Mengenal Ibunya-2-

1.8K 85 3
                                    

Kau bilang kalau rindu bisa videocall, semudah itu ya laki-laki. Apa semua seperti itu, menganggap enteng semua. Aku selalu ingin berteriak, tapi aku tau itupun tak meredakan rindu. Aku selalu marah ketika kamu bilang " nanti kita ketemu ya kalau aku libur, kamu mau kemana aja terserah". Namun akhirnya semua penuh alasan. Entah hujan, ataupun tiba-tiba kamu harus ke kantor. Aku tak bisa menyalahkan semua alasan itu. Aku tak berkuasa atasmu. Tapi aku kecewa, dan selalu saja menangis karena itu. Aku terlalu lemah untuk menahan rindu. Sampai suatu hari kau bilang "ibu nyuruh main ke rumah".

Aku bilang baiklah,itu hari Minggu. Aku sengaja membawakan buah yang ku beli di swalayan dekat kost. Naik KRL dari stasiun manggarai arah bogor yang nantinya aku akan berhenti di Stasiun UI. Penuh sesak, ternyata KRL arah bogor seramai itu, padahal hari Minggu. Bagaimana sehari-harinya? Setelah 30 menit aku berdiri di KRL akhirnya aku sampai di stasiun UI. Menunggu kamu yang ternyata katanya habis ngepel lantai. Gara-gara aku mau datang katanya ibu nyuruh beberes. Aku cukup merasa disambut, dengan kondisi aku bingung entah apa yang akan ku perbuat nanti di sana. Untuk pertama kalinya aku datang ke rumah seorang lelaki.

Setelah  sekitar 15 menit menunggu akhirnya dia sampai, dan kita menuju rumahnya.Kita melewati jalan yang sampai ke arah Mako Brimob Kelapa Dua. Tempat yang dia bilang "kan kamu pernah kasih tau kantormu, kamu juga harus tau kantorku". Kalimat itu dia ucap dulu saat pertama kali aku kesana, sebelum kita main ke TMII. Jadi ini adalah yang ke2 kalinya aku berada di kota Depok. Waktu kita mau ke TMII kita sempat mampir ke warung pecel dekat Mako Brimob. Rasanya enak, beda dari pecel yang sebelumnya. Dan harganya pun murah. Namun hari itu sayang, aku belum sempat bertemu ibunya. Dan inilah harinya.

Beberapa menit kemudian, setelah melalui banyak gang sampailah kita disebuah rumah kontrakan yang kau bilang sudah lama di situ. Tidak begitu luas, tapi entah mengapa rasanya berbeda. Nyaman, tenang, damai, banyak anak kecil berlarian. Suara kicauan burung. Kucing yang lucu.

👮‍♂️: Masuk lah
🧕: ngga ah kamu duluan
👮‍♂️: assallamu'alaikum
🧕: assallamu'alaikum
(Aku mengikutinya dari belakang masuk ke rumahnya)
👩: wa'alaikumsallam, maaf nduk berantakan, tangan ibuk kotor ini habis masak-masak.
🧕:(aku mencium tangan ibu, terus cipika cipiki) Hehe gapapa buk, udah selesai masaknya? Ada yang perlu dibantu?
👩: enggak , udah selesai ini. Udah duduk aja di depan pasti capek kan, ibu buatin minum
🧕: eeh engga usah buk hehe, tadi beli minum kok
👩: lah ini apa? Kalau kesini gausah bawa apa-apa nduk
🧕: hehe gpp buk, tadi cuma sekalian mampir

Hatiku sama sekali tidak deg-deg an, jutru aku merasa kehangatan di rumah ini, sambutan ibu saat kedatanganku. Sebenarnya aku takut ibu tak bisa menerimaku. Aku takut cerita orang-orang tentang mertua yang galak. Tapi aku akan sangat berdosa jika mengatakan ibu galak, beliau justru sangat baik. Akhirnya aku numpang solat karena aku dari kost sudah setengah 12. Jadi sampai sini sudah hampir jam 1. Selesai solat kami ngobrol, dan tibalah ajakan makan siang di rumah.

Kebetulan hari itu ibu mencoba menu baru, masak lobster karena putra kesayangannya ngidam lobster katanya. Ku pikir kita bakal makan bertiga. Ternyata dia ngajak temenya. Ibu bilang memang sudah biasa seperti itu. Dia ajak 2 temannya. Mas upi dan arya namanya. Mas upi juga seorang polisi , adik letting Mas Satria. Sama-sama asli Jawa Timur tapi dinas di Jakarta. Kalau arya, dia masih anak sekolah, tapi teman akrab karena di bengkel. Yah mereka suka sekali dengan dunia perbengkelan. Akhirnya kita makan berlima. Selesai makan sore telah tiba. Kita solat ashar, setelah itu Mas Satria sengaja meninggalkanku bersama ibuk di rumah, dan dia main ke rumah Mas upi, rumahnya sampingan hanya tersekat tembok. Bisa dibayangkan rumah kontrakan itu seperti apa. Pas ditinggal bersama ibu kami banyak bercerita. Ibu bilang aku harus sabar kalau nanti ditinggal tugas terus, karena ibu juga seorang Persit, ibu lebih berpengalaman ditinggal suami tugas. Ibu mengatakan, kami harus bisa jaga diri masing-masing , gausah cari-cari yang lain. Satu ya cukup satu. Ibu bilang kalau jangan khawatir, karena ibu selalu memantau Mas Satria, jadi gabakal aneh-aneh. Ibu tau kalau aku sebentar lagi akan penempatan, meski belum tau kemana dan kapan, tapi ibu selalu berpesan agar selalu hati-hati. Aku senang ibu menasehatiku seperti anaknya sendiri. Ibu juga bilang ibu ingin kembali ke kampung halaman, tapi belum tau kapan. Dan tiba-tiba ibu mengakatakan padaku kalau beliau berpesan pada Mas Satria agar tidak buru-buru menikah dan menunggu kalau sudah jadi brigadir. Aku agak kaget, tapi aku menutupinya, aku bukan ingin menikah saat ini juga, namun aku pun tak bisa menunggu selama itu.

Brimobku , Benarkah Dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang