Bukankah kita keluarga?"
Mark menatap Taeyong dengan mata berkaca-kaca. Mendongak, ia berusaha keras untuk tidak menangis di depan kakaknya.
"Kau ... bukan adikku, Mark. Kau hanyalah anak yang diambil dari omega sekarat di perbatasan."
"Apa?" Mata merah, sembab, hampir tertutupi oleh kesedihan dan rasa tak percaya. "-apa kau bilang tadi?"
"Itulah kenapa kau begitu berbeda. Lemah ... tentu, saat pertama melihatmu aku bahkan tak percaya jika kau adalah seorang alpha."
Mark menggeleng, berusaha keras menyangkal. Meski tetap, pada akhirnya ingatannya akan membenarkannya.
Perlakuan keluarga Lee padanya ... juga, kenapa dirinya begitu berbeda.
Taeyong dan segala kelebihannya. Sementara ia?
"Aaaarrrghh!"
Mark duduk di tanah, bersandar pada pohon pinus yang daun-daunnya berwarna kemerahan, mulai berguguran ...
Ia menahan diri. Jangan menangis di sini, jangan menunjukkan kelemahan di tempat ini.
Mark membenturkan belakang kepalanya berulang kali. Lama terdiam, pada akhirnya ia pun bertanya entah pada siapa. "Jadi, siapa aku?"
**
"Jeno-ya ... tidak bisakah kita main di rumah saja? Kita bisa bermain petak umpet di sekitar halaman rumah nenek Jung. Ah, atau kita main di depan aula pertemuan saja?"
Jeno, tingginya mungkin sekarang sudah 160 lebih. Bocah yang memang pertumbuhannya cepat sekali. Sudah banyak yang membicarakan hal ini. Tapi, bagi Lee Haechan ... itu tetap sebuah ketidak adilan.
Sudah begitu, kenapa harus dia yang diminta menjaga anak ini. Jeno tidak bisa duduk diam di satu tempat. Sungguh ... Haechan mulai frustasi. Lelah sekali.
"Hyung, ke mana teman-temanmu?"
Jeno juga tak pernah menjawab atau menerima tawarannya dengan benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Alpha✅
FanfictionDua alpha bersama? Mungkinkah? Bagi Jaehyun, hidup itu harus dinikmati. Ia tidak mau terbebani dengan tanggung jawab sebagai seorang alpha pack. Dia memilih bersenang-senang dengan hidup selayaknya manusia biasa. Meski sedikit kesulitan karena bagai...