang berkedok ustad. Siapa lagi kalau bukan Bowo.
Bowo tersenyum licik ketika melihat wajah Alki tersenyum.
Alki terus membayangkan hingga akhirnya ia tersadar ketika kata tumbal terlintas di pikirannya.
Alki mendengus. "Kalau setan nya minta tumbal. Elu yang gue kasih ya," ucap Alki memberikan kembali buku tadi ke Bowo.
"Hah? Ogah gue!"
"Siapa suruh elu nyuruh gue pakai ilmu hitam, huh?"
"Cara pintas, Ki," ucap Bowo.
"Gaya kaya pak haji yang udah umroh berkali-kali. Padahal otak sama hati nya masih seperti preman mabok balsem," gerutu Alki.
"Udah sana. Elu cari lagi buku yang judulnya 'cara menjadi romantis'," ucap Alki mendorong tubuh Bowo.
✒✒✒✒✒
Alki memegang buku yang tak terlalu tebal. Ia membaca judul buku itu.
"Tips dan Trik menjadi Romantis. Dijamin bikin doi meleleh," gumam Alki. Selanjutnya ia dapat bernafas lega karena buku yang ia inginkan telah ia temukan setelah hampir dua jam ia berputar-putar di antara rak-rak buku.
Lalu ia berjalan ke kasir. Namun sesampainya di kasir ia tak menemukan Bowo. Antrian masih cukup panjang jadi ia masih bisa menunggu Bowo beberapa saat.
Namun sudah hampir 10 menit Bowo belum juga muncul. Terlebih sekarang giliran ia membayar buku yang akan ia beli.
"Tiga puluh tujuh ribu, mas." Wanita penjaga kasir itu memasukan buku Alki ke dalam kantong keresek lalu menyodorkan kepada Alki. Secara bersamaan ketika Alki hendak menyodorkan uang berwarna biru, tiba-tiba sebuah majalah ditaruh di atas meja.
"Berapa mbak?" suara itu membuat Alki menoleh ke kanan. Rupanya adalah Bowo yang juga membeli majalah.
Alki menatap ke arah majalah itu, seketika matanya membulat sempurna.
Dan ternyata Bowo membeli majalah dewasa yang sampul depannya terdapat artis model dengan pakaian sangat minim dan sexy.
Sangat tidak kontras dengan penampilan Bowo yang alim.
Alki menepuk jidatnya, sungguh ia merasa malu punya sahabat yang sablengnya melebihi dirinya.
Penjaga kasir yang kebetulan wanita itu hanya bisa menatap cengo ke arah Bowo dan majalah itu bergantian.
Demi kolor tuyul! Ia sekarang benar-benar malu.
Bowo yang melakukan, wajah ia juga ikut tercoreng!
Sialan Bowo!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKI
Novela JuvenilJika kalian ingin mencari kisah tentang cogan korea atau cogan bule maka bukan disini tempat nya. Alki Danendra, pria asli keturunan indonesia yang hidup tanpa pacar karena wajah pas-pasan ditambah dompet tipis. Memiliki tingkah absurd dan ke alayan...