"Ya! Seo Changbin, kamu berhasil memasuki peringkat 20 besar!" Seru Norak Seonsaengnim dengan malas malasan. Sepertinya, tidak guru, tidak murid, dua duanya sama sama pemalas.
Changbin pun mengangguk, dan keluar dari ruangan tersebut sambil membawa kertas yang bertulisan "Chukkae" yang artinya selamat.
"Changbin hyung!" Panggil I.N dengan mata berbinar. "Kamu lolos?"
Changbin mengangguk, dan memperlihatkan kertas yang ada digenggamannya.
"Wah, Chukkae!" Puji I.N diiringi senyuman manis. Namun, siapa sangka, dibalik senyuman manis itu terdapat arti yang berbeda.
"Gomawo." Jawab Changbin sambil memasukkan kertas tersebut ke dalam saku almamater miliknya.
"Jadi, kamu sudah memilih pilihanmu?" Tanya I.N lagi.
Changbin mengangguk dengan yakin. "Sudah." Jawabnya.
"Kamu tidak berubah pikiran, kan?"
"Untuk apa aku berubah pikiran? Toh, pilihan yang aku pilih adalah pilihan yang terbaik."
"Oh, oke." Jawab I.N terdengar acuh, padahal dibalik itu semua, ia kegirangan bukan main.
"Mangsa kedua berhasil!"
Changbin kini menatap langit. Biasanya, langitnya terlihat indah. Namun, kali ini, langitnya sedikit aneh. Langitnya terlihat sedikit tembus pandang, alias transparan.
"I.N, apakah pilihanku benar?" Tanya Changbin menjadi ragu.
"Mwo? Kenapa kamu bertanya seperti itu? Pilihanmu sudah benar. Bahkan, sangat benar." Jawab I.N bingung.
"Benar, setidaknya bagi diriku." Batin I.N.
Changbin mengedikkan kedua bahunya. "Molla... Aku merasa ragu."
"Ayolah, jangan ragu! Kamu harus optimis! Pilihanmu itu benar, dan akan selalu menjadi benar!"
"Ya... Mungkin kau benar." Sahut Changbin sambil mengambil kembali kertas yang berada di dalam saku almamater miliknya, dan melingkari pilihan yang pertama. Pilihan yang sebenarnya, adalah pilihan yang paling salah.
Langkah terakhir yang harus Changbin lakukan sekarang ini adalah menyerahkan kertas tersebut kepada kepala sekolah, a.k.a Kim Seonsaengnim.
Setelah Changbin menyerahkan sirat tersebut, Changbin pun memutuskan untuk berjalan jalan mengelilingi sekolah ini.
Saat sedang berkeliling, Changbin secara tidak sengaja bertemu dengan Lee Know yang sedang asyik memberi makanan kucing kucing liar di pinggir lapangan.
Tadinya, Changbin tidak ingin menyapa Lee Know. Ia takut mengganggu waktu waktu berharga Lee Know dan kucing kucing itu. Namun, ternyata, Lee Know telah menyadari keberadaan Changbin, jadilah Lee Know yang menyapa Changbin lebih dahulu.
"Changbin-ah!" Panggil Lee Know sambil melambai lambaikan tangan kanannya yang dipenuhi oleh remah remahan makanan kucing.
"Lee Know hyung, apa yang kamu lakukan?" Tanya Changbin sambil mengelus salah seekor kucing tersebut.
"Ya, apalagi selain memberi makan kucing kucing peliharaanku." Jawab Lee Know sambil kembali memberikan biskuit kepada anak anak kucing tersebut.
"Hah?! Ini semua kucing milikmu?" Tanya Changbin tak percaya.
Lee Know terkekeh kecil. "Ne, ini semua kucing milikku. Kamu kaget, ya?" Lee Know malah berbalik tanya.
"Bisa dibilang, cukup kaget. Aku tidak menyangka kita bisa memelihara binatang peliharaan di lingkungan semolah." Tutur Changbin masih dengan tatapan tak percaya.
Lee Know tersenyum tipis. "Kamu kira, dunia ini sama dengan dunia yang sebenarnya? Tentu tidak. Semuanya sangat bertolak belakangan, termasuk tentang peraturan memelihara hewan di lingkungan sekolah." Jelas Lee Know.
"Jadi, dunia ini berbeda?"
Lee Know yang tadinya fokus memberi makan anak anak kucing miliknya, jadi menoleh sepenuhnya. "Apakah kamu tidak pernah tahu akan hal itu?" Tanyanya tak percaya.
Changbin menggelengkan kepalanya pelan. "Aniya. Aku tidak tahu akan hal itu, dan tidak ada yang memberitahuku." Jawabnya polos.
Lee Know mendengkus pelan. "Dasar, rubah gurun. Kamu benar benar menyesatkan orang bodoh yang satu ini." Gumam Lee Know.
"Tadi kamu bilang apa?" Tanya Changbin penasaran.
Lee Know langsung gelagapan. "Eh, itu... itu... Bukan apa apa." Jawabnya seadanya.
Changbin terlihat masih tidak mempercayai Lee Know. "Baiklah kalau begitu."
"Umm... Changbin-ah. Kamu lolos ke peringkat 20 besar?" Tanya Lee Know mengalihkan topik pembicaraan.
Changbin menoleh sepenuhnya ke Lee Know. "Aku, kan sudah berada di hadapanmu, tandanya aku lolos. Kalau aku tidak lolos, tentulah aku sudah mati."
"Eh, iya juga, ya."
Tiba tiba sebuah pertanyaan muncul di benak Lee Know. Tapi, yang menjadi permasalahan adalah... Lee Know tidak yakin apakah jawaban Changbin sesuai dengan ekspektasinya atau tidak. Namun, akhirnya, Lee Know memutuskan untuk menanyakan hal tersebut.
"Changbin-ah, apakah pilihanmu masih sama?" Tanya Lee Know sedikit ragu ragu.
"Tentu saja. Aku tidak pernah merubah pilihanku." Jawab Changbin dengan yakin.
Lee Know langsung terenyak, refleks, ia mengacak rambutnya kasar. "Dasar manusia tanpa otak! Aku sudah berusaha membantumu, tapi kamu tetap saja begitu." Batinnya.
"Lee Know hyung, kenapa? Ada yang salah?" Tanya Changbin panik.
"Eh, nothing.." Jawab Lee Know sambil kembali fokus memberi makan anak anak kucing yang sudah mulai marah, karena tidak diberi makan.
"Apakah kamu tahu, bagaimana kehidupan Grim Reaper nantinya?" Lee Know menatap Changbin dengan tajam, menunggu jawaban remaja bermarga Seo itu.
Changbin hanya diam, tidak mengangguk, dan tidak pula menggeleng. "Bagaimana kalau tidak dua duanya?" Changbin malah berbalik tanya.
Lee Know mengernyitkan dahinya bingung. "Maksudmu?"
"Ya, bisa dibilang, di antara keduanya." Jawab Changbin kurang yakin.
"Um... Jadi, kamu tahu, tapi tidak sepenuhnya tahu?" Tanya Lee Know berbelit belit.
Changbin mengangguk pelan, membenarkan perkataan Lee Know. Lee Know sendiri kini sedang mengusap wajahnya kasar. Bagaimana bisa seorang manusia dari dunia yang sebenarnya, menentukan pilihan tanpa memikirkan resiko yang akan diterimanya? Jangankan memikirkan resikonya, tahu akan resiko yang akan ia hadapi saja, Changbin tidak tahu.
"Lalu, bagaimana kamu bisa menentukan pilihan tanpa memikirkan resiko yang ada?" Tanya Lee Know mulai frustrasi dengan remaja yang berdiri tepat disampingnya.
"Soonie, Doongie, Dori, nanti kalau kalian besar, jangan sampai seperti Changbin, ya. Mudah dibodohi banyak orang." Nasihat Lee Know kepada ketiga ekor kucing miliknya.
Changbin langsung mendelik, dan menatap Lee Know dengan tajam. "Lee Know hyung!" Rengeknya.
"Eh, iya, iya. Mianhae. Aku cuma bercanda. Jangan ngambek!" Lee Know meminta maaf dengan setengah hati.
"Humph... Ternyata, Lee Know hyung itu tidak baik sama sekali." Gerutunya.
"Aigo... Kamu sudah besar, masih saja mudah ngambek. Perlu aku belikan es krim?"
Changbin langsung menoleh sepenuhnya ke arah Lee Know, dan menampakkan senyuman cerah. "Boleh?" Tanyanya memastikan.
Lee Know mendengkus pelan. "Aku menyesal bertanya kepadamu."
~Grim Reaper~
KAMU SEDANG MEMBACA
Grim Reaper [Seo Changbin ft. Stray Kids] ✔
FanfictionSiapa aku? Seo Changbin. Siswa sekolah menengah keatas di Korea Selatan yang bercita cita menjadi Grim Reaper, alias Malaikat Pencabut Nyawa. Dan tahukah kalian alasan mengapa aku ingin menjadi Grim Reaper? -Seo Changbin [Hanlim 12-4] (Didip65's 3rd...