Chapter 17

107 13 2
                                    

Dua gadis berseragam putih abu-abu berjalan menyusuri trotoar jalan. Sesekali mereka tertawa sambil merangkul satu sama lain.

"Eh, temen nya si Alki yang hitam itu siapa, sih?" tanya Suci.

Mella mengerutkan dahinya. Seolah mengingat sesuatu. "Yang satu kelas sama Alki, 'kan?"

Suci mengangguk.

"Waisul kalau gak salah. Di panggil Bowo," gumam Mella. "Emang kenapa?" tanya Mella.

Suci memasang wajah cemberut nya. "Dia aneh, tiap hari selalu gangguin gue, gak nyadar wajahnya bikin gue enek," ucap Suci sambil tertawa kecil. Mendadak langkahnya terhenti. Hal itu membuat Mella ikut berhenti.

"Kenapa, Ci?" tanya Mella. Suci hanya diam menatap ke depan.

Mella mengikuti arah pandang Suci, " kenapa sama mereka?" tanya Mella.

"Mereka, anak Devils. Yang gue denger-denger ngeroyok Rizieq sampai masuk rumah sakit," bisik Suci. "Mending kita putar arah, deh. Disini jalannya sepi. Takutnya mereka macem-macem sama kita," sambung Suci lagi.

Mella mengangguk dengan wajah rada takutnya. Mereka berbalik dengan langkah tergesa-gesa.

Brukk

Gadis bersurai hitam itu mengaduh kesakitan.

"Eh, Mel? Lo gak papa, 'kan?" tanya Suci memegang bahu Mella. Membantu gadis itu untuk berdiri.

"Hey!" seru seseorang dengan semangat. Kedua gadis itu menoleh, dan seketika wajah mereka memucat.

"Kalian anak SMK BrataJaya, 'kan?" tanya salah satu anak Devils. Dari nametag di bajunya, anak itu bernama Michael.

Mella mengangguk kaku, tangannya menggenggam erat telapak tangan Suci. Ia dapat merasakan tangan dingin Suci.

Seketika wajah anak-anak Devils menyeringai lebar.

"Mati kita," bisik Mella.

✒✒✒✒✒

Tinnn ...

Alki berdecak ketika suara klakson dari arah belakang mengagetkan nya.

"Sial!" umpat Alki.

Sebuah mobil hitam mengkilap berhenti di samping nya. Seolah mengejek bahwa mobil dan motor Alki sangat jauh kasta nya.

Alki melirik ke arah mobil itu dengan perasaan dongkol. Ada rasa kagum menatap bodi kendaraan itu.

"Minggir!" bentak si pengendara.

Alki melirik sinis ke arah Dimas. "Jalan masih luas! Lagian jalan ini bapak lo yang buat?!" balas Alki.

Dimas mendengus kasar, ia keluar dari mobil sambil memasangkan kacamata hitam.

Alki berdecih, "dikira ini pantai apa. Perlu pakai kacamata segala," cibir Alki.

Blepakk

Kepala Alki yang dibalut oleh helm itu di geplak oleh Dimas.

"Ngomong apa lo, tadi?" tanya Dimas mendelik kesal. Pria itu melepas kacamata hitam lalu menggantungnya di kemeja sekolah.

Alki hanya diam sambil bergumam tak jelas.

"Hey! Alki! Dimas!" suara teriakan itu membuat Alki dan Dimas menoleh.

Anak laki-laki itu telah sampai di hadapan Alki dan Dimas. Dadanya naik turun berusaha mengatur napas.

Kemudian ia menunjuk ke belakang, "Mel ... Mella sama Suci!" ucap anak itu cepat.

ALKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang