🔮 Kesandung Batu

2.5K 261 23
                                    

Heeseung mengemudikan mobilnya menuju kampus untuk menjemput Winter yang sebentar lagi jam kuliahnya selesai. Dengan ditemani lagu yang terputar dari radio, laki-laki itu bersenandung kecil.

Suasana Jakarta di sore hari ini tidak terlalu padat namun masih terjadi kemacetan. Setelah memberitahu kekasihnya itu kalau ia akan datang terlambat, Heeseung kembali menjalankan mobilnya saat lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

Setengah jam kemudian, ia pun sampai di bagian luar gedung fakultas. Terlihat Winter sudah berdiri di ruang tunggu yang bentukannya seperti halte bis. Gadis itu melambaikan tangannya saat melihat presensi mobil Heeseung.

Winter masuk ke mobil, memasang seatbelt lalu menaruh tasnya di jok tengah.

"Ke taman dong~~~ Aku sumpek banget seharian ini ada tiga kelas." ujar Winter. Heeseung menoleh sebentar ke gadisnya lalu kembali menatap jalanan. "Gak ada kuliah besok?"

Winter menggelengkan kepalanya. Mobil Heeseung pun melaju di jalanan Jakarta untuk menuju ke taman yang letaknya tidak jauh dari rumah Winter.

Sesampainya di taman dan memarkirkan mobil, Heeseung dan Winter pun keluar.

Winter berjalan dengan riang sambil sesekali lompat membuat Heeseung yang melihatnya dari belakang hanya bisa tertawa.

Tetapi, tiba-tiba saja Winter terjatuh. Gadis itu nyungsep setelah tidak sengaja menginjak salah satu batu berukuran cukup besar di depannya.

Heeseung langsung berjalan menghampiri gadisnya. Beberapa orang di taman itu menoleh ke arah sepasang kekasih ini. Heeseung menggendong tubuh Winter.

Gadis itu dengan sengaja memejamkan kedua matanya agar telihat jika ia sedang pingsan.

Rasa malunya lebih dominan ketimbang sakit di lututnya sekarang.

Heeseung mendudukkan Winter di salah satu bangku dan gadis itu membuka kedua matanya secara perlahan. Berakting seolah ia baru saja sadar dari pingsannya.

"Kamu siapa? Aku dimana?" tanya Winter dengan ekspresi wajah sok polosnya. Heeseung mendengus lalu menyentil kening kekasihnya itu.

Winter mengaduh kesakitan sembari mengelus keningnya. Gadis itu mengerucutkan bibir dan menatap Heeseung dengan sebal.

"Coba siniin kaki kamu. Aku mau liat lukanya." ujar Heeseung yang kini sudah berjongkok di depan Winter. Gadis itu memajukan kaki kanannya yang tadi terantuk langsung dengan batu.

Heeseung menaikkan celana jeans panjang Winter hingga terlihat luka memar di lutut gadis itu. Ia membuka jaketnya, meletakkannya disamping Winter guna menutupi bagian kaki gadis itu yang terbuka.

Heeseung memijat memar pada lutut kekasihnya itu. Winter beberapa kali meringis dan mengaduh kesakitan karena pijatan Heeseung cukup kencang.

"Pelan-pelan!"

"Ini udah pelan, Winter..."

"ADUH SAKIT, HEESEUNG!"

"Apasih? Aku kan gak kenceng mijetnya."

"Tapi kekuatan kamu itu gede, Heeseung! Udah ah, sakit banget."

"Mau udahan? Mau gak bisa jalan ntar?"

"Ih kamu mah ngomongnya!"

"Ya memar kalo gak dipijet gak bakal sembuh, Winter pinter."

Wimter mengerucutkan bibirnya lalu membiarkan Heeseung memijat memar pada lututnya.

"Heedeung~~~ Beli es krim disitu, yuk."

"Gak boleh. Kamu dari kemaren makan yang manis-manis terus."

"Kapan?! Kemaren kan kita makan mi ayam doang! Mi ayam gak manis tau! Ya kecuali kamu makannya sambil liatin aku."

"Apa hubungannya?"

"Aku itu kan manis. Jadi, kalo kamu minum es teh manis tapi kurang gula, ya liatin aja aku."

Mendengar itu, Heeseung membuka mulutnya berlagak seperti ingin muntah. Kemudian, laki-laki itu menurunkan celana gadisnya itu. Ia pun berjongkok membelakangi Winter.

"Mau ngapain?"

"Naik. Aku gendong kamu buat beli es krim."

"SERIUSAN?!"

"Cepet atau aku tinggal kamu disini."

Winter langsung naik ke punggung Heeseung secara perlahan. Melingkarkan kedua tangannya di leher dan kedua kakinya di pinggang laki-laki itu.

Heeseung memegang kedua kaki gadisnya itu lalu berjalan menuju penjual es krim yang letaknya tak jauh dari tempat duduk mereka tadi. Winter menaruh wajahnya di lekukan leher Heeseung sambil tersenyum tipis.

Heeseung itu kayak tipe orang tsundere. Dia selalu mengatakan hal yang tidak sinkron dengan perbuatannya nanti. Seperti sekarang ini. Laki-laki itu bilang jika ia tidak memperbolehkan Winter untuk beli es krim, tapi laki-laki itu meminta Winter untuk naik ke punggungnya agar ia bisa mengantar gadis itu membeli es krim.

Ah romantisnya...

▪ ▪ ▪

Mau bikin notes apa ya bingung...

Semoga suka sama ceritanya, ya♡ Jangan lupa vote dan komentarnya, uri chingu♡

Luv,

💋

[✅] Daily Life of Bucin - Enhypen ft. AespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang