Kecewaku

2K 106 0
                                    

Aku belum pernah jatuh cinta. Semenjak pernah merasa sakit hati waktu itu, rasanya aku enggan lagi untuk serius. Mengapa hatiku begitu batu. Diketuk berulang pun tak mampu. Sudah lama semenjak ada seseorang yang kutolak tawaran untuk berpacaran dengannya. Hanya karena pernah di kecewakan, dan dia datang ketika dia ditinggalkan. Bahkan kala itu aku hanya berpura-pura untuk bahagia pergi bersamanya. Dalam hatiku sungguh kalau bisa ku tampar, ingin ku tampar rasanya. Kemana saja selama ini, kau datang padaku setelah kamu rapuh. Tidak, aku tidak bisa menerima itu meski aku sedang butuh seseorang.

Lambat laun dia pergi dengan sendirinya, dan sejak itu ku putuskan fokus dengan mimpi-mimpiku yang lebih baik. Aku selalu berdoa, semoga ada lelaki yang tulus menyayangiku,tidak menyakitiku meski lewat ucapannya. Setelah beberapa tahun, dan kini lelaki yang sudah beberapa bulan menemani hari-hariku di tanah rantau. Andai ku bisa bicara langsung pada Tuhan, aku ingin bertanya mengapa kau pertemukan aku dengan seseorang ini. Orang yang sangat asing bagiku. Andai aku punya kesempatan untuk menanyakan banyak. Tuhan beri aku petunjuk tentang kebaikannya di masa depan.
Apa aku akan selalu bahagia dengannya, sedang tugasnya yang tidak menentu, hari libur yang tidak bisa ditebak, bahkan libur pun dia bisa tiba-tiba di panggil ke kantor. Hingga sering kali hanya rindu yang sering jadi alasanku berantem dengan dia. Hanya karna rencana yang ia ucap , rencana untuk bertemu denganku, namun tiba-tiba ada kepentingan lain hingga harus membuatku menangis. Kenapa , kenapa harus seperti ini. Kalau aku boleh berteriak di depan dia setiap momen itu terjadi ingin ku menangis di hadapannya.

Tak bisakah jangan mengucap sesuatu yang tak bisa kamu penuhi. Jangan memberiku harapan untuk melepas rindu, jika kecewa yang pada akhirnya datang. Sampai ada suatu saat, aku benar-benar kecewa, aku menangis meski hanya aku dan Tuhan yang tau saat itu. Ku blokir wa nya, karena dia pasti akan mencari pembelaan diri dengan berbagai alasan. Aku benar-benar marah, entah marah pada diriku sendiri atau marah padanya. Yang jelas saat itu aku cuma bisa menangis.

Setiap hal itu terjadi, dia selalu menghubungi ibuku, dan ibuk pasti memintaku untuk membuka blokir wa nya. Aku selalu luluh atas permintaan ibu. Karena ibu gakmau aku berantem karena hal sepele mungkin bagi orang lain. Tapi untukku, itu bukan hanya sebuah pertemuan yang biasa, waktu akan semakin rumit untuk menghitung hari dimana penantian akan semakin panjang. Aku pasti akan pindah dari Jakarta ini. Kota yang mempertemukan kami. Dia selalu bilang agar aku jangan egois, kalau rindu bisa vc katanya. Buatku tidak semudah itu menghapus rindu. Rindu itu obatnya bertemu, dan dia tidak bisa bertanggung jawab atas rindu yang dia buat. Dia hadir di hidupku, namun dia bersikap seolah semua hanya masalah kecil perihal waktu. Dia selalu mengatakan , pasti akan tiba saatnya untuk bertemu. Apa semua lelaki seperti itu. Aku benci akan sifat itu, yang menganggap semua enteng dan biasa saja.

Setiap aku marah, dia ganti ceramah, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika suatu saat nanti benar-benar jauh. Sebenarnya aku bukan takut dia ada yang lain. Tapi aku lebih takut pada perasaanku sendiri yang tak bisa diatur. Bagaimana jika nanti aku menemukan orang yang selalu ada untukku di tempat baru. Sedangkan aku menemukannya lebih dahulu. Dia selalu menasehatiku, sejauh apapun kita nanti, jangan sampai ada orang lain. Rasanya ingin di sini saja, tapi ini semua tidak mungkin. Setiap kita berantem, ini hanya bertahan semalam, paginya pasti dia sudah memanggilku 'Sayang'. Dan setiap dia marah padaku , dia selalu memanggilku 'Dek' dan bilang 'aku emang ga pantes buat kamu, dan bla bla bla bla ' sudah kuhafal rasanya.

Tidak hanya sekali dua kali aku melawan kecewa karena rindu yang hanya harapan. Aku selalu mengingatkan , jangan beri aku harapan bertemu jika itu tidak pasti. Sungguh aku tidak suka, bukan karena aku ingin dia meninggalkan tugasnya. Aku tidak pernah menginginkannya bertemu denganku jika memang dia sedang tugas. Hanya dia terlalu mudah untuk mengatakan "besok malam *** kita main lagi ya" yang pada akhirnya dia tidak bisa datang. Kecewaku cuma ditemani air mata, dan amarah serasa benar-benar ingin menyerah. Tapi kutahan, karena aku belum siap kehilangan. Tidak akan pernah siap untuk kehilangan. Dari kecewa aku belajar beberapa hal, yaitu sabar dan memaafkan.

Brimobku , Benarkah Dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang