20. Marah?

70 19 3
                                    

"Lo cepetan dikit kek jalannya, Ra, astaga panas banget nih pengen buruan ngadem—eh, itu Gio nggak sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo cepetan dikit kek jalannya, Ra, astaga panas banget nih pengen buruan ngadem—eh, itu Gio nggak sih?"

Bella samar-samar melihat bayangan Gio di balik kaca kafe, sedang asyik mengobrol dengan seorang perempuan. Sepertinya mereka sudah akan berpisah karena keduanya terlihat sudah berdiri dari tempat duduk masing-masing.

"Iya deh, Gio..."

"Sama siapa tuh? Lo kenal?"

Dara menggeleng. Nggak, dia nggak mengenal cewek itu. Tapi entah mengapa rasanya agak menyesakkan melihat Gio asik bercengkrama, tertawa bersama cewek lain yang bukan dirinya. Dan—oh, sekarang bahkan dia bisa melihat kedua orang itu sedang berpelukan.

Bella tampak terkejut untuk beberapa sesaat, tapi kemudian dia menarik tangan Dara, mengajaknya untuk tetap masuk ke dalam kafe itu.

Tepat setelah Bella membuka pintu kafenya, dua orang yang dilihatnya sedang berpelukan tadi baru saja melepaskan pelukan mereka.

Gio membulatkan mata terkejut melihat Dara dan Bella yang baru saja datang. Kedua cewek itu cuma menatapnya tanpa ekspresi, tapi entah kenapa dia merasa seperti seorang cowok yang lagi kepergok selingkuh dengan cewek lain.

"Eh, Ra," panggilnya sambil menatap ke arah Dara. Suasananya benar-benar awkward sekarang ini.

"Cewek lo?" tanya Nadya ke Gio dengan suara pelan.

"Temen gue," kata Gio. "Bel, Ra, sini," panggilnya lagi. Keduanya hanya menurut, lalu mendekati Gio dan Nadya.

"Kenalin, ini Nadya, temen zaman masih bocah, hehe. Nad, ini Dara sama Bella, pelanggan kafe paling setia nih, temen gue juga."

Temen.

Di mata cowok itu, dia hanya temannya. Iya, mungkin Daranya aja yang terlalu berharap Gio akan menganggapnya lebih dari seorang teman biasa. Namun setelah yang mereka lalui selama ini... rasanya cukup menyakitkan jika hanya dianggap sebagai teman biasa.

Dara berusaha untuk tetap tersenyum saat menyambut uluran tangan cewek bernama Nadya itu. Nggak lama setelah mereka berkenalan, cewek itu langsung pamit karena dia sepertinya sedang terburu-buru, dia bilang sedang ada urusan.

"Caramel macchiato, ya, Ra, kayak biasa?"

Setelah Nadya pergi, Gio menanyakan pesanannya, dan Dara hanya mengangguk menanggapi pertanyaan cowok itu.

"Dara doang yang ditanyain, gue enggak?" tanya Bella sambil melirik Gio dengan tatapan sinisnya.

"Lo Americano, kan?"

"Sok tau dih, orang gue mau Cappuccino."

"Lah, biasanya Americano—"

"Bosen. Udah sana cepet bikinin, haus nih. Punya gue suruh bikinin Sean ya, hehe."

Cafe ㅡDaragon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang