💏 Extra Chapter - O1

3.5K 206 15
                                    

7 years later...

Ningning mengerjapkan kedua matanya ketika mendengar jam beker berbunyi dengan nyaring.

Wanita berusia 32 tahun itu membuka mata lalu mengusap wajahnya. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya.

"Hoon, lepas... Aku mau bangun." ucap Ningning dengan suara serak. Namun bukannya dilepas, Sunghoon malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Hoon..."

Ningning sedikit kesal jika suaminya itu tidak mendengarkan ucapannya. Alhasil, Ningning pun mencubit pergelangan tangan Sunghoon dengan sedikit kencang membuat laki-laki tersebut langsung mengaduh kesakitan.

"Kejam banget sih!" ujar Sunghoon sambil mengusap-usap pergelangan tangannya yang tadi dicubit oleh istrinya. Kedua matanya menatap Ningning yang sudah duduk dan mengikat rambutnya secara asal.

Menurut Sunghoon, istrinya itu terlihat lima kali lebih cantik dan seksi saat sedang mengikat rambut seperti itu.

"Kamu langsung mandi, ya. Udah jam lima nih nanti kamu telat lagi."

"Heung~~ Nanti aja lah. Lima menit lagi."

"Bener ya lima menit? Nanti aku balik ke sini, kamu harus udah siap."

"Oke, sayang."

Ningning bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan terlebih dahulu. Selama dua puluh menit memasak, Ningning berjalan menuju kamar kedua anak kembarnya yang berada di lantai atas.

"Nando, Nanda... Ayo bangun, sayang. Kalian kan harus ke sekolah." ucap Ningning sambil menggoyangkan tubuh kedua anaknya itu. Si tertua, Nanda melenguh pelan. Ia mengeratkan pelukannya pada guling lalu mengerjap.

"Mama?" tanya Nanda dengan suara khas bangun tidur dan setengah kesadarannya.

"Iya, sayang. Bangun sekarang terus siap-siap, udah jam lima lewat nih. Nanti kamu bisa telat. Bangunin si Nando ya, habis itu kalian sarapan."

Nanda menganggukkan kepalanya. Setelah itu, Ningning pergi menuju kamarnya dan Sunghoon. Karena ia sudah tahu kalau suaminya itu masih berleha-leha di dunia mimpi.

Saat membuka pintu, ia menemukan presensi Sunghoon masih tidur dengan nyenyak. Benar dugaannya.

Ningning mengambil boneka penguin yang dibelikan Sunghoon saat mereka masih berpacaran itu dan memukulnya ke tubuh sang suami.

"Bangun, Hoon! Bangun! Cepet bangun!"

"Aduh. Aduh... aduh, iya sayang iya. Ini aku udah bangun."

Tetapi ucapan tidak sesuai dengan tindakan, Sunghoon menarik Ningning hingga wanita itu jatuh ke pelukannya. Sunghoon memeluk Ningning dengan erat sambil menyerukkan wajahnya ke rambut sang istri.

"Hoonie, bangun... Nanti anak-anak telat ke sekolahnya."

"Sebentar, sayang. Kita kan udah lama gak berduaan gini."

"Iya tau. Tapi hari ini Senin, si Nanda sama Nando harus upacara nanti di sekolahnya. Jangan sampe mereka telat."

"Sekolahnya gak jauh dari sini, Ning. Udah biarin aku meluk kamu kayak gini, lima menittt aja."

Ningning berdecak kesal. Namun, tak ayal ia pun membalas pelukan Sunghoon. Mengusap rambut suaminya itu dengan lembut.

Hingga suara anak perempuan mereka memecahkan suasana romantis itu.

"MAMA! NANDO TENGGELEM DI BATH-UP!!!"

▪ ▪ ▪

"Iya ini aku baru sampe di parkiran. Iya tunggu sebentar dong! Susah nih bawa pesenan kamunya. Cerewet! Udahlah gausah nelpon lagi!"

Ningning mematikan panggilan dari Sunghoon dengan kesal. Wanita itu sedikit heran akan tingkah menyebalkan Sunghoon yang masih belum berubah.

Tadi setelah Sunghoon mengantar kedua anak mereka ke sekolah, laki-laki itu meneleponnya dan meminta dibawakan bekal dengan banyak jenis menu.

"By, aku pengen makan siangnya nanti nasi sama steak tapi pengen scrumble egg juga. Terus minumnya pengen jus alpukat pake susu, gulanya jangan dikit-dikit."

Tentu saja Ningning langsung menolak permintaan suaminya itu. Soalnya dia lagi ngurus pesanan dari online shop yang menjadi pekerjaannya selama menikah. Apalagi tidak ada stok daging dan buah-buahan di rumahnya membuat ia harus ke supermarket dahulu.

Tetapi setengah jam kemudian, Ningning mendapat telepon dari salah satu pelatih skating di sekolah skating milik Sunghoon. Pelatih itu mengatakan kalau Sunghoon melempar beberapa kertas penilaian anak-anak skaters setelah menelepon wanita tersebut.

Ningning menghela napasnya. Dasar childish. Sifatnya mulai dari tetanggaan sampai menikah tidak pernah berubah si Sunghoon.

"Ini pesenannya, Tuan Sunghoon." ujar Ningning sembari menyusun rantang berisi menu makanan yang diminta oleh suaminya itu di atas meja kerja.

Sunghoon tersenyum lebar menatapnya. Laki-laki itu bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan menuju tempat istrinya berdiri. Sunghoon memeluk Ningning dari samping kemudian mencium pipi sebelah kanan wanita itu dengan lembut.

"Makasih, sayang."

Ningning memutar kedua bola matanya malas saat mendengar suara suaminya yang dibuat sok lembut itu. Tetapi ia tersenyum lalu jarinya menyentil kening Sunghoon.

"Aduh sakit, Ning!"

"Kamu gausah minta yang aneh-aneh kayak tadi lagi! Aku tadi lagi nyiapin pesanan dari customer aku tau! Harus ketunda gegara ngidamnya kamu ini."

Sunghoon menyengir. Ia mengecup bibir Ningning sekilas lalu kembali duduk di kursi kerjanya. Menyantap masakan buatan Ningning, sedangkan istrinya itu memainkan ponselnya di sofa yang ada di ruangan itu.

Rumah tangganya Sunghoon dan Ningning memang sedikit aneh.

▪ ▪ ▪

Sunghoon - Ningning extra chapter is done❗

Adakah yang ingin memberi review untuk cerita ini sebelum tamat?

[✅] Daily Life of Bucin - Enhypen ft. AespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang