Bertemu Bukan Untuk Bertamu

931 64 2
                                    

Minggu 20 Desember 2020,

Sebetulnya badan masih mengelak unuk bangun dari kasur, karena memang masih Jet lag, biasanya untuk pulih kembali butuh beberapa saat. Tapi karena aku mau ketemu Mas Satria rasa lelah kusingkirkan dulu. Sebetulnya kita belum tahu rencana untuk main hari ini kemana. Aku sempat memberi list beberapa tempat untuk kita kunjungi, ada Curug, Kebun Teh, Sate Maranggi, Kota Tua, Taman Bunga. Tapi cuaca memang tidak mendukung untuk ke Curug, kita berdua menunggu siapa tau kalau sore cuaca bersahabat, akhirnya Mas Satria menjemputku untuk ke rumah terdahulu.  Sebagai seseorang yang juga sudah ditunggu kedatangannya, maka aku berkunjung terdahulu ke rumahnya sekalian bawain sedikit oleh-oleh khas Manado.

Sesampainya di rumah Mas Satria,

👮‍♂️: Assallamu'alaikum
🧕: Assallamu'alaikum
🙎‍♀️: Wa'alaikumsallam, loh kok cepet banget, makanannya belum matang, gimana kabarnya? (Sambil salim dulu)
🧕: Alhamdulillah sehat Buk, ibuk gimana?
🙎‍♀️: Alhamdulillah sekeluarga sehat, dah istirahat dulu, ibuk belum selesai masaknya , ibuk lanjutin sebentar ya.
🧕: Nggih buk

Sudah sangat hafal, pasti ibuknya mas Satria gak pernah mau kalau aku bantuin masak.

🙎‍♀️: Makanannya udah mateng semua, sekarang pada sarapan dulu, dari tadi pagi perut masih kosong kan.
🧕: Hehe, siap bu
🙎‍♀️: Ayok makan dulu, Satria ajakin makan dulu, jangan game mulu.
👮‍♂️: Siap bu
🧕: Ibuk ga ikut makan?
🙎‍♀️: Ibuk udah makan duluan tadi kenyang banget , dah dinikmati ya seadanya.
🧕: Ibuk banyak banget masakannya hehe.
🙎‍♀️: Enggak, biar kalian kenyang, dah ibu tinggal dulu ya ke belakang. Abisin aja itu semuanya ya.

Sudah lama rasanya tak makan masakan rumahan ala Ibunya Mas Satria, ada menu Urap, Sayur Cap Cay, yang tidak ketinggalan adalah tempe goreng dan krupuk.

👮‍♂️: Enak kan, mantulss
🧕: Enak, udah lama ga makan kaya gini.
👮‍♂️: Yaudah abisin, ini , ini, (sambil nyomotin tempe tahu goreng ditaruh di piringku) pokoknya abisin semua
🧕: Hah? Banyak banget ini, parah
👮‍♂️: Gapapa biar kamu ndut, ga kaya layangan.
🧕: Dih, entar aku gendut kamunya bingung.

Memang semenjak di Manado banyak sekali yang bilang aku tambah kurus, bagaimana tidak. Makan sih iya , tapi pikiran ga bisa tenang dan nyaman.

Setelah selesai makan, waktu sudah menunjukkan jam solat dzuhur, karena aku sedang berhalangan, jadi Mas Satria doank yang solat. Selesai solat kami menunggu cuaca membaik karena sedari tadi hujan datang dan pergi. Alhasil rencana ke curug auto batal.

Sekitar jam 2 an kami memutuskan untuk jalan, karena cuaca sudah agak membaik meski belum cerah.

🙎‍♀️: Yaudah hati-hati di jalan, semua jas hujan udah di dalam tas?
👮‍♂️: Sudah bunda, aman. Pamit dulu ya, Assallamu'alaikum.
🧕: Pamit dulu ya bu, Assallamu'alaikum.(Sambil cium tangan ibuk)
🙎‍♀️: Wa'alaikumsallam ya tiati jangan ngebut-ngebut!

Kami berdua menuju ke arah Bukit Pelangi daerah Sentul, cuaca ternyata masih saja gerimis-gerimis, naik motor CB sambil ketawa-ketawa menikmati hujan.

👮‍♂️: Kamu seneng banget, udah lama ga jalan-jalan naik motor gini ya?
🧕: Iya, kangen banget naik motor jarak jauh sama kamu.

Sesampainya di daerah Sentul, kita mampir sebentar karena sudah masuk waktu solat ashar. Setelah solat kita lanjut jalan ke arah puncak.

👮‍♂️: Kita udah sampai puncak ini, mau kemana?
🧕: Belum tauk, ini belum puncak.
👮‍♂️: Ini Jalan Raya Puncak.
🧕: Tapi kan belum sampe yang kebun teh itu.
👮‍♂️: Ko kamu tahu sih.
🧕: Tahu lah.
👮‍♂️: Sate Marangginya masih jauh ya?
🧕: Masih itu mah masih Cianjur.
👮‍♂️: Jauh juga ya.
🧕: Beneran mau kesana sekarang?
👮‍♂️: Lha mau kemana lagi?
🧕: Yaudah terserah.

Cuaca di Puncak sangat dingin, padahal sudah pakai jaket tetap saja rasanya lagi di Puncak Gunung Merbabu, ketambah lagi gerimis tak kunjung pergi. Tapi aku senang bisa naik motor berboncegan sama Mas Satria.

Setelah melalui jalan yang naik turun dan berliku, sampai pegel juga ini pinggang sama pantat karena naik motor dari Depok sampai ke Cianjur, ya memakan waktu kurang lebih 2,5 sampai 3 jam. Akhirnya kita sampai di lokasi Sate Maranggi Sari Asih. Super rame memang, dan kita memutuskan untuk dibungkus saja supaya bisa makan di rumah bareng ibunya Mas Satria juga.

Dan kita lanjut perjalanan pulang. Kita sempat juga berhenti di sebuah bengkel untuk mengganti oli. Kata Mas Satria biar lebih nyaman karena sudah dibawa jarak jauh dengan jalanan yang cukup nanjak juga. Dari bengkel itu hujan cukup deras. Akhirnya jas hujan kita terpakai juga, ya kita lanjut jalan turun dari puncak dengan jalanan licin dan cukup curam serta gelap karena waktu sudah malam sekitar jam 19.00, aku cuma bisa berdoa semoga bisa cepat sampai kota dengan selamat.

Pukul 21.00 kita baru sampai rumahnya Mas Satria. Dilanjut bersih bersih sebentar dan kita lanjut makan sate maranggi yang kita beli tadi. Memang rider sejati, perjalanan yang hampir 6 jam sendiri. Lelah? Mas Satria pasti lebih lelah, kemarin baru saja lepas piket, dan sekarang udah perjalanan jauh. Tapi rasa satenya memang tidak mengecewakan perjalanan jauh kita. Mantaplah pokoknya.

Setelah makan Mas Satria ketiduran, sudah malam pukul 23.00 tapi aku mau bangunin ga enak, kelihatannya dia kecapekan. Pada akhirnya aku disuruh tidur bareng Ibunya Mas Satria. Sebenarnya aku agak kurang enak harus merepotkan terlalu banyak. Tapi ya apa daya akhirnya aku tidur juga.
Dan pagi harinya setelah sarapan baru diantar ke penginapan.

Next..

Brimobku , Benarkah Dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang