"Sekuat apapun kau menyembunyikan kebohongan, suatu saat nanti semuanya akan terbukti."
💤
"Aku ngga sabar deh kalo nantinya kita punya anak yang lucu-lucu. Anak perempuan kita pasti bakal secantik bundanya," rayu Kai kepada Rea yang sedang menyuapkan makanannya.
Rea tampak tersipu, karna pria yang dihadapannya ini mampu membuatnya tersenyum sendiri membayangkan apa yang pria tersebut katakan. "Kamu apaan sih, Kai. Belum juga nikah udah ngomongin soal anak."
Kai terkekeh melihat gadisnya yang tampak baper, "Ya kan aku cuma ngomongin masa depan kita dengan matang. Kamu kapan sih bakal putusin Karel? Aku ngga mau dibagi sama yang lain. Apalagi kalo si Karel modus cium pipi atau kening kamu!"
Rea tampak mengulum senyumnya, "Gimana ya, Kai? Aku juga bingung alasan mutusin dia karna selama ini hubungan kita ngga ada masalah apa. Tapi, kamu tenang aja. Aku pasti pikirin ini kok."
Kai pun mengangguk percaya. "Gimana sama bunda dan papa kamu? Mereka udah tau kan kita bakal nikah abis kamu wisuda nanti?"
Rea mengangguk cepat sembari menampilkan senyumnya. "Pasti lah, aku udah bilang kalo kita ngga isi tunangan dan langsung nikah. Papa sama bunda juga taunya aku sama Karel udah putus setahun lalu."
Kai pun tersenyum mendengar jawaban kekasihnya.
Drttt....drttt...
"Hape kamu, sayang?" tanya Kai kepada Rea yang sedang merogoh tasnya.
"Iya. Bentar dulu ya, si Nena nelfon. Suka banget emang ganggu orang pacaran mentang-mentang jomblo," gerutu Rea. Kai pun memberikan kesempatan gadis itu untuk menjawab telfon.
Rea kemudian menekan tombol hijau untuk menjawab telfon dari sahabatnya itu. "Hallo, Na? Ada apa sih lo nelfon, ganggu banget!"
"Heh, lo pasti lagi sama si Kai kan? Lo lupa sama janji lo bakal makan di restaurant bareng Karel? Dia tadi nanyain lo, gue jadi bohong lagi kalo gue ngga tau lo ada dimana!"
Rea menepuk dahinya sendiri. "Aduuh, iya gue lupa. Tapi, gue males banget kesana. Gue lagi sama Kai."
"Clearesta, please lah jangan bikin si rel kereta api curiga sama lo. Lagi pula si Kai tau lo belum putus sama dia. Mending lo samperin si Karel, kali aja dia udah sampe di restaurant!"
"Hmm, iya ya. Gue kesana sekarang. Bye!"
PIPPP!!
Rea menutup telfonnya dengan kesal, gadis itu sekarang baru ingat jika ia memiliki janji dengan kekasihnya, Karel. Tapi, karna pertemuannya dengan Kai ia harus melupakan janji yang lebih dulu dibuatnya dengan Karel.
"Ada apa, Re? Kenapa kamu kesel gitu abis telfonan sama Nena. Kamu ada janji sama dia yang kamu lupa?" tanya Kai seusai gadisnya menutup telfon.
Rea tampak canggung menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Bukan sama Nena, aku minta maaf ya, Kai. Actually, aku punya janji sama Karel bakal makan di restaurant. Aku lupa karna aku exited untuk ketemu kamu karna kita juga kan cukup lama ngga ketemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Clearesta
RomanceMencintaimu adalah kesalahan, Meninggalkanmu adalah bencana, Membencimu adalah ketidakadilan. "Perjalanan hidup itu sama seperti sebuah cerita di novel. Kita tidak tau alur yang dibuat oleh penulis akan berakhir indah atau justru buruk. Sama seperti...