"Jeno-ya ..."
Jeno meringis, menunjukkan senyum pada sang appa yang masih menatapnya khawatir. "Ne, appa ... aku baik-baik saja. Hanya goresan kecil sebentar lagi pasti akan sembuh."
Jaehyun menghela napas, "Kau beruntung karena Lucas berhasil menghalangi serigala liar itu." Walau sedikit terlambat juga, tapi itu lebih baik dari pada dirinya yang tak bisa melakukan apa-apa.
Jaehyun terlihat sangat menyesal. Orang tua macam apa yang bahkan tak menyadari jika anaknya mengikuti di belakangnya?
"Jeno-ya, berjanjilah untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi. Kau mau appa mati karena jantungan saat melihatmu terluka seperti tadi?" Sedikit keras Jaehyun memperingati. Ia tak bermaksud memarahi, hanya berharap Jeno bisa mengerti. Mengerti bahwa bagi Jaehyun dan Johnny, dirinya begitu berarti.
"Kau tahu ... nenek dan kakek mengomeli Ayah dan appa habis-habisan tadi."
"Maaf, Appa. Ayah mana? Aku juga ingin minta maaf padanya."
Jaehyun menepuk lengan anaknya, "Besok saja, suasana hati ayahmu benar-benar buruk sekarang. Ah, dan jangan lupa kau harus berterima kasih pada Lucas hyung setelah sembuh nanti. Mengerti???"
"Baiklah, Appa ... aku akan berterima kasih pada Lucas hyung besok."
"Mm. Sebaiknya begitu." Jaehyun pun mengecup kening Jeno sebelum membiarkan anak itu tidur. Ia membuang napas dengan berat dan keluar rumah, berjalan pelan menuju ke tempat Johnny yang sedang menunggunya. Menggigit bibir, ia yakin Johnny marah sekali saat ini. Semoga ia bisa mengatasi kemarahan pria itu nanti.
Sejak pulang dari hutan, Johnny langsung pergi ke tempat pertemuan. Setelah pulang pun ia hanya menanyakan keadaan Jeno dan kembali keluar setelah berkata mereka harus bicara.
Ada rasa takut, tapi ia tidak merasa apa yang dilakukannya adalah kesalahan.
Jaehyun hanya ingin melindungi mate-nya. Apa yang salah?
"Johnny?"
"Kenapa kau selalu melakukan itu, Jaehyunie?" -sejak dulu selalu begitu.
Jaehyun berdiri di belakang Johnny. Pria itu berdiri di tepi tebing batu. Tempat mereka sering menghabiskan waktu berdua dulu. Walau sebagian besar hanya untuk saling mendebat dan bertengkar, namun tempat ini begitu melekat dalam hati mereka yang saat ini sudah terikat.
Tak hanya Jaehyun, tapi juga Johnny.
"Aku tidak bisa membiarkanmu bertarung sendirian, Johnny. Terakhir kali aku membiarkanmu sendiri, kau berada dalam ambang batas antara hidup dan mati."
Johnny berbalik.
Keduanya sedang berada dalam mode manusia mereka. Saling memandang sosok satu sama lainnya.
Jaehyun tetap sama seperti dulu, begitu pun Johnny.
Namun, jejak kedewasaan semakin kental terlihat. Tanpa terasa, mereka sudah menjadi orang tua. Walau sikap dan sifat, rasanya belum banyak yang berbeda.
"Aku tahu." Johnny yang tadi terlihat marah sekali, kini melembutkan raut wajahnya yang semula kecut, "aku berterima kasih untuk itu, Sayang. Tapi, saat ini ada Jeno. Tolong ... tolong utamakan dia daripada aku."
Jaehyun menunduk. Jujur, ia juga merasa bersalah untuk yang satu itu. Keteledorannya bisa membuat mereka kehilangan anak yang berharga.
"Maafkan aku."
Hela napas memperlihatkan uap hangat mengepul dari bibir Johnny. Mungkin ia marah tadi, tapi melihat Jaehyun sedih begini ...
Johnny melompat, kakinya berpijak di tanah basah. Dengan hati yang lebih ringan, ia menarik Jaehyun ke dalam pelukan, "Maafkan aku juga. Tapi, kau harus mempercayaiku mulai sekarang."
![](https://img.wattpad.com/cover/211293269-288-k170829.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Alpha✅
FanfictionDua alpha bersama? Mungkinkah? Bagi Jaehyun, hidup itu harus dinikmati. Ia tidak mau terbebani dengan tanggung jawab sebagai seorang alpha pack. Dia memilih bersenang-senang dengan hidup selayaknya manusia biasa. Meski sedikit kesulitan karena bagai...