Lusa, Fiony akan pergi dua hari lagi.
Ara meletakkan kepalanya di atas meja, berkali-kali ia menghela napas panjang. Tubuhnya sudah jauh lebih baik daripada kemarin, ia juga sudah minum obat yang diberikan Viny.
Pikirannya Ara kali ini benar-benar kacau, hari ini ia harus membayar gaji semua karyawannya, tapi uang di perusahaan sama sekali tidak cukup, sampai ia menggunakan uang pribadinya juga masih belum cukup. Sekitar 200 juta lagi uang yang harus ia dapat untuk membayar karyawannya itu.
Ara sudah meminta Mira untuk menjual Toyota Avanza miliknya dan baru saja Mira datang dengan selembar cek bertuliskan 70 juta, masih kurang 130 juta lagi supaya ia bisa membayar gaji karyawannya yang mungkin untuk terakhir kalinya.
Ratusan juta bahkan menyentuh milyar, kerugian yang harus ditanggung Ara hanya karena terlalu mudah percaya dengan Fiony. Otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih, ia masih terbayang-bayang percakapan antara Fiony dan seseorang ditelfon semalam.
"Ra, kamu udah makan?"
Ara menegakkan tubuhnya, ia tersenyum ke arah Fiony yang berjalan mendekati. "Udah tadi."
Fiony berdiri di samping Ara, ia menyentuh pipi Ara, "Yang bener? Ntar sakit lagi."
Ara menganggukkan kepalanya pelan, "Iya, aku udah makan kok."
Ara tidak tahu, benar-benar tidak tahu alasan Fiony tega melakukan semua hal ini kepada dirinya. Ia ingin berteriak dan memaki Fiony setiap kali mengingat betapa jahatnya perlakuan Fiony kepada dirinya, tapi ia tidak bisa melakukan itu semua kepada Fiony.
"Aku udah dapet uang lagi." Ara mengambil cek di atas meja lalu ia perlihatkan kepada Fiony.
Fiony mengambil kertas cek itu dari tangan Ara, "Dari?"
"Aku suruh Mira buat jual mobilku. Lumayan dapet 70 juta, tapi masih kurang 130 juta lagi."
Fiony mengangguk-anggukkan kepalanya, ia meletakkan cek itu di atas meja. "Apa yang kamu lakuin setelah ini?"
Sekuat tenaga Ara menahan tangisnya, ia terus tersenyum supaya ia tidak terlihat terluka. Hanya saja ia terus bertanya-tanya sejauh mana Fiony ingin melihat dirinya hancur? Seberapa lama lagi Fiony akan melepaskan dirinya untuk bebas?
Ara menghela napas panjang, ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, "Aku gak akan ngelakuin apa-apa, aku udah gak punya apa-apa lagi, jadi mungkin aku bakal tutup perusahaanku."
"Kamu gapapa?" Tanya Fiony.
Ara menatap Fiony dan tiba-tiba saja satu tetes air mata jatuh lurus ke bawah. Ia masih mencoba tersenyum walaupun ia tahu itu sangat sulit. Ia ingin berterus terang kepada Fiony kalau ia tidak baik-baik saja, kalau ia terluka dan sangat menderita. Ia ingin mengatakan kalau ia sudah hancur dan tidak bisa bangkit lagi.
"Gak, aku gapapa." Lirih Ara sambil sesegukan.
Fiony mengusap air mata di pipi Ara, ia menarik tubuh Ara lalu membawanya ke dalam pelukannya dan membiarkan Ara menangis di sana. Tangan Fiony mengusap punggung Ara dengan lembut.
Ara menangis bukan karena perusahaannya akan ia tutup, karena ia sadar kalau penyebab sekaligus penyembuh lukanya adalah orang yang sama, orang yang memeluknya dengan erat saat ini, orang yang dekat dengan dirinya, orang yang pernah ia cintai sampai sekarang.
Dengan luka, Ara mendirikan perusahaan itu dengan balutan luka karena kepergian Fiony. Sekarang Ara menutup perusahaan itu dengan luka lagi, luka yang jauh lebih besar dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Uniknya luka itu tercipta dengan orang yang sama juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utuh
Teen Fiction"Ra, aku bukan orang yang baik. Kamu harusnya cari orang selain aku, Ra." -Fiony "Aku juga bukan orang baik, kok. Tapi yang aku mau cuma kamu, karena kamu yang bisa buat hatiku utuh." -Ara