Hari yang terlupakan datang secara tiba-tiba. Hari yang sebenarnya dinanti namun terlalu pelik untuk diterima. Hari pengumuman penempatan.
24 Juli 2020 pukul 17.00
Grup kantor yang biasanya sepi, tiba-tiba banyak notif masuk. Deg, firasatku seminggu ini benar-benar terjadi. Entah kenapa rasanya seminggu ini sedih , badmood, dan entahlah, rasanya sudah tak bersemangat untuk melakukan apapun, padahal juga tidak terjadi apa-apa. Oh ternyata benar, di akhir pekan pengumuman penempatan dari kantor pusat yang sudah banyak dipertanyakan muncul tiba-tiba. Tangan gemeteran, hati nggak karuan, mau tidak mau ku buka pengumuman itu. Ku scroll kucari namaku, kukira aku bakal dapet penempatan yang masih dekat dengan Jawa, ternyata harapanku pupus, saking shocknya, udah ngga bisa nangis , malah ketawa. Ya tau lah, gimana saking shocknya, untung ngga pingsan. Namaku masuk di daftar penempatan Kanwil Suluttenggomalut yang lokasinya di Kota Manado. Aku ngga ngerti lagi, aku cuma menghela nafas dan teman ku mba Ersa dia tiba-tiba masuk kamarku dengan muka shock. Ya kami mengalami hal yang sama, semua diluar dugaan. Aku langsung menghubungi ibuk tapi tidak ada jawaban, ya maklum ibu-ibu jam segitu mungkin sedang sibuk di dapur. Aku langsung kirim screenshootan ke Mas Satria. Saat itu sepertinya dia belum langsung membaca chat ku, sekitar 15 menit kemudian dia langsung video call.
👮♂️: (dengan muka yg melas) kok bisa ?
🧕: Aku juga ngga tau 😭
👮♂️: Kok jauh banget, aku kirain kamu ngirim apa, ternyata kaya gini
🧕: 😭😭😭 ya gimana, aku juga ngga milih ini
👮♂️: Bilang suruh pindah kesini aja
🧕: Mana bisa, kan udah keputusan kantor pusat
👮♂️: Siapa si yang bagi?
🧕: Ya yang punya wewenang, bagian kepegawaian
👮♂️: Kamu pindah aja ke Jakarta
🧕: Ya kalau sekarang engga bisa 😭
👮♂️: Terus ibukmu gimana?
🧕: Belum bales 😭
👮♂️: Sama ibuku kamu suruh kesini, bisa?
🧕: Iya aku kesitu habis isya 😭
👮♂️: Aku kaget lho kok kamu bisa penempatan jauh gitu
🧕: Lha aku lebih kaget 😭
👮♂️: Yaudah solat dulu udah mau adzan magrib ya, nanti kesini hati-hati
🧕: SiapMemang hari sebelumnya aku berencana main sama Mas Satria di malam Sabtu. Tapi aku tidak menduga bakal dengan kondisi seperti ini. Auto lemes sambil baca balasan ibuk. Aku yakin ibuk pasti nangis sekarang pas baca chat ku. Tapi aku coba menenangkan karena aku di sana tidak sendiri. Ada Nura teman dekatku yang juga penempatan sana. Meski aku tau ibuku tetap belum ikhlas, tapi setidaknya ibu sedikit lega.
Magrib tiba, setelah solat aku masih berdiam di kamar bersama mba Ersa, merenung tak percaya, tapi kita tidak bisa apa-apa. Semua sudah keputusan yang tidak bisa diganggu gugat. Kami berdua saling meluapkan kekesalan karena penempatan yang jauh dari rumah. Yang biasanya bisa sebulan sekali pulang ke Jogja, sekarang perlu menyiapkan budget yang lumayan untuk beli tiket pulang. Setelah solat isya aku bersiap untuk ke rumah Mas Satria, ya seperti biasa aku naik KRL karena kalau Mas Satria jemput malah bolak-balik kasian. Di KRL aku masih meratapi ketidakpercayaan ini. Pengen nangis tapi malu. Dan tanpa sadar sudah sampai di Stasiun Pondok Cina. Dari Stasiun ke rumah Mas Satria aku naik Grab, karena Mas Satria sedang ada tugas yang ga bisa ditinggal.
Sampai di rumah Mas Satria,
🧕: (Tok..tok..tok) Assallamu'alaikum
👮♂️: Wa'alaikumsallam, masuk yang
Gimana? Kok bisa sih? Terus kita jauh besok.
🧕: ☹ ya gimana, aku gangerti juga kok bisa gitu
👩: Dah nyampe nduk,
🧕: (salim sama ibuk) Iya buk hehe
👩: Gimana kok jauh banget to nduk penempatannya?
🧕: Iya buk, saya juga ngga ngerti kok bisa jauh banget.
👩: Yang penting nanti di sana hati-hati ya, kalau bergaul yang hati-hati, jangan sampe nyangkut sama cowo sana, ga usah aneh-aneh, kita kan orang baru disana.
🧕: Iya buk pasti, engga bakal aneh-aneh buk, makasih ya buk.
👩: Satria di sini biar ibuk yang ngawasin, ga usah kepikiran aneh-aneh , kalau ada masalah cerita aja sama ibuk. Anggap ibuk kaya ibukmu sendiri.
🧕: 😭 Siap buk, terimakasih banyak
👮♂️: Kamu jangan nakal ya disana, aku bakal nungguin kamu kok. Nanti kita bareng-bareng lagi.
🧕: Iya pasti 🥺
👩: Ibuk belum kasih tau ayahnya Satria, besok kalau pas pulang biar ketemu kamu nduk. Udah makan belum , sana di ajak makan dulu mau makan di rumah apa keluar.
👮♂️: Belum makan kan?
🧕: Udah ngga nafsu makan ☹
👮♂️: Jangan gitu, yuk makan di angkringan mau? Katanya kemarin pengen?
🧕: Ayuk, iya yang kemarin kamu bilangin itu kan
👮♂️: Yaudah ayuk
🧕: Buk, pergi keluar dulu ya (sambil salim)
👩: Iya nduk hati-hatiAku dan Mas Satria menuju ke angkringan tapi karena tutup kami pindah ke tempat jual nasi kucing namanya Rajanya Nasi Kucing di daerah Cibubur. Semoga bukan untuk yang terakhir kalinya. Setelah makan kami mampir ke tempat temannya Mas Satria yang punya tempat cetak foto. Hal sederhana yang selalu aku rindu, gitaran sambil nyanyi bareng sama teman-teman Mas Satria. Toh teman-temannya juga udah sering ngerti aku. Waktu Ulang Tahun club motor cb nya mas Satria aku juga ikut merayakannya di Puncak , rame-rame sewa aula di villa. Acaranya sederhana, Potong Tumpeng Nasi Kuning terus makan bareng-bareng, kebetulan aku juga bantuin ibuknya mas Satria buat nasi kuningnya. Sungguh banyak kenangan yang tidak mudah jika harus dilupakan sekejap. Terlalu banyak titik jalan yang menggambarkan kisah kami dan juga sepanjang jalan yang kami lalui, Jalan Raya Bogor, Jalan Pantura arah ke Bandung, dan yang jelas Jalan Depok-Jakpus.
Hari-hari setelah pengumuman aku sering main ke rumah Mas Satria, selagi masih ada waktu pikirku. Meski di sana hanya sekedar ngobrol, makan, ngeliatin dia main game , tapi aku selalu rindu hal-hal sederhana itu. Kami juga sempat foto studio sebelum akan lama tak berjumpa. Padahal aku berencana ngajak main Mas Satria pas hari ulang tahunku, ada tempat yang sudah kami rencanakan sebelumnya, tapi sayang hari Ulang Tahunku menjadi hari perpisahan kami karena aku harus balik Jogja sebelum berangkat ke Manado. Tepat di malam menuju hari Ulang Tahunku aku main di rumah Mas Satria. Tidak ada tiup lilin dan potong kue. Namun ucapan Selamat Ulang Tahun dari Mas Satria juga Ayah Ibunya tepat di jam 00.00 dini hari menjadi kado yang indah. Sebenarnya Mas Satria berencana mengajakku membeli sebuah cincin sebagai kado. Tapi karena belum sempat akhirnya aku beli di Jogja. Terimakasih dan semoga kita segera bertemu kembali Mas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brimobku , Benarkah Dia?
RomancePertemuan yang tidak terduga di tanah rantauan. Sesuatu yang masih kupertanyakan hingga sekarang, apakah memang dia yang Tuhan kirimkan. Seandainya bisa bertanya kepada Tuhan aku ingin mencari alasannya. Bagi masyarakat Indonesia aksi 22 Mei 2019 it...