C-18. Kairro dan Karel

3 0 0
                                    

Polaroid Rea dengan seorang pria, lalu foto instagram seorang pria dengan account bernama kairroaditya. Mengapa semua itu memenuhi pikiran Bara? Dan, mengapa juga semua isi pikirannya bersifat negatif? Salahkah jika kita curiga kepada seseorang?

"Apa gue harus memperhatikan gerak-gerik Rea lebih jauh lagi? Tapi, ngga mungkin gue selalu bisa mantau dia. Hati gue pengen banget percaya sama Rea karna kita udah temenan lama. Tapi, kenapa otak ngga sejalan sama hati, sih?"

"Kalo sampe Rea melakukan hal bodoh dibelakang Karel, gue ngga akan bisa maafin diri gue sendiri. Gue udah tau sebelum Karel tau, tapi gue berharap semoga semua dugaan gue ini salah."

Bara terus saja memantau foto polaroid itu. Ingin sekali ia membicarakan ini bersama Karel, tapi ia belum mengetahui secara detail. "Suatu saat pasti ada waktu yang pas untuk menjelaskan semuanya."

💎💎💎

"Honey, you are busy now? Can i ask for help?" Angelica menghampiri Karel yang sedang memasang sepatunya. Pria itu akan berangkat ke kampus untuk menuntut ilmu.

"No. Yes, what is it?" tanya Karel sembari mengambil beberapa potong roti untuk dimakan di mobil selama perjalanan. Pria itu sengaja lebih awal karna ia tau jalanan menuju kampus akan sangat macet dan memakan waktu.

"Please give this file to papa's office and also the lunch. After dari kantor, your dad langsung ke hospital," jelas Angelica sembari memberikan dokumen dan juga kotak nasi yang berisi makan siang untuk suaminya.

"If you can't, it's okay. Mama yang akan bawa," sambung Angelica karna ia juga tidak ingin merepotkan putranya itu. Karel tersenyum dan mengambil berkas serta kotak nasi itu.

"It's okay, no problem. I will give this to papa. Karel berangkat, Ma. I love you," Karel mencium tangan ibunya dan juga kedua pipinya. Angelica tersenyum dan merapikan kerah kemeja putranya.

"Take care, darling. Thankyou, i love you too." ucap Angelica, kemudian Karel berlalu menuju garasi mobil dan mulai melesatkan mobil mewahnya menuju kantor papanya yang tidak terlalu jauh dari kampus.

Papanya memang mengemban dua pekerjaan, yang pertama dokter dan yang kedua adalah CEO. Perusahaan itu memang diwariskan untuk papanya dari Oma, dan mau tidak mau papanya harus ikut mengemban perusahaan itu untuk membahagiakan ibunya, yaitu Oma Karel. Perjalanan tidak terlalu macet sehingga Karel bisa sampai lebih cepat.

Setelah memarkirkan mobilnya, Karel langsung masuk ke dalam perusahaan milik Omanya itu. Banyak sapaan dan senyum yang ia dapat dari karyawan perusahaan papanya. Mereka semua tau jika ia adalah anak bosnya.

"Karel? Mau liat papanya, ya?" sapa seorang wanita cantik yang umurnya sekitar 25 tahun, mungkin.

"Iya, kak. Papa ada kan?" tanya Karel ramah. Wanita tersebut mengangguk.

"Ada di dalam habis meeting, silakan masuk!" izin wanita tersebut. Karel kemudian dengan senang hati masuk ke dalam ruangan pribadi papanya.

"Papa.." panggil Karel, di dalam ruangan itu terdapat seorang pria yang umurnya bisa dibilang hampir mirip dengan wanita tadi. Mungkin sekitar 24-25 tahun. Mungkin itu adalah karyawan baru papanya.

"Karel? Kamu disini? Tumben, biasanya juga dipaksa dulu baru mau kesini," celetuk Rayn sekaligus menyindir putranya yang memang tidak terlalu menyukai bisnis. Karel hanya menggaruk tengkuknya dan menaruh bekal makan siang serta dokumen.

"Tunggu papa dulu, papa mau ke ruang meeting sebentar ada yang ketinggalan. Kamu tunggu disini aja," suruh Rayn dan Karel pun mengangguk mengerti. Ia memilih duduk di sofa bersama seorang pria yang entah ada keperluan apa.

"Client papa atau karyawan disini, bang?" tanya Karel basa-basi kepada pria tersebut yang sedang memainkan ponselnya.

Pria itu menengok kemudian tersenyum tipis. "Ngga usah panggil abang, gue umurnya cuma beda 4 tahun  kok dari lo. Panggil Kai aja, Kairro Aditya. Gue client bokap lo,"

Ya pria tersebut adalah Kairro Aditya, saat Karel masuk, Kai sangat terkejut namun ia bisa mengontrol keterkejutannya agar tidak mengundang curiga. Kai tidak tau jika Rayn Anggara sekaligus rekan bisnisnya kali ini adalah papa dari Karel.

Karel terkejut ketika mendengar pria ini adalah client papanya. "Serius, bang? Eh, Kai maksudnya. Masih muda udah punya perusahaan ya. Hebat lo," puji Karel dengan senyum ramahnya.

"Tapi, lo tau darimana gue sama lo beda 4 tahun? Emangnya lo tau umur gue berapa?" sambung Karel lagi membuat Kai bungkam. Ia salah bicara, ia tahu Karel dengan dirinya beda 4 tahun itu karna Rea dan Karel seumuran.

Kai kemudian berusaha bersikap santai. "Iya gue liat sih lo seumuran sama pacar gue. Umur lo 21 tahun kan?"

Karel mengangguk membenarkan hal itu. "Oh gitu. Sorry, tadi gue ngiranya lo karyawan papa, soalnya jarang aja gitu ada orang masih muda udah bisa kerja sama dengan perusahaan lain."

Kai kemudian menyimpan ponselnya. "Ya gitu deh, gue belum bisa mendirikan perusahaan sendiri. Gue cuma bisa manage perusahaan mendiang bokap gue. Lo sendiri anak dari pak Rayn?"

Karel mengangguk. "Iya, gue anak tunggal. Kenalin, gue Karel Anggara."

Kai mengangguk kemudian tersenyum miring dalam diam. Gue udah tau siapa lo tanpa lo kasih tau nama lo. Batin Kai.

"Kalian udah akrab aja," celetuk Rayn ketika melihat putranya berbicara dengan client bisnisnya itu.

"Baru aja kenalan. Pa, itu makan siang untuk papa. Abis dari kantor papa ke rumah sakit kan? Itu juga ada berkas, aku ngga tau apa. Aku berangkat ke kampus sekarang, ya?" ucap Karel beranjak dari sofanya.

"Makasih ya, Rel. Kamu udah makan kan? Ngga mau makan di kantin kantor dulu?"

Karel menggeleng. "Aku udah makan. Kai, gue duluan ya mau ke kampus." pamit Karel kepada Kairro.

Kairro sontak mengangguk. "Oke bro, hati-hati. Semoga ada pertemuan kedua," kekeh pria tersebut.

Karel pun mengangguk sembari tersenyum. "Thanks, bro! Pamit, papa!" pria tersebut mencium tangan papanya.

"Hati-hati, Rel. Rea kuliah juga?" tanya Rayn. Mendengar nama Rea, Kai langsung mendongak dan memperhatikan dua insan itu.

"Kuliah. Tapi, dia udah lebih dulu jam kuliahnya." kemudian Karel keluar dari ruangan papanya itu. Melihat itu Kai tersenyum miring.

Ini pertemuan pertama kita, pertemuan kedua kita akan segera datang.Tapi, gue yakin lo ngga akan se-friendly ini untuk pertemuan kedua kita nanti. Karna pertemuan kita nanti di acara pernikahan gue sama Clearesta Putri. Batin Kai.

"Kai, terima kasih atas kerja samanya. Semoga kita bisa terus bekerja sama," suara Rayn membuat khayalan Kai buyar. Kai langsung berdiri dan menjabat tangan Rayn.

"Sama-sama, Pak."

"CLEARESTA"

Untuk informasi lebih lanjut tentang 'Clearesta' kalian bisa hubungi penulis melalui via sosial media. Mari kita sharing seputar penulis dan novel!

Instagram : @dtaarianii
WhatsApp : 081236865211

ClearestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang