Bag. 28

2.6K 435 76
                                    

Saat berada dalam pelarian, mungkin ... pengasingan -jika boleh dikatakan begitu- Jeno tidak pernah memiliki teman sebaya. Anak itu benar-benar hanya hidup dan tumbuh dengan kedua orang tuanya.

Lalu, saat melihat dan bertemu dengan kawanan yang jauh lebih besar, Jeno mulai merasakan segalanya terasa berbeda. Caranya melihat dunia pun ikut berubah.

Ayahnya adalah seorang pemimpin. Itu juga mempengaruhi pola pikirnya.

Jeno jelas tidak menyombongkan statusnya, ia hanya ... menjadi ingin tahu segala hal tentang orang tuanya.

Ia jelas ingin menjadi seperti ayahnya.

Johnny. Pemimpin yang disegani.

Juga mewarisi tekad yang dimiliki oleh sang appa -Jaehyun. Seorang alpha yang meski sempat diremehkan, tapi Jaehyun berhasil membuktikan bahwa cintanya pada Johnny mampu membuat persepsi tentang betapa lemah dirinya ikut sirna.

Jeno, mengagumi kedua orang tuanya.

Jadi, ketika ia tahu ada kesempatan untuk melihat pertarungan keduanya, langkah kakinya menjejak mengikuti Jaehyun tanpa ragu.

Pertarungan para Alpha ... bukankah itu hebat?

Dari jauh telinga runcingnya sudah mampu menangkap suara-suara geraman, kemarahan.

Gamma-gamma yang bertugas menjaga mundur perlahan, menyaksikan Johnny memimpin pertarungan.

Ada Jaehyun yang pantang menyerah, gesit menghindari cakaran dan gigitan lawan.

Mark yang tampak terluka dan sedikit pincang, juga ... Lucas. Semua bertaruh nyawa untuk menjaga kawanan.

Namun, bukankah bagi mereka ini akan menjadi begitu mudah?

Jeno yang mulai kagum perlahan mendekat, hingga teriakan dari suara berat membuatnya seketika tak bisa melakukan apa-apa.

Bagaimanapun ... ia belum berpengalaman dalam pertarungan yang nyata.


*

*

*

Two Alpha

*

*

*



Mark mundur selangkah, terluka cukup parah.

Lolongan terdengar.

Darah di mana-mana. Ia bahkan ngeri dengan lukanya sendiri. Tanpa sadar mencaci,  mengapa dirinya lemah begini.

Tapi, alpha tak boleh merintih. Setidaknya itu apa yang ia tanam dalam benaknya selama ini.

Mark merasa kesal dengan dirinya.

"Tak ada gunanya. Menyerah atau mati," ujarnya sembrono.

Tawa mencemooh terdengar di telinga. Semakin menambah rasa frustasinya.

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Markie. Biar aku yang mengurus ini. Mundurlah, aku tak mau melihatmu mati dalam keadaan menyedihkan begini."

Di depannya, Lucas mencoba menghalangi dua serigala liar itu mendekati Mark. Padahal dirinya sendiri juga mulai terasa payah.

"Jangan mengasihaniku dan jangan memprovokasiku."

Two Alpha✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang