Sinar matahari yang masuk menembus jendela dan celah-celah ventilasi kamar membuat cewek itu beberapa kali mengerjapkan matanya karena silau. Di depannya ada Gio yang masih tertidur pulas. Wajahnya sangat polos saat dia tidur. Benar-benar berkebalikan dengan dirinya semalam saat mereka....ah, hanya memikirkannya saja sudah membuat wajahnya memerah lagi.
Dara segera terbangun dari tidurnya saat menyadari bahwa mereka sekarang sedang berada di kamar di atas kafe. Yang berarti, teman-teman Gio bisa datang kapan saja.
"Gio," Dara menggerakkan lengan cowok itu beberapa kali untuk membangunkannya.
"Hmm."
"Bangun dong."
"Masih ngantuk, Ra... Lima menit lagi deh, ya?"
"Ck. Bangun sekarang, Giovano. Udah siang ini."
Gio seketika membuka matanya begitu mendengar cewek itu memanggilnya demikian. Nada suaranya serius, dan dia nggak memanggil dengan nama 'Gio', melainkan 'Giovano'. Mau nggak mau, Gio langsung terbangun.
"Iya, iya. Bangun nih." kata Gio sambil berusaha melawan kantuknya, dan mengubah posisinya jadi duduk. "Jam berapa sih?"
"Jam setengah tujuh." jawab Dara.
"Masih pagi astaga, Ra. Anak-anak tuh kalo dateng paling jam 8. Itu paling pagi." kata Gio.
Cowok itu kembali berbaring, kemudian menarik tubuh Dara ke dalam pelukannya. Dia melingkarkan lengannya dengan erat di pinggang sang kekasih lantas mulai menciumi ceruk lehernya.
"Gio."
"Hmm?" Gio menghentikan aktivitasnya, menatap Dara dengan wajah innocent yang kontradiktif dengan apa yang barusan dia lakukan.
"Minggir dong, aku mau mandi." katanya. Dara kemudian menyingkirkan lengan kekar cowok itu dari pinggangnya, lalu segera bangkit dari tempat tidur yang empuk itu.
Gio menatapnya tidak percaya. "Astaga, Ra? Baru juga mau mulai lagi—"
"Keburu temen-temen kamu dateng, Gio. Aku mandi duluan, ntar habis ini kamu juga langsung mandi, oke?"
"Ah, Dara mah..." Gio beberapa kali merengek lagi, namun Dara sama sekali nggak menghiraukan rengekan manja cowoknya itu. Dia tetap bangun dan menuju ke kamar mandi di dalam kamar itu untuk mandi.
Beberapa menit kemudian, saat Dara keluar dari kamar mandi, dilihatnya Gio sudah kembali tertidur dengan selimut yang menutupi tubuh hingga kepalanya. Akhirnya cewek itu memutuskan untuk nggak mengganggunya, membiarkan cowok itu tidur lagi sebentar. Dia memilih untuk menunggunya di luar kamar sambil memakan camilan yang semalam Gio beli untuknya.
Di lantai dua bangunan kafe ini, hanya ada dua kamar dan satu ruangan di depan dua kamar itu yang berukuran tidak terlalu besar. Ruangan itu hanya diisi sebuah meja TV dengan karpet di depannya, sehingga membuatnya terlihat cukup luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe ㅡDaragon✔
Teen FictionGio nggak pernah menyangka usaha kafe yang baru dia rintis nggak hanya mendatangkan rezeki untuknya, namun juga jodoh. ©geezdragon, 2020