"Dara masih belum pulang?" tanya Dito begitu pintu rumah kontrakan Dara terbuka dan nampak sosok Bella yang membukakannya pintu.
Semalam, dia sudah datang ke sini, tapi ternyata sepi, nggak ada orang di rumah. Dito terpaksa menunggu sampai ada yang pulang. Dan setelah bertemu dengan Bella dan Cherryl yang duluan sampai rumah di antara yang lain, mereka memberitahunya kalau Dara malam ini akan menginap di rumah temannya. Cewek itu juga nggak bilang secara detail mengenai di rumah siapa dia akan menginap.
Bella mendengus, menatap datar ke cowok di hadapannya ini. "Belom. Lo apain sih dia sampe gamau pulang gitu, hah?" omelnya.
Dito berdecak, menggaruk kepalanya gusar. "Dia nggak ngabarin apa-apa lagi?"
Bukannya menjawab pertanyaannya, Dito justru melontarkan pertanyaan lain pada Bella yang justru membuat cewek itu semakin kesal padanya.
"Enggak. Lo pasti juga tau sendiri kan dari semalem sosmednya off semua?" kata Bella dengan judes.
Belum sempat Dito menyahuti perkataan Bella lagi, perhatiannya sudah teralihkan saat ada suara motor berhenti di depan rumah. Dia terkejut melihat Dara yang turun dari motor itu, dibonceng oleh laki-laki yang tidak dikenalinya.
Bella pun sama terkejutnya. Dia masih ingat lelaki dengan tato sayap di tengkuknya itu adalah barista di Untitled Cafe—yang waktu itu diam-diam memandangi Dara dari kejauhan.
Kok bisa Dara pulang bersamanya?
Dito langsung emosi melihat pemandangan ini. Dia menghampiri kedua orang yang masih berada di depan gerbang rumah itu, menghalangi Dara yang baru saja mau masuk ke dalam.
"Kamu ke mana aja baru pulang, Ra? Aku semalem nungguin—"
"Yang nyuruh kamu nungguin siapa? Gak ada. Minggir. Aku mau masuk."
"Ra!" Cowok itu menyebut namanya dengan nada tinggi. "Semalem ke mana kamu? Dia siapa?" tanyanya sambil melirik sinis ke arah Gio.
"Bukan urusan kamu, Dit. Kita udah selesai—"
Perkataan Dara terpotong saat tiba-tiba Dito menuju ke arah Gio dan langsung mencengkram kerah bajunya. "Lo siapa? Ngapain sama cewek gue sampe pagi baru dipulangin?"
Gio nggak menunjukkan ekspresi takutnya dan malah tersenyum miring ke cowok itu. "Cewek lo? Tapi gue barusan denger sendiri Dara bilang kalian udah selesai?"
BUGH!
Satu pukulan keras mendarat tepat di pipi Gio. Cowok itu sampai jatuh tersungkur ke tanah karena dia sama sekali nggak siap menerima pukulan itu. Dara yang melihatnya menjerit tertahan.
Nggak puas hanya dengan satu pukulan, Dito menghampiri Gio yang masih berusaha untuk bangun, dia meraih kerah cowok itu dan kembali memukulnya.
"DITO!" Dara kembali menjerit saat melihat cowok itu melayangkan tinjunya lagi ke Gio. "Lo apa-apaan sih?!"
Cewek itu menatap Dito dengan tatapan penuh amarahnya. Dia kemudian mendekat ke arah kedua cowok itu untuk memisahkan mereka berdua dan membantu Gio kembali berdiri.
"Lo yang apa-apaan, Ra?! Dari semalem nggak bisa dihubungin, paginya pulang sama cowok gak jelas—"
Cowok itu menghentikan ucapannya saat Dara tiba-tiba menampar pipinya.
"Jaga mulut lo ya. Yang nggak jelas siapa?! Bilangnya mau jagain nyokap di rumah sakit, tapi malah jalan-jalan di mal bareng cewek lo yang lain?" ujar Dara geram. Bella yang mendengarnya juga terkejut, karena semalam Dara nggak menceritakan soal ini kepadanya.
"Gue muak sama orang gila yang pake alesan 'jagain mama sakit' buat selingkuh sama cewek lain. Pergi, Dit. Jangan sekali-kali muncul di depan gue lagi."
Akhirnya dengan kata-kata Dara yang sangat menyudutkan dirinya itu, Dito pergi dari hadapannya tanpa berucap apa-apa lagi.
Dara memejamkan mata, menghela napas lega setelah cowok brengsek itu akhirnya pergi, menghilang di ujung jalan bersama dengan motornya. Dia kemudian berbalik, mendekati Gio yang sejak tadi masih mematung di tempatnya berdiri, menyaksikan pasangan itu bertengkar.
"Maaf, Yo, gara-gara aku kamu jadi luka gini," ucap Dara meminta maaf, merasa bersalah sudah melibatkan cowok yang baru dikenalnya semalam ke dalam masalah antara dia dan Dito.
Gio menggeleng, "Nggak, gapapa. Cuma memar dikit doang ini, ntar dikompresin es juga sembuh,"
"Yaudah kalo gitu ayo masuk, diobatin dulu bentar," ajak Dara, langsung menggandeng tangan cowok itu dan masuk ke dalam rumahnya. Gio yang tadinya ingin menolak, akhirnya menurut saja.
Bella yang sedari tadi hanya menyimak percakapan mereka itu juga ikut masuk, lalu mengambilkan sebuah baskom berisi air es dan handuk kecil untuk mengompres memar bekas tonjokan di wajah cowok itu.
"Ada lukanya juga itu, Yo." Dara meringis saat dia melihat luka goresan di pipi Gio.
"Iya. Kegores pas jatuh di aspal tadi," kata Gio, kemudian dia menyentuh bagian wajahnya yang terluka itu, membuat jarinya terkena darah dari lukanya itu. "Gapapa, dikit doang berdarahnya ini."
Nggak lama kemudian, Bella yang tadi ke belakang untuk mengambil kompres untuk Gio itu kembali lagi ke ruang tamu.
"Eh, kamu yang waktu itu ke kafe bareng Dara, kan, ya?" tanya Gio, baru menyadari kalau dia ini temannya Dara yang waktu itu pernah juga bertemu dengannya.
Bella mengangguk. "Iya, masnya barista yang waktu itu, kan? Yang ngeliatin Dara sampe ngga kedip—"
"Bel," Dara menatap tajam ke arah temannya itu, seolah memperingatkannya untuk nggak bicara yang macam-macam di depan Gio.
Gio ketawa dan malah menyahut, "Yah, ketauan saya ngeliatin dia terus pas itu,"
"Iya anjir keliatan banget, haha. Kenapa sih pas itu segitunya ngeliatin? Cantik banget ya Dara?" tanya Bella sambil menyeringai, nggak memedulikan Dara yang sudah kembali melayangkan tatapan tajam ke arahnya.
"Iya haha cantik banget soalnya."
Dara membulatkan matanya mendengar jawaban yang keluar dari mulut cowok itu. "Nggak usah ditanggepin si Bellanya, Yo,"
"Lah kan ditanya, masa ngga aku jawab? Lagian aku serius kok kamu cantik—AW! Aduh, sakit, Ra! Pelan-pelan dong,"
Dara dengan sengaja menekan cukup keras luka memarnya, membuat cowok itu mengaduh kesakitan dan memprotesnya.
"Makanya diem, lagi diobatin juga. Cerewet banget, sih?"
Bella ketawa aja melihat mereka berdua. Kok bisa mereka sudah seakrab ini, bahkan terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang meributkan hal kecil? Bella nggak habis pikir. Pokoknya setelah ini dia harus menginterogasi Dara tentang apa yang terjadi semalam.
HAI KARENA AKU MASIH AGAK KESEL KARENA BERITA KEMAREN MAU BOOM UPDATE AJA HAHAHAHA OK TUNGGUIN YA🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe ㅡDaragon✔
Teen FictionGio nggak pernah menyangka usaha kafe yang baru dia rintis nggak hanya mendatangkan rezeki untuknya, namun juga jodoh. ©geezdragon, 2020