Chapter 12 [Confused]

42 4 0
                                    

"Changbin hyung! Apakah kamu tidak lelah, tidur terus selama beberapa bulan belakangan ini?"

Changbin yang sedang berlatih di tengah lapangan, kini menoleh ke kanan dan kiri, mencari suara siapakah yang sedang ia dengar itu.

"Dasar, Jisung bodoh! Dia tidak akan menjawab pertanyaanmu, bahkan dia tidak dapat mendengar pertanyaanmu, jisungie. Dia masih tertidur."

Changbin kini mengenyitkan dahinya bingung. Dia sedang tidak tidur, tapi kenapa ada dua orang yang berkata bahwa ia sedang tidur?

"Siapa kalian?" Tanya Changbin dengan suara lantangnya.

Namun, tak ada jawaban yang terdengar. Hanya ada suara Changbin yang menggema, padahal sekarang ini ia sedang berada di lapangan terbuka, bukan di goa atau semacamnya.

"Changbin hyung, apa yang kamu lakukan disana? Mengganggu orang yang sedang tidur saja!" Omel I.N yang terbangun dari tidurnya, karena mendengar teriakan Changbin.

"Iyennie, apakah kamu mendengar suara itu?" Changbin tidak menggubris omelan I.N, ia malah bertanya tentang hal yang jelas jelas I.N tidak ketahui.

"Suara apa? Aku tidak mendengar suara, selain suara berisikmu itu." Jawab I.N sedikit menyindir Changbin.

"Serius kamu tidak mendengarnya?" Tanya Changbin masih tidak percaya.

"Ani. Memangnya, suaranya seperti apa?"

Changbin pun menceritakan dari awal hingga akhir tentang bagaimana bunyi suara itu dan kapan ia mendengar suara itu.

"Um... Aku tidak mendengarnya. Tapi, aku pernah dengar dari beberapa seonbaenim, bahwa mereka pernah mendengar suara yang serupa dengan suara yang hyung dengar." Jelas I.N sambil mengingat ingat.

"Terus, aku harus bagaimana?" Tanya Changbin bingung.

"Abaikan saja. Suara tersebut tidak berguna sama sekali." Jawab I.N terdengar acuh.

I.N pun beranjak pergi meninggalkan Changbin yang masih berdiri di tengah lapangan dengan wajah kebingungan.

"Tapi... Kalau didengar dengar, suara itu mirip sekali dengan suara Jisung, dan Minho." Gumam Changbin.

"Nevermind... Mungkin itu hanya bagian dari halusinasiku."

Changbin pun kembali menatap I.N yang sedang melangkah menuju tangga bagian barat. Dan jujur saja, Changbin kaget. Ada sesuatu yang aneh dari I.N. Yaitu, kedua kakinya tidak menyentuh lantai sama sekali.

Dengan segera, Changbin mengucek kedua matanya. Mungkin saja penglihatannya saja yang sedang tidak normal. Dan anehnya lagi, setelah Changbin mengucek kedua matanya, I.N menghilang begitu saja seakan akan ditelan oleh tangga. Padahal, jarak antara anak tangga pertama dengan anak tangga terakhir sangatlah jauh. Tidak mungkin I.N bisa sampai di ujung tangga dengan secepat itu.

"Aneh..." Komentar Changbin terdengar lirih.

Changbin kini menatap langit yang dipenuhi oleh bintang bintang. Kalau dilihat, semua itu terlihat sangat nyata. Padahal dibalik semua itu, sebenarnya Changbin tidak benar benar melihat bintang. Yang ia lihat sekarang ini adalah bagian dari ilusi. Namun, lagi lagi, Changbin tidak menyadari akan hal itu.

"Apakah keputusanku itu benar?" Tiba tiba saja, Changbin melontarkan pertanyaan, yang entah ditujukan kepada siapa.

"Bang Chan bilang.... Aku yang benar, dan mereka yang salah."

"Tapi, kenapa Lee Know bilang, dia tidak ingin aku menyesal di kemudian hari?"

"Siapakah sebenarnya yang salah disini?"

"Bang Chan kah? Atau Lee Know?"

Changbin terus menerus melontarkan pertanyaan, dan berharap ada seseorang yang menjawab pertanyaannya itu.

"Atau... Aku kah yang salah?"

Namun, sayangnya, lagi lagi tak ada yang menjawab pertanyaan Changbin.

Sekarang, Changbin terlihat sangat bingung. Bukan hanya bingung karena keputusannya, tapi ia juga bingung karena I.N. 

"Apakah.... Ini semua hanya ilusi?" Tiba tiba saja, kalimat tersebut muncul di benak Changbin, dan secara spontan, Changbin bertanya dengan suaranya yang kencang itu.

"Changbin-ah!"

Changbin yang masih menunggu jawaban dari pertanyaan pertanyaan itu, kini menoleh ke arah belakangnya. Terlihat seorang remaja sedang duduk di bangku panjang yang terletak di pinggir lapangan. Remaja itu tampak sangat familier bagi Changbin.

"Apakah kamu masih bingung?" Tanya remaja itu kepada Changbin.

Changbin menyipitkan matanya untuk melihat jelas wajah remaja tersebut. Tak lama kemudian, Changbin terkejut. Ya, dia terkejut dengan siapa yang ia lihat sekarang ini.

"Lee Jeno?!" Tanya Changbin tak percaya.

"Ne, ini aku." Jawab Jeno dengan angkuhnya.

"B-Bagaimana kamu bisa berada disini? Aku tidak pernah melihatmu berkeliaran di sekitar sini selama aku bersekolah disini." Changbin masih tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Jeno muncul entah dari mana, dan duduk tak jauh dari tempat Changbin berdiri.

"Cih... Aku bukan siswa dari sekolah aneh ini, Changbin-ssi..." Jawab Jeno dengan sombong. "Lagipula, anak seperti aku tidak mungkin bersekolah di sekolah yang jelek dan tak bermutu seperti ini."

Changbin hampir saja melayangkan tangannya di pipi Jeno, kalau saja ia tidak melihat bekas luka jahitan di pipi Jeno.

"Apa yang terjadi dengan pipimu?" Tanya Changbin heran. "Apakah kamu habis berantem dengan seseorang?"

"Aniya! Aku tidak berantem dengan siapa pun. Aku menabrak sebuah truk dan inilah yang terjadi." Jawab Jeno.

"Sungguh, karma itu memang benar benar ada." Sahut Changbin, menyindir Jeno.

Jeno mendengkus pelan. "Aku kesini bukan untuk meminta disindir."

"Lalu, kamu kesini mau ngapain?"

"Aku mau minta maaf."

Changbin langsung membulatkan matanya, dan menatap Jeno dengan tatapan tak percaya. "Min-minta maaf? Minta maaf untuk apa?"

"Minta maaf untuk semua hal."

Changbin semakin. "Maksudmu... Kamu mau minta maaf, karena telah mengambil uangku?"

Jeno menggeleng pelan. "Bukan hanya karena itu. Ada hal lain yang perlu aku meminta maaf kepadamu."

"Hal lain apa? Perasaan, kamu hanya pernah memalakku saja. Tidak ada yang lain."

"Nanti kamu juga akan tahu."

Jeno pun melangkah pergi meninggalkan Changbin yang masih senantiasa berdiri di tengah lapangan dengan tatapan bingung.

"Apa maksudnya? Hal lain yang harus ia meminta maaf?" Tanya Changbin kepada dirinya sendiri.

Changbin menghempuskan napas kesal. "Kenapa hidupku penuh dengan tanda tanya? Bisa kah aku hidup normal seperti orang orang pada umumnya. Aku sudah muak dengan semua ini."

Tiba tiba, Changbin menoleh ke arah sudut perpustakaan, tempat dimana Jeno menghilang begitu saja. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Lee Jeno."

~Grim Reaper~

Mini Dictionary (Kamus Mini)

- Seonbaenim (선배님): Kakak kelas/Senior




(A/N):

Halo halo!! Didip balik lagi!








Maaf jarang up. Hehe...

Ya, emang sengaja, karena aku masih bingung buat nentuin ending cerita ini.

Btw... Aku ada satu pertanyaan nih...
Mau sad ending atau happy ending?

Thanks..

Grim Reaper [Seo Changbin ft. Stray Kids] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang