"Itu aja Ra, bagus tuh."
Gio menunjuk ke sebuah dress panjang tanpa lengan yang dipajang dengan sebuah manekin. Dara melihat ke arah yang ditunjuk Gio, kemudian dia melotot ke cowok itu, yakali dia memakai baju seperti itu saat berkunjung ke rumahnya?!
"Ngaco! Yakali pake kayak gitu?!"
Gio ketawa. Tentu saja dia nggak serius menyarankan pakaian itu untuk Dara.
"Bantu pilihin yang ini aja, bagus yang mana?" tanya Dara, meminta pendapat Gio sambil menunjukkan dua buah dress yang dia bawa di tangannya. Dress selutut dengan model dan warna yang berbeda, satu warna soft purple dan satunya lagi warna navy.
"Navy bagus, tapi kayaknya terlalu gelap gitu nggak sih?"
"Terus gimana? Yang ungu bagus?" tanya Dara.
Gio mengangguk, "Iya. Bagusan itu sih menurutku,"
Dara melihat lagi ke kedua dress yang sekarang ada di tangannya. Dia bingung. Dia sendiri sebenarnya lebih suka yang navy. Tapi Gio bilang, menurutnya warna soft purple lebih bagus. Selain itu, harga dress soft purple itu juga lebih murah.
"Cari ke sana dulu deh ayo, siapa tau ada yang bagus lagi,"
Dara ngeloyor pergi ke area lain. Gio menghela napas, lalu dengan malas-malasan kembali mengikuti langkah cewek itu. Mereka sudah satu jam berada di toko ini, tapi Dara tampaknya sama sekali belum lelah mencari dress yang benar-benar sesuai dengan keinginannya.
Sementara itu Gio sudah capek banget, kakinya sudah pegal dari tadi mengekori Dara ke mana-mana.
"Raaa,"
"Hmm." sahut Dara yang masih sibuk memilih, hanya menanggapi panggilan Gio dengan dehaman singkatnya.
"Capek, masih lama ya?" tanya cowok itu dengan wajah cemberutnya.
"Eh iya, bentar Yo, bentar lagi," kata Dara. Dia sekarang punya empat pilihan yang berada di tangannya-termasuk dua dress yang di awal sudah dia pilih tadi-yang jujur saja membuatnya semakin bingung mau membeli yang mana.
Setelah mempertimbangkannya lagi, Dara akhirnya memutuskan untuk membeli saja dress warna navy yang sudah menjadi pilihannya sejak awal tadi. Gapapa lah harganya agak mahal dikit, lagian kan masih bisa dia pakai lagi nantinya.
"Jadinya yang itu?!"
Terus ngapain dari tadi keliling toko nyari yang lain kalo akhirnya milih yang itu, astaga......
Dara nyengir, "Hehe. Iya. Suka banget yang ini soalnya,"
Gio tersenyum, mengangguk. "Yaudah, ayo dibayar."
Dara melangkah menuju ke kasir duluan, diikuti Gio di belakangnya. Antriannya cukup panjang, dia jadi nggak enak sama Gio karena cowok itu udah mengeluh capek dari tadi dan sekarang mereka masih harus mengantri lagi untuk membayar di kasir.
"Maaf, Yo, masih harus ngantri lagi ini. Udah pegel banget ya?"
"Gapapa kok. Hehe. Lagian masa iya mau nyerobot antrian," kata Gio.
Saat tiba giliran mereka untuk membayar di kasir, Gio mengambil dompet dari saku celananya dan mengeluarkan sejumlah uang setelah si mbak kasirnya menyebutkan nominal harga dress yang dibeli Dara itu.
"Gio ih kok kamu yang bayar sih?!" tanya Dara dengan berbisik ke cowok di sampingnya ini.
"Hah? Iya lah, masa aku yang ngajakin beli tapi kamu bayar sendiri?" Cowok itu nggak menjawab pertanyaannya dan malah balik bertanya.
"T-tapi ini nggak murah, Gio.... serius ini kamu beliin?" Dara kembali berbisik kepadanya.
"Buat pacar apa sih yang enggak, hm?" kata Gio, sengaja mengucapkannya dengan suara normal tanpa berbisik-bisik seperti yang dilakukan Dara saat berbicara kepadanya tadi. Beberapa orang di sekitar mereka jadi senyum-senyum sendiri mendengarnya.
Sedangkan Dara hanya bisa menunduk, dalam hati menyumpahi Gio yang sudah membuatnya benar-benar malu.
dikit banget part ini hehe double up aja kali ya??
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe ㅡDaragon✔
JugendliteraturGio nggak pernah menyangka usaha kafe yang baru dia rintis nggak hanya mendatangkan rezeki untuknya, namun juga jodoh. ©geezdragon, 2020