C-10. Nasehat papa

16 3 0
                                    

"Kamu memilihnya, tapi kamu memiliki yang lainnya juga. Apa aku berhak menyebutmu egois? Ingin bersamanya, tapi tak mau melepaskan."

☔☔☔

     Rea tau semua perbuatannya kepada Karel sangatlah salah. Dan, Rea bahkan tidak berniat untuk memperbaikinya. Setelah nanti ia meminta putus kepada Karel, ia akan meminta maaf sebesar-besarnya kepada Karel. Dan, ia juga akan menjelaskan semuanya entah itu akan membuat pria tersebut sakit hati atau tidak, mengingat Karel cinta mati kepadanya.

      Tapi, ia tidak bisa membiarkan hubungan buruk ini terus menerus ada. Karel terlalu baik untuknya, dan pria itu pantas untuk mendapatkan yang lebih baik darinya. Tentu saja ia bukan gadis yang baik untuk Karel, mengingat ia menyelingkuhi pria tampan seperti Karel Anggara.

      Perkataan papanya semakin memperkuat keputusannya untuk mengakhiri hubungan palsu ini dengan Karel yang sudah berjalan hampir 4 tahun lamanya. Tak terbayang bagaimana reaksi Karel jika tau dirinya menyelingkuhi pria tersebut. Rea percaya diri jika Karel akan memaafkannya dengan mudah mengingat pria tersebut sangat menyayanginya.

      Rea juga berpikir nantinya jika Karel mengatakan yang sebenarnya kepada kedua orang tuanya. Bisa-bisa Rea diusir dari rumah dan diperintahkan untuk tinggal di Apartement. Orang tuanya akan tegas jika menyangkut sebuah perasaan. Secara tidak langsung Rea sudah menjatuhkan harga diri keluarganya, terutama Papa dan Bundanya.

      Bagaimana tidak? Kedua orang tuanya tidak pernah mengajari Rea untuk mempermainkan perasaan orang lain apalagi sampai berselingkuh. Sepertinya ia harus berdoa agar Karel tidak mengucapkan hal tersebut kepada orang tuanya.

      "Rea, kenapa bengong sayang? Kamu denger kan ucapan papa? Sekuat bahu pria menyandarkan seorang perempuan dibahunya, bahu itu juga bisa meluruh dan bergetar. Jika kamu menyakiti seorang pria, kamu sama seperti menyakiti papa. Dan, sebaliknya jika Kai menyakiti kamu, dia sama saja menyakiti mamanya."

       "Rea, seorang perempuan secara tidak langsung juga bisa menyakiti seorang pria. Karena manusia di dalam satu komitmen bukan hanya saling mencintai, tapi juga bisa saling menyakiti." Aileo seakan tidak pernah berhenti mengusap rambut putrinya yang sekarang sedang memeluknya dari samping.

      "Papa kenapa bilang gitu ke aku? Aku sama Kai kan saling mencintai. Selama ini kita cuma bertengkar kecil aja kok," sebenarnya bukan hubungan Kai dan Rea yang gadis itu pikirkan, melainkan hubungannya dengan Karel. Karna mendengar nasehat papanya membuatnya ingat dengan luka yang sebentar lagi akan ia berikan untuk Karel. Sedangkan pria tersebut tidak pernah menyakitinya.

      "Papa ngga akan berhenti menasehati kamu kaya gitu. Kalo kamu ada di situasi seperti itu, lebih baik lepaskan yang kamu yakini menyakitinya. Dia berhak bahagia walaupun tanpa kamu. Tapi, sebelum kamu lepaskan, kamu harus berjuang dulu. Perjuangan ngga akan sia-sia kalo kamu mau berusaha dengan giat."

☔☔☔

      "NENA!!! GUE COMOT SATU BROWNIES LO YA! MAKASIII!!!" teriakan menggelegar itu sudah pasti milik Clearesta Putri yang di sore hari telah bertamu ke rumah sahabatnya, Reynata. Kebiasaan ini sudah mereka tanam layaknya sebuah tradisi, dan tradisi itu memang tanpa salam jika berkunjung ke rumah sahabatnya.

      Reynata dengan malas menuruni anak tangga rumahnya dan melihat Rea sudah nangkring di meja makanmya dengan dua brownies di kedua tangannya. "Gini, nih! Contoh tamu yang akhlakless. Bukannya mengucap salam dengan baik atau bawa oleh-oleh ke rumah sebagai buah tangan, eh malah ambil brownies milik gue!"

      Rea seakan tidak terganggu apalagi tersinggung dengan ucapan sahabatnya, karna ia sudah sangat hapal sifat Reynata. "Gue ngucap---" belum selesai Rea melanjutkan ucapannya, Reynata sudah memotongnya.

      "Gue ngucap salam kalo lagi butuh bantuan, Nia Reynata!" ucap Reynata melanjutkan ucapan Rea yang sudah biasa ia dengar. Reynata juga membeokan suaranya mirip dengan Rea. Saking seringnya ia mendengar ucapan itu.

      "Nah itu lo tau!" balas Rea sembari melanjutkan makan brownies lezat tersebut. Sedangkan Reynata berbanding terbalik memutar bola matanya jengah menatap Rea yang sudah menghabisinya setengah. Makan porsi kingkong tapi postur tubuh tetap layaknya model.

      "Lo beli brownies ini dimana, sih? Enak banget. Gue jadi pengen stok dirumah juga."

      "Dinda yang bawa." balas Reynata singkat sembari mengambil air minum di teko dapurnya.

      "Rea? Lo disini juga. Gue baru aja mau pulang," ucapan itu berasal dari anak tangga. Rea pun menoleh dan tau siapa orang itu. Dinda, gadis itu menghampirinya dengan senyum manisnya.

      "Hai, Din! Iya, gue berniat buat nginep malam ini. Lo kok cepet-cepet mau balik?" Tanya Rea sembari memakan brownies itu lagi. Sepertinya nanti malam selera makannya akan turun.

      "Iya, gue ada janji sama Bara. Oh ya, udah lama ya kita ngga ketemu. Sibuk sih sama Karel. Gimana hubungan lo sama dia? Eh, gue sih seharusnya ngga usah nanya ya karna hubungan kalian kan selalu harmonis," Dinda tampak terkekeh sebelum mengambil brownies yang masih tersisa.

       Rea tampak sudah tak minat karna Dinda menanyakan soal hubungannya dengan Karel. Jelas lah hubungan gue sama Karel kaga pernah ada masalah, gue kan ngga pernah peduli Karel mau ngapain. Entah dia keluar sama temen cewenya, atau ngga ngabarin gue seharian. Ucap Rea tentunya dalam hati, ia tidak mungkin mengatakan itu di depan Rea.

      Rahasianya hanya disimpan olehnya, Reynata dan Tuhan. Reynata juga tampak diam, ia hanya pura-pura minum air seolah tidak menyimpan rahasia besar dari seorang nyonya Clearesta Putri.

"CLEARESTA"

Untuk informasi lebih lanjut tentang 'Clearesta' kalian bisa hubungi penulis melalui via sosial media. Mari kita sharing seputar penulis dan novel!

Instagram : @dtaarianii
WhatsApp : 081236865211

ClearestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang