C-13. Ancaman Karel

7 1 0
                                    

     "Kok diem? Ada yang perlu aku bantuin, ngga? Mumpung aku ngga ada kelas lagi habis ini." ucapan Karel menyadarkan Rea yang tengah melamun. Gadis itu langsung tersadar dan segera menggeleng.

     "Ngga usah. Mending kamu fokus sama skripsi kamu. Kalo kamu bantuin skripsi aku yang ada nanti kamu malah ke-distrack. Mana ada hubungan designer sama kedokteran." balas Rea tersenyum melihat Karel di sampingnya.

      Perpustakaan yang awalnya tenang kini langsung terdengar suara sedikit bising karna yang memenuhi perpustakaan adalah kaum hawa. Tentu saja langsung berbisik karna sang idola kampus yang tampan tengah berada di dekat mereka.

      "Ada hubungannya, sayang. Nanti aku bisa minta pendapat kamu tentang style aku kalo udah jadi dokter. Baju di dalam setelah jas dokter," canda Karel membuat Rea tertawa mendengar ucapan pria tersebut yang tergolong aneh. Masa iya seorang dokter yang menggunakan jas dokter harus memerlukan style pakaian juga?

      "Apaan sih, Rel. Ngaco banget, kamu mau pamer style atau rawat pasien?" hati Karel langsung menghangat ketika mendengar sang gadisnya tertawa. Walaupun sederhana tapi bisa membuat keadaan hati Karel membaik.

      "Ekheemm, perpustakaan sekarang berubah profesi jadi tempat menebar uwu, ya?" celetuk seseorang membuat Karel dan Rea menoleh secara bersamaan kearah belakang. Dari suara beratnya mereka sudah bisa tau jika itu adalah Bara Argantara yang suka merusak moment kata Karel. Tapi, jika menurut Rea tidak ada masalah karna momentnya bersama karel tidaklah berharga.

      "Lo kenapa kesini, sih? Selalu merusak moment, mending lo ke kampus Dinda, sana!" usir Karel membuat Bara mendengus sebal.

       "Heh rel kereta api, lo kira perpustakaan ini punya nyokap lo? Gue kesini mau cari buku tentang hukum. Emang kalian doang yang ngerjain skripsi." sahut Bara sewot dan menatap tajam kearah Karel. Mereka memang seperti tom dan jerry, tapi jauh di lubuk hati mereka, mereka berdua saling sayang.

       "Selamat siang sayang, kamu udah makan? Skripsimu gimana?" goda Bara sembari mendekatkan dirinya ke Rea. Sebenarnya itu hanya candaan untuk membuat Karel kesal, karna ia tau sahabatnya itu sangat posesif walaupun hanya menyangkut Bara.

      Benar saja kepala Bara sudah dipukul oleh Karel menggunakan buku Rea yang tebal. Sontak Rea pun tertawa melihat wajah Bara yang lucu pula. Bara meringis kesakitan sembari mengusap kepalanya, "Anjing banget lo kasar. Ngga suka ah sama Karel," balas Bara pura-pura marah.

      Karel hanya memutar bola matanya malas. "Re, kita pergi aja ke perpustakaan. Kelas kamu udah selesai kan? Aku anter kamu pulang," ajak Karel dan Rea pun sontak mengangguk dan membereskan laptop serta bukunya yang berserakan dimeja.

       Tugasnya juga tidak akan selesai jika semua yang ada diperpustakaan suka curi pandang ke meja mereka. Oh bukan ke meja melainkan ke Karel. Dan akan banyak pembicaraan yang bisa Rea dengar. Dan itu sangat membosankan.

       "Dih, gue dateng kalian malah pergi. Ngga sopan banget, gue tersinggung, nih!" seru Bara ketika melihat  mereka berdua beranjak dari kursinya dan berniat untuk meninggalkan perpustakaan.

       "Ya emang lo itu penganggu makanya kita mau pergi. Lagian gue ngga peduli mau lo tersinggung kek,"

       "Bara, gue duluan ya. Semangat skripsi sama kelasnya!" ucap Rea memberikan semangat sembari mengepalkan tangannya ke udara. Bara pun mengangguk dan tersenyum lebar.

      "Makasih cantik!"

      Karel mengepalkan tangannya di depan Bara, "Lagi-lagi lo goda cewe gue, besok tinggal nama lo! Gue aduin ke Dinda juga kalo lo sering genit ke bu Dea!" ancam Karel membuat Bara gelagapan.

     "Jangan dong, lo mah ember banget!" kesal Bara kemudian berlalu untuk mencari buku resensinya. Sedangkan Karel tidak kuasa menahan tawanya. Rea yang tidak mengerti mengapa Bara langsung kicep pun segera bertanya kepada kekasihnya.

      "Bu Dea? Emang kenapa? Kok Bara langsung kicep trus ngga berani ngelawan lagi? Jangan-jangan Bara selingkuh sama dosen, ya?" asal Rea.

      "Engga, jadi bu Dea itu cantik masih muda lagi. Itu dosennya Bara, aku sampe diajak dia untuk liat bu Dea dari jauh. Kata Bara sih umurnya 25 tahun, beda 4 tahun sama kita."

       Rea pun mengerutkan dahinya, "Emang iya? Dosen baru? Tumben banget ada dosen semuda itu, trus di jurusan hukum lagi. Kan biasanya hukum tua-tua ya?"

     Karel mengangguk, "Aku juga awalnya ngga percaya. Tapi, pas liat sendiri aku jadi percaya omongan Bara. Katanya sih emang si bu Dea pinter, trus dia juga punya keluarga yang kerja disini. Jadi dibantu gitu,"

      "Kamu kok bisa tau detailnya? Kamu kan bukan jurusan hukum,"

       Karel pun menoleh singkat, "Iya semua itu aku tau dari Bara. Itu cowo emang kepo banget sama bu Dea, aku jadi bisa ngancem dia bakal ngadu ke Dinda kalo dia berulah lagi."

"CLEARESTA"

Untuk informasi lebih lanjut tentang 'Clearesta' kalian bisa hubungi penulis melalui via sosial media. Mari kita sharing seputar penulis dan novel!

Instagram : @dtaarianii @novelbydita
WhatsApp : 081236865211

ClearestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang