Rea sedang membolak-balikkan bukunya sedari tadi. Tugas yang seharusnya ia kerjakan seakan tidak masuk ke dalam otaknya. Bukan tanpa alasan, tetapi ada sesuatu yang mengganjal otak dan hatinya. Tepatnya pertanyaan Reynata membuatnya berpikir terus menerus.
Pertanyaan Reynata di koridor fakultas designer setelah Naura berhasil membuat moodnya hancur di pagi hari.
Rea tengah berada di perpustakaan kampus yang kini dihiasi oleh mahasiswa atau mahasiswi yang sedang mengerjakan tugas, atau ada juga yang tengah bolos, mungkin?
"Aduhh, si Nena bener-bener buat gue ngga fokus. Kenapa juga gue malah marah si Norak ngga suka sama hubungan gue dan Karel? Dari dulu juga gue ngga pernah emosi kalo Naura bilang kaya gitu."
FLASHBACK ON!
"Sejak kapan lo peduli sama Naura? Bukannya lo ngga pernah peduli kalo Naura berusaha misahin lo sama Karel? Bahkan dulu lo liat sendiri Naura deketin Karel tapi justru lo ngga peduli. Trus sejak kapan juga lo compare diri lo sendiri dengan Naura yang jelas dibawah lo cuma demi Karel?"
Rea langsung mengalihkan wajahnya kearah sahabatnya. Wajahnya yang awalnya ditekuk berubah datar. Gadis itu mengingat apa saja yang sudah ia lontarkan di depan Reynata. Ia sampai kebingungan sendiri. Reynata yang gemas pun langsung menggoyangkan lengannya untuk menyadarkan Rea yang tengah melamun.
"Rea, jawab gue! Gue yakin lo pasti udah ada rasa sama Karel kan? Atau kalo lo masih gengsi. Pasti lo ngga rela kalo Karel sama cewe lain? Ngga usah cari alasan, Re. Gue sama lo temenan udah dari lahir!"
Reynata terus saja mendesak Rea membuat gadis itu gelagapan. Tapi, ia sudah memusatkan hatinya untuk Kai seorang. Mana mungkin hatinya bisa terbelah untuk dua orang? Walaupun Rea bejat, tapi setidaknya hatinya untuk satu orang.
Tapi, balik lagi kenapa ucapan Naura seolah membuatnya emosi? Terkadang, Naura sampai kesal sendiri karna Rea tidak pernah emosi jika berhadapan dengannya.
"Apaan sih, Na. Ngga usah ngaco deh, gue marah tadi itu karna si Norak bilang gue cewe modelan yang ngga cocok sama Karel. Jelas dong gue ngga terima. Lo tau kan di depan orang-orang atau publik gue juga harus pura-pura cinta sama Karel dan kaya pacarnya!" bisik Rea agar tidak ada yang mendengarnya.
Reynata memutar bola matanya malas, alasan akan terus Rea ucapkan untuk mengelak dari sebuah kenyataan. Sebenarnya, kita perlu memantapkan apa yang kita rasakan sebelum akhirnya kita mengetahui sebuah kenyataan.
"Oke, walaupun gue terus desak lo untuk ngaku, lo bakal tetep kukuh juga untuk ngelak. Dan gue ngga mau lakuin itu terus dan berakhir kita jadi diem-dieman kaya kemaren-kemaren. Tapi, gue yakin lo pasti emang punya rasa. Nama Karel pasti ada di ujung hati lo walaupun cuma sedikit. Lo belum sadar aja, yang punya hati emang lo, yang punya perasaan juga lo. Tapi, terkadang diri sendiri bahkan tidak tau apa yang dirasakan. Kalo gitu gue ke kelas dulu. Lo juga harus masuk, bentar lagi jadwal lo."
Reynata menepuk bahu Rea dua kali kemudian berlalu pergi walaupun tidak ada sahutan dari gadis itu. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Rea.
FLASHBACK OFF.
Rea menutup buku dan juga laptopnya dengan kasar. Ia memijit pelipisnya yang terasa pening, urusan skripsi belum kelar dan masalah hatinya juga. "Ngga mungkin lah gue suka sama Karel, kalo pun itu iya pasti cinta gue lebih besar ke Kai. Si Nena emang sotoy banget!" gumam Rea. Tidak mungkin ia berbicara dengan suara yang besar. Bisa-bisa jadi bahan gossip.
Tiba-tiba ada yang menutup mata Rea dari belakang membuat gadis itu berjingkat kaget dan segera memegang tangan itu berusaha untuk melepasnya. "Ih, siapa sih lo? Lepasin ngga? Gue lagi ngga pengen bercanda, ya!" Rea sangat kesal dan berusaha untuk meraba-raba agar ia mengetahui siapa yang hendak mengerjainya.
Sebenarnya ini cukup simple, tapi Rea sangat terganggu karna moodnya dan situasi otaknya sedang stress membuat ia tidak ingin bercanda.
"Hai, sayang! Kamu kok ngga kenal aku sih? Emang kamu ngga bisa rasain wangi khas parfumku?" tiba-tiba Karel memiringkan kepalanya tepat di samping Rea membuat wajah gadis itu dan kekasihnya sangat dekat.
Rea pun terkejut ketika mengetahui itu adalah Karel, kekasihnya. Seharusnya Rea bisa tau itu karna dari wangi parfum, tapi entah mengapa otaknya sedang tidak connect. Rea tambah terkejut lagi saat wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Dari arah dekat seperti ini Rea bisa lihat lekuk wajah Karel yang sangat sempurna.
Mata tajamnya dengan bola mata berwarna coklat, alisnya yang cukup tebal, bibirnya berwarna merah muda alami karna pria tersebut tidak merokok, ditambah hidung mancungnya karna turunan bule, dan juga kumis tipis yang menambah kesan manly pada pria tersebut. Rea merasakan jantungnya berdetak tidak sesuai ritme.
Dengan cepat Rea memalingkan wajahnya, ia takut apa yang dikatakan Reynata benar terjadi. Tidak, dihatinya hanya ada Kairro Aditya. Dan selamanya hanya dia. Sepertinya Rea tidak boleh dekat dengan Karel seperti tadi lagi. Itu bisa membuat pendiriannya goyah. Kalo gue ngga punya Kai mungkin gue udah bisa nerima Karel dengan cinta yang seharusnya. Batin Rea seakan merasakan degup jantungnya.
"Eh, hai. Maaf, tadi aku lagi stress mikirin skripsi makanya aku ngga ngeh kalo itu kamu. Kamu ngapain tumben ke perpustakaan?" kali ini ia tidak berbohong karna memang otaknya sedang stress.
"Jangan stress-stress. Aku ngga mau kamu sakit. Kamu udah makan? Mau aku bantu buat skripsinya? Aku tadi ke kelas kamu, kata Isabel kamu lagi ke perpustakaan ngerjain skripsi yang belum kelar." tawar Karel walaupun ia tidak mengerti soal design, tapi mungkin ia bisa membantu mencari resensi dari sumber buku atau internet. At least meringankan.
Isabel itu satu-satunya teman Rea di kelas. Hanya bersama gadis itu saja Rea mengerjakan tugas atau menanyakan tugas. "Udah kok, sebelum kesini aku ke cafeteria dulu. Ngga usah, Rel. Kamu kan juga harus ngerjain skripsi, bahkan punyamu lebih ribet lagi. Nena aja sampe misuh-misuh karna skripsinya baru satu bab."
Sebenarnya Rea tidak ingin karna nantinya malah memperburuk skripsinya walaupun ia tau kekasihnya itu pintar. Tapi biarlah skripsi ini jadi tugasnya, ia ingin mendapatkan gelar karna usahanya.
"Skripsi aku tinggal beberapa bab lagi. Kalo kamu pengen aku bantuin cari resensi atau sumber-sumber, aku bisa bantu." Jawab Karel dengan senyumnya yang bisa memikat kaum hawa.
Rea pun sampai tertegun melihat kebaikan kekasihnya. Kenapa sih cowo sebaik Karel buat gue ngga luluh juga? Kenapa sebelum gue ketemu Kai, gue ngga bisa cinta Karel? Kalo gue sebelum ketemu Kai bisa cinta sama Karel ngga mungkin gue selingkuh sama Kai. Ah, kenapa gue harus peduli sama itu? Yang penting sekarang gue harus fokus sama skripsi dan kelulusan gue supaya gue bisa nikah sama Kai. Batin Rea.
"CLEARESTA"
Untuk informasi lebih lanjut tentang 'Clearesta' kalian bisa hubungi penulis melalui via sosial media. Mari kita sharing seputar penulis dan novel!
Instagram : @dtaarianii @novelbydita
WhatsApp : 081236865211
KAMU SEDANG MEMBACA
Clearesta
RomanceMencintaimu adalah kesalahan, Meninggalkanmu adalah bencana, Membencimu adalah ketidakadilan. "Perjalanan hidup itu sama seperti sebuah cerita di novel. Kita tidak tau alur yang dibuat oleh penulis akan berakhir indah atau justru buruk. Sama seperti...