Wedding Day

373 17 0
                                    

Seminggu lagi hari pernikahanku, dan aku sudah tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta untuk melanjutkan penerbangan ke Jogja. Sedikit banyak kadang deg-degan karena di jawa selalu banyak mitos calon pengantin dilarang bepergian melintas laut. Tapi tidak ada jalan lain selain melintas laut meski lewat udara karena Manado dan Jawa jelas jelas terpisahkan oleh laut 😖.
Hari-hari ku di Jogja disibukkan oleh beberapa rangkaian acara salah satunya pengajian. Dan bahkan tetangga satu kampung tetap pada datang ke rumah meskipun kami sudah memberitahukan bahwa hanya akan menggelar acara di gedung.
3 hari sebelum hari H Mas Satria beserta Ibunya pulang ke Magetan karena akan datang bersama rombongan dari keluarga Magetan. Sedangkan Ayahnya menyusul H-1  karena tidak bisa cuti lama.

Malam hari sebelum pernikahan akhirnya keluarga Magetan sudah sampai di Jogja sekitar pukul 9 malam. Mereka menginap di penginapan yang sudah menyatu dengan gedung yang akan digunakan.
Sedangkan aku berdiam diri di kamar, sambil berpikir "orang bilang kalau mau nikah ngga bisa tidur karna deg-degan".
Sejujurnya kala itu aku deg-degan karna takut gabisa bangun pagi sedangkan make up dijadwalkan jam 4 pagi. Alhasil aku harus bangun jam setengah 4 untuk persiapan.
Tak lama pun akhirnya aku terlelap dan terbangun karena alarm sudah berdering.
Aku segera bangun dan mandi tanpa make up karna kan mau di make up 🤣.
Jam 4 kurang 15 aku beserta saudara menuju ke lokasi dan sampai disana ternyata Mua nya sudah tiba juga.
Dengan pedenya aku mempersilakan Mua masuk padahal kamar make up nya dikunci. Ternyata ruangan yang akan digunakan untuk make up berada dalam satu ruangan dengan kamar-kamar yang digunakan rombongan magetan menginap. Alhasil mau tidak mau aku menelfon mas Satria.

🧕: Mas bukain pintu samping, mau masuk ini buat make up
👮‍♂️: Hah, iya iya bentar
Ceklekk...
👮‍♂️: Aku gabisa tidur tauk baru tidur 2 jam
🧕: Hih yaudah si, minggir dulu Mua nya biar masuk, bangun solat subuh

Karena mengingat dikejar waktu aku sudah tak banyak menggubris keluarga Mas Satria hanya sempat bersalaman sama beberapa orang yang sudah bangun dan langsung solat subuh sebelum lanjut di make up.

Saat di make up:
🙍‍♀️: deg-degan ngga mba?
🧕: belom sih mba hehe

Aneh banget bahkan sampe detik itu juga tidak ada sama sekali rasa deg-degan. Soal jalannya acara karena WO sudah datang aku lebih merasa tenang. Dan jam make up serta saudara yang akan di make up sudah siap semua. Alhasil semua berjalan sesuai yang diinginkan.
Sayangnya pagi hari saat akad cuaca cukup mendung namun acara berjalan dengan khidmat. Bahkan rasanya membeku saat aku duduk di meja akad. Tersenyum saja rasanya sudah tak boleh. Ku tatap muka Mas Satria yang biasanya ngelawak pun sudah tak berekspresi sama sekali. Ya dia pasti lebih deg-degan daripada aku. Karna ternyata kalimat akad yang diminta penghulu sedikit berbeda dengan yang dia hafalkan katanya. Namun setelah ada kata sah raut muka kami menjadi berubah sudah tak seperti es batu yang masih dalam freezer.
Setelah akad kami melakulan sungkeman. Di momen itu juga aku merasa kehilangan padahal kedua orang tua kami masih sehat walafiat. Namun mungkin kini aku harus berpindah dalam tempat bergantung. Kini semua tanggung jawab ada di pundak Mas Satria. Bahkan Mas Satria lebih banjir air mata saat sungkeman . Aku tidak berani bertanya mengapa. Tapi sejauh yang kutau dia adalah sosok yang sangat tak bisa lepas dari ibunya meski sudah dewasa. Kini ia harus membangun keluarga baru dan menjadi kepala keluarga menggantikan posisi ayahku.

Setelah acara selesai dilanjutkan resepsi yang cukup melelahkan apalagi sesi foto. Akhirnya sore hari kami dapat kembali ke rumah. Keluarga Magetan juga melanjutkan perjalanan mereka kembali karena tidak bisa berlama lama di Jogja.

Sampai di rumah masih ramai karena banyak saudara dan juga kondisi rumah masih berantakan. Malamnya kami baru bisa beristirahat dengan tenang.

3 hari setelah hari H, aku, Mas Satria beserta rombongan Jogja menuju ke Magetan, bisa dibilang ngunduh mantu tapi tidak secara besar-besaran. Hanya tasyakuran mengundang warga sekitar.
Setelah acara tersebut keluarga Jogja langsung kembali dan aku beserta Mas Satria masih tinggal sekitar 3 hari di Magetan.
Anehnya aku tiba-tiba menangis tanpa sebab. Dan Mas Satria pun bingung melihat aku menangis.

👮‍♂️: Kamu kenapa? Cerita sini kenapa?
(Dia mengusap air mataku sambil memelukku, sedangkan aku cuma bisa menggelengkan kepala karna rasanya sesak tak sanggup bicara tanpa alasan)
Sebenarnya bukan tanpa alasan mungkin aku merasa lelah dan butuh healing saat itu.
👮‍♂️: Kangen orang tua? (Dan aku cuma diam). Besok kita main ya (sambil tetap memelukku)

Aku juga tidak tau mengapa bisa nangis sesenggukan, atau mungkin hormon karena aku sedang haid saat itu.

Keesokannya karena mungkin Mas Satria sudah tak tega melihatku menangis dia mengajaku ke Telaga Sarangan. Telaga yang katanya kalau didatangi sepasang kekasih yang belum menikah akan putus. Biasalah di Jawa banyak mitos. Padahal disana tempat yang indah untuk healing karna cuacanya yang sejuk.

Lusanya kami kembali ke Depok karena cuti Mas Satria yang hampir habis. Kami memutuskan honeymoon di puncak saja yang sekiranya lebih dekat dengan kantor Mas Satria.

👮‍♂️: Seneng ngga?
🧕: Seneng donk hehe
Pertanyaan retoris yang ia lontarkan, karna ia melihatku kegirangan saat main ke curug. Meski pulangnya kehujanan. Tapi aku sangat suka wisata alam.

Waktu berlalu begitu cepat hingga cuti kami pun berakhir.
Mas Satria yang harus dinas ke Karawang dan aku harus kembali ke Manado. Saudara selalu bilang "jangan lama-lama jauhnya, udah nikah masa tetep jauh-jauhan"

Aku cuma bisa ternsenyum sambil bilang
"Doain ya hehe"

Jauh, itu bukan keinginanku.
Bahkan kalau aku bisa memindahkan pulau Sulawesi juga akan kupindahkan. Sayangnya itu hanya mengandai andai.

Bulan pertama Ldm, hampir muak dengan pertanyaan "kamu ngga kangen sama suamimu".

Hey dunia tolong bungkam semua orang yang menanyakan hal seperti itu. Rasanya tak perlu kujawab. Istri mana yang tidak rindu dengan suaminya. Bahkan kadang aku cuma bisa tersenyum melihat foto foto di instagram sepasang suami istri yang bisa satu rumah, bercanda setiap harinya, memasak dan makan bersama. Aku juga ingin seperti itu. Namun sepertinya Allah belum mengizinkannya.

Aku beruntung karena banyak teman-teman di Manado yang dapat membuatku lupa bahwa aku rindu setiap hari. Aku bisa menikmati es krim Mcd di pinggir laut yang indah. Sambil melamun dan mengkhayal seandainya dia juga ada di sini. 💙💙

Brimobku , Benarkah Dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang